Klikhijau.com – Asia Ramli Prapanca lahir di Desa Usuku, Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara tahun 1960.
Lelaki yang lebih akrab disapa Ram ini berasal dari keluarga pelaut. Ram dibesarkan di dalam lingkungan budaya pesisir.
Ram aktif melahirkan karya berupa puisi dan teater. Keduanya tampak memiliki hubungan erat karena karya-karya teater bertolak dari puisi-puisi yang dihasilkannya.
Puisi-puisi yang dihasilkan Ram banyak beraroma laut, berikut lima di antaranya yang diambil dari buku Sastra Kepuluan (Antologi) dan Aku di Sini Saja:
LAUTAN MALAM
Seorang penyair
berenang di lautan malam
ditemani mimpi dan penderitaan
Ditatapnya langit
Bulan dan bintang
karam dan tenggelam dalam kota
Lautan malam
Kerajaan nafsu
Seorang penyair muntah di atasnya
Makassar, 1994
AKU LAUT AKU OMBAK
Aku laut aku ombak
Aku terima segala yang tumpah
Bila kamu terdampar
Karang istanamu
Bila kamu tenggelam
Kerang penyambutmu
Aku laut aku ombak
aku terima segala yang tumpah
Bila gelombang perang dimulai
Angin ribut air pasang
Gemuruhku gegap gempita
Menggulung musuh-musuhku
Bila gelombang usai
Angin sepoi-sepoi air surut
Aku beroleh kemenangan
Tapi perutku mengandung bangkai
Aku laut aku ombak
aku terima segala yang tumpah
Makassar, 1987
PENYAIR KARANG
Karena jemarimu yang membelai rambutku
di pantai pasir putih itu
Maka aku selalu mengenangmu
Inilah lelaki tukang mimpi itu
Mampukah lepas
Tapak kaki di ombak
Tapak tangan di ubunmu
Lepas, lepaslah!
Dengan berkendaraan gelombang
Kupahat janji di tebing pulau
Dengan kedua kelingking
Engkau tempat pijakku
Sesaat
Aku meloncat dari ombak ke ombak
Jelajahi liku dunia
Menyepi
Merumuskan diri
Putramu
Putramu
Bernama penyair
Lepas pergi
Dalam hujan budi
Lepaslah semua
Tempat dan orang-orang tercinta
Tapi seluruh ilham
Segala nasib terhitung
Inilah lelaki
Putramu
Anak pulau
Anak laut
Anak karang
Tak henti menyeret gelombang abadi ke kakimu
Makassar, 1986
BATANG PISANG
Di jembatan batu tua itu
Kulepaskan batang pisang
Air laut
Mengalirlah
Bila tiba di tengah samudera
Panggillah ibuku yang hilang
Menyusui adikku
Panggillah pula gadisku
Yang berumah di atas karang
Yang tubuhnya bergaram airmata
Makassar, 1989
PEMIMPI
Di hutan
Kubayangkan diriku
Perambah paling kuat
Pemakan panser dan batu gunung
Di laut
Kubanyangkan diriku
Penyelam paling dalam
Pemakan kapal dan batu karang
Di angkasa
Kulihat nyata diriku
Pemimpi paling tamak
Pemakan angin dan batu akik
Makassar, 1989