Mengenai Obesitas, Benarkah Fruktosa adalah Pemicunya?

oleh -13 kali dilihat
7 Kiat Simpel Menjaga Berat Badan Usai Lebaran
Berat badan - Foto/Halodoc

Klikhijau.com – Obesitas atau berat badan berlebihan. Selama ini selalu dikaitkan dengan pola makan. Meski para ahli kesehatan masih berdebat alot dengan penyebab yang sebenarnya.

Penyebabnya apakah kelebihan kalori, karbohidrat, atau lemak yang terkandung dalam makanan yang kita makan.

Obesitas sendiri adalah kondisi  terjadinya penumpukan lemak secara berlebihan di dalam tubuh seseorang.

Jika selama ini, masyarakat pada umumnya atau orang tua akan gembira bila melihat anaknya berpostur tubuh gemuk. Karena hal tersebut dianggap sehat dan menggemaskan, maka anggapan itu perlu perlahan disingkirkan. Karena bisa jadi itu adalah gejalah obesitas.

KLIK INI:  Kebisingan Lalu Lintas Mengusik Perkembangan Burung?

Angely dkk (2021) mengungkapkan jika pada tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar dewasa yang berumur 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 650 juta orang dalam kondisi obesitas. Terdiri dari kelebihan berat badan sebesar 39% antara lain 39% terjadi pada pria dan 40% pada wanita.

Secara keseluruhan yang mengalami obesitas sekitar 13% populasi orang dewasa di dunia. Itu terdiri dari 11 persen pria dan 15 persen wanita.

Sementara itu,  pada anak-anak dan remaja yang berusia 5 hingga 19 tahun. Lebih dari 340 juta orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Selanjutnya pada tahun 2019 sekitar 38,2 juta anak dibawah usia 5 tahun diperkirakan mengalami kelebihan berat badan maupun obesitas.

Secara nasional berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018. Masalah kelebihan berat badan pada anak usia sekolah di Indonesia masih tergolong tinggi. Prevalensi  gemuk dan obesitas pada anak, yaitu sebesar 9,2 persen.

KLIK INI:  Mantap, California dan Inggris Bakal Melarang Penggunaan Kantong Plastik

Karena itu, obesitas memang perlu mendapat perhatian untuk menanggulanginya. Dilansir dari Earth ada sebuah studi baru yang dipimpin oleh Dr. Richard Johnson dari CU Anschutz menawarkan perspektif berbeda dalam mengatasi obesitas, yakni mengurangi fruktosa.

Fruktosa merupakan monosakarida heksosa. Ia memiliki kemiripan dengan glukosa yang terdapat dalam buah-buahan, madu dan salah satu komposisi terbanyak dalam minuman ringan berkarbonasi.

Fruktosa dan glukosa bergabung menjadi sebuah senyawa kimia, yaitu sukrosa, yang lebih dikenal dengan gula (table sugar) dan sering dikonsumsi sehari-hari sebagai bahan pemanis, (Choirunnisa dkk, 2019).

KLIK INI:  Anti Ribet, Ini 5 Cara Diet Sehat Menurut Ahli Gizi
Pendorong obesitas

Hal yang unik dari studi yang dipimpi Johnson tersebut  bahwa masalah utama yang mendorong obesitas adalah fruktosa.

Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Obesitas tersebut, saat tubuh memecah fruktosa, tubuh menghabiskan energi aktif yang disebut adenosin trifosfat  atau disingkat ATP. Dengan berkurangnya tingkat energi ini, maka akan memicu rasa lapar dan peningkatan konsumsi makanan.

Hipotesis kelangsungan hidup fruktosa yang diperkenalkan oleh Dr. Johnson mengintegrasikan teori keseimbangan energi, yang menyiratkan bahwa asupan makanan berlebihan, terutama lemak, adalah akar penyebab obesitas.

Pada saat yang sama, hipotesis baru mengakui model karbohidrat-insulin yang memprioritaskan karbohidrat sebagai pemicu utama penambahan berat badan.

KLIK INI:  Mencemaskan, Sungai Jeneberang Tercemar Mikroplastik

“Pada dasarnya, teori-teori ini, yang menempatkan serangkaian faktor metabolisme dan pola makan sebagai pusat epidemi obesitas, semuanya merupakan potongan teka-teki yang disatukan oleh satu bagian terakhir: fruktosa,” kata Dr. Johnson dikutip dari Earth.

Dia menambahkan bahwa fruktosa memicu metabolisme kita beralih ke mode daya rendah dan kehilangan kendali atas nafsu makan. Namun, makanan berlemak menjadi sumber kalori utama yang mendorong penambahan berat badan.”

Dr Johnson juga mengatakan kita dapat melihat hewan yang berhibernasi sebagai contoh: ketika kita lapar dan kekurangan energi aktif.  Kita beralih ke mode bertahan hidup. Sama seperti beruang yang mengonsumsi buah-buahan tinggi fruktosa untuk mempersiapkan hibernasi musim dingin, tingkat energi manusia menurun saat mengonsumsi makanan kaya fruktosa.

Meskipun lemak merupakan sumber energi yang tersimpan. Makanan tinggi fruktosa menghalangi pemanfaatan energi yang tersimpan tersebut, sehingga menyebabkan kondisi yang serupa dengan beruang yang sedang bersiap menghadapi musim dingin.

KLIK INI:  Kenalkan Bata Kobel, Bahan Bangunan Murah dan Ramah Lingkungan!

“Teori ini memandang obesitas sebagai keadaan berenergi rendah,” kata Dr. Johnson. “Mengidentifikasi fruktosa sebagai saluran yang mengalihkan penggantian energi aktif ke penyimpanan lemak menunjukkan bahwa fruktosa adalah penyebab ketidakseimbangan energi, yang menyatukan teori.”

Apa yang ditemukan oleh Dr. Johnson tersebut, masih perlu pembuktian lebih lanjut untuk  untuk mengidentifikasi pencegahan yang lebih tepat sasaran terhaadap penyebab obesitas..

KLIK INI:  Benarkah Musik Dapat Meningkatkan Perkembangan Sosial Bayi?