Masuk Musim Pancaroba, Saatnya Mewaspadai Cuaca Ekstrem

oleh -17 kali dilihat
Waspada, BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Esktrem di Beberapa Wilayah di Sulsel
Kondisi cuaca buruk sesuai prakiraan BMKG. Foto: BMKG

Klikhijau.com – Musim pancaroba atau peralihan musim. Terkadang diwarnai dengan meningkatnya potensi terjadinya cuaca ekstrem.

Pancaroba sendiri diperkirakan berlangsung antara bulan Maret hingga April 2024. Namun, meski belum memasuki bulan Maret, di beberapa daerah telah dilaporkan diterjang cuaca ekstrem berupa hujan dan angin kencang.

Kepala  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengimbau kepada masyarakat agar mewaspadai cuaca ekstrem dengan masuknya musim pancaroba.

“Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es,” ungkap  Dwikorita  di Jakarta, Minggu (25/2/2024) dikutip dari laman BMKG.

KLIK INI:  Peringatan Dini untuk Semua, Tingkatkan Kesiapsiagaan dan Kurangi Kerentanan Terhadap Bencana Alam

Dwikorita menyampaikan, berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia. Hal ini, kata dia, mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April.

Ciri peralihan musim

Salah satu ciri masa peralihan musim menurut Dwikorita adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

KLIK INI:  Pemprov Sulsel Apresiasi Buka-Tutup Kawasan Tangkap Gurita di Pulau Langkai dan Lanjukang

Karakteristik hujan pada periode ini, lanjut Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.

“Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas,” paparnya.

“Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” tambah dia.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa berdasarkan monitoring yang dilakukan BMKG. Terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat/angin kencang di wilayah Indonesia. Diantaranya yaitu pertama, aktivitas monsun asia yang masih dominan.

KLIK INI:  Upaya Cegah Bencana Longsor, Penghijauan Dilakukan di Lebak dan Bogor

Kedua, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia pada beberapa pekan ke depan. Selanjutnya, ketua adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.

“Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” imbuhnya.

Dua daerah di Sulsel diterjang angin kencang

Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak terlepas dari ancaman cuaca ekstrem. Meski belum memasuk bulan Maret dan April, namun dua daerah di Sulsel telah merasakan guncangan yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.

KLIK INI:  P3E Suma Gelar Bimtek Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Ambon

Dua daerah itu, yakni Kabupaten Luwu Timur (Lutim) dan Bone. Dilansir dari detik, di Bone sebanyak 30 rumah rusak akibat angin puting beliung.

Di Bone, angin puting beliung dilaporkan menerjang dua desa, yakni Desa Lebbae dan Desa Pacciro, Kecamatan Ajangale, pada Sabtu, 24 Februari 2024.

Sedangkan di Lutim, angin puting beliung menerjang sejumlah titik di Kecamatan Nuha pada Hari Sabtu, 24 Februari 2024 sekira pukul 18.00 Wita.

Meski insiden tersebut  dilaporkan tidak menimbulkan korban jiwa, namun tiga rumah warga dilaporkan rusak oleh  terjangan angin puting beliung. Selain itu, juga menyebabkan pohon tumbang dan menimpa 9 unit kendaraan.

KLIK INI:  Seringnya Bencana Terjadi di Indonesia Akibat Perubahan Iklim
Yang mesti dilakukan

Lebih lanjut, Dwikorita juga menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan dalam menghadapi kondisi cuaca yang cepat berubah setiap harinya akibat pancaroba.

Cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh.

Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari atau hujan seperti payung, topi, atau jas hujan.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menambahkan saat memasuki pergantian musim, potensi terjadinya angin puting beliung juga ikut meningkat.

Karenanya, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada dan senantiasa mengupdate informasi dan Peringatan Dini cuaca yang dikeluarkan oleh otoritas resmi BMKG.

KLIK INI:  Sebelum Mudik Lebaran, Sebaiknya Aktif Pantau Informasi Cuaca