Peringatan Dini untuk Semua, Tingkatkan Kesiapsiagaan dan Kurangi Kerentanan Terhadap Bencana Alam

oleh -19 kali dilihat
Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan terkait Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Ilustrasi bencana/Foto-pixabay

Klikhijau.com – Demi melindungi masyarakat terhadap meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstrem. Maka yang penting dilakukan adalah “peringatan dini untuk semua.”

Hal tersebut diserukan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Menurutnya, “peringatan dini untuk semua” sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi kerentanan terhadap bencana alam.

Dilansir dari laman BMKG, Dwikorita menyampaikan seruan tersebut  di hadapan 139 delegasi dari 94 negara dalam acara Third Session of the Commission for Weather, Climate, Hydrological, Marine, and Related Enviromental Service and Applications (SERCOM 3).

KLIK INI:  Pelepasan Air Terkontaminasi Nuklir Fukushima, Ekomarin: Kejahatan Pencemaran Transnasional

“Harus diakui bahwa early warning system atau peringatan dini saat ini masih banyak ketimpangan bahkan injustice atau ketidakadilan. Di mana tidak semua mendapatkan akses yang equal terhadap early warning for all tersebut,” ungkap Dwikorita yang juga Perwakilan Tetap Indonesia untuk Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Anggota Badan Eksekutif Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) di Bali, Rabu (6/3/2024) lalu.

Bagi Indonesia pelaksanaan SERCOM 3 menjadi kebanggaan tersendiri, sebab, untuk pertama kalinya  Indonesia menjadi tuan rumah pengelaran Sercom 3.

Pada sidang ketiga yang fokus pada cuaca, iklim, air dan berbagai aspek lingkungan akan diadakan di wilayah Nusanua Bali mulai tanggal 4 hingga 9 Maret 2024 mendatang

Dwikorita mengatakan sistem peringatan dini dan tindakan dini merupakan alat penting untuk mengurangi risiko bencana dan mendukung adaptasi iklim.

KLIK INI:  Jangan Remehkan Cuaca Panas, Ini Cara Lindungi Tubuh dari Sakit

Sistem peringatan dini sendiri mencakup data dan informasi kondisi iklim dan atmosfer, serta rencana respons untuk meminimalkan dampak bencana iklim, lanjutnya.

Sayangnya, banyak orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap sistem peringatan dini ini, sehingga mereka berisiko tinggi atau rentan menjadi korban.

“Bumi dan seluruh penduduknya menghadapi bahaya dari dampak besar perubahan iklim. Frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem terus meningkat di seluruh penjuru Bumi sehingga sistem peringatan dini untuk semua ini menjadi sebuah kebutuhan mendesak dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang terus menerus,” terangnya.

Dwikorita menekankan bahwa keberhasilan  sistem peringatan dini dapat dicapai jika kelompok masyarakat yang besar mempunyai akses terhadap sistem peringatan dini.

KLIK INI:  Sapardi Djoko Damono, Hujan, dan Mikroplastik
Semakin menyempit

Selain itu, kesenjangan dalam pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk merespons peringatan ini dengan cepat dan tepat  semakin menyempit.

Lebih lanjut, Dwikorita mengungkapkan bahwa selain isu peringatan dini untuk semua, agenda SERCOM 3 juga mengangkat isu ketidakadilan iklim, khususnya dalam konteks gender.

Dalam hal ini, perempuan dan komunitas marginal sering kali menanggung beban terbesar akibat perubahan iklim, meskipun kontribusi mereka hanya sedikit, katanya.

“Seluruh negara harus berupaya mencapai solusi inklusif yang menjamin kesetaraan dan keadilan dalam aksi iklim bersama,” imbuhnya.

KLIK INI:  Kebijakan KLHK Tak Bisa Lepas dari Dukungan Ilmu Pengetahuan

Dwikorita berharap SERCOM 3 dan Konferensi Gender  dapat menjadi forum  produktif untuk bertukar pengetahuan, pengalaman dan solusi dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dunia saat ini terkait perubahan iklim dan kesetaraan gender.

Selain menciptakan solusi inovatif dan mendorong kolaborasi, juga memicu komitmen global terhadap pembangunan berkelanjutan dan ketahanan.

Dwikorita menambahkan, melalui kerja sama yang erat diharapkan dapat diambil langkah-langkah konkrit untuk menjamin keberlanjutan dan kesejahteraan bersama bagi seluruh umat manusia di masa depan.

“Diskusi-diskusi ini bukan sekedar latihan akademis; hal-hal tersebut adalah fondasi yang menjadi landasan masa depan kita bersama. Dengan mempertemukan para ahli dari seluruh dunia, SERCOM-3 bertujuan untuk mendorong dialog multidisiplin yang melampaui batas-batas tradisional. Indonesia dalam hal ini BMKG juga ingin mengambil bagian dan berkontribusi demi kebaikan masyarakat melalui peningkatan partisipasi dan peran kepemimpinan,” pungkasnya. (*)

KLIK INI:  'Nteh', Cara Pegiat Lingkungan dan Seniman di Lombok Timur Galang Dana untuk Korban Bencana