Menyelami 5 Puisi Beraroma Laut dari Asia Ramli Prapanca

oleh -77 kali dilihat
Asia Ramli Prapanca-foto/koalisiseni

Klikhijau.com – Asia Ramli Prapanca lahir di Desa Usuku, Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara tahun 1960.

Lelaki yang lebih akrab disapa Ram ini berasal dari keluarga pelaut. Ram dibesarkan di dalam lingkungan budaya pesisir.

Ram aktif melahirkan karya berupa puisi dan teater. Keduanya tampak memiliki hubungan erat karena karya-karya teater bertolak dari puisi-puisi yang dihasilkannya.

Puisi-puisi yang dihasilkan Ram banyak beraroma laut, berikut lima di antaranya yang diambil dari buku Sastra Kepuluan (Antologi) dan Aku di Sini Saja:

LAUTAN MALAM

 

Seorang penyair
berenang di lautan malam
ditemani mimpi dan penderitaan

Ditatapnya langit
Bulan dan bintang
karam dan tenggelam dalam kota

Lautan malam
Kerajaan nafsu
Seorang penyair muntah di atasnya

Makassar, 1994

KLIK INI:  Bunga Badaria di Musim Hujan
AKU LAUT AKU OMBAK

 

Aku laut aku ombak
Aku terima segala yang tumpah

Bila kamu terdampar
Karang istanamu
Bila kamu tenggelam
Kerang penyambutmu

Aku laut aku ombak
aku terima segala yang tumpah

Bila gelombang perang dimulai
Angin ribut air pasang
Gemuruhku gegap gempita
Menggulung musuh-musuhku

Bila gelombang usai
Angin sepoi-sepoi air surut
Aku beroleh kemenangan
Tapi perutku mengandung bangkai

Aku laut aku ombak
aku terima segala yang tumpah

Makassar, 1987

KLIK INI:  Meneguk 5 Puisi M Anis Kaba dari Nyanyian Alam
PENYAIR KARANG

 

Karena jemarimu yang membelai rambutku
di pantai pasir putih itu
Maka aku selalu mengenangmu
Inilah lelaki tukang mimpi itu

Mampukah lepas
Tapak kaki di ombak
Tapak tangan di ubunmu

Lepas, lepaslah!

Dengan berkendaraan gelombang
Kupahat janji di tebing pulau
Dengan kedua kelingking
Engkau tempat pijakku

Sesaat
Aku meloncat dari ombak ke ombak
Jelajahi liku dunia
Menyepi
Merumuskan diri
Putramu
Putramu
Bernama penyair
Lepas pergi
Dalam hujan budi

Lepaslah semua
Tempat dan orang-orang tercinta
Tapi seluruh ilham
Segala nasib terhitung

Inilah lelaki
Putramu
Anak pulau
Anak laut
Anak karang
Tak henti menyeret gelombang abadi ke kakimu

Makassar, 1986

KLIK INI:  Kakak Pramuka dan Perihal Api Bekerja

BATANG PISANG

 

Di jembatan batu tua itu
Kulepaskan batang pisang

Air laut
Mengalirlah

Bila tiba di tengah samudera
Panggillah ibuku yang hilang
Menyusui adikku

Panggillah pula gadisku
Yang berumah di atas karang
Yang tubuhnya bergaram airmata

Makassar, 1989

KLIK INI:  Segala yang Hanyut ke Laut
PEMIMPI

 

Di hutan
Kubayangkan diriku
Perambah paling kuat
Pemakan panser dan batu gunung

Di laut
Kubanyangkan diriku
Penyelam paling dalam
Pemakan kapal dan batu karang

Di angkasa
Kulihat nyata diriku
Pemimpi paling tamak
Pemakan angin dan batu akik

Makassar, 1989

KLIK INI:  Kecuali Sampah di Kepala