Limbah Makanan, Masalah Global yang Belum Terurai

oleh -15 kali dilihat
Ilustrasi sampah makanan
Ilustrasi sampah makanan/foto-wap.mi.baca.co.id

Klikhijau.com – Limbah makanan masih menjadi sorotan. Bukannya menurun, angkanya semakin meroket. Dari tahun ke tahun.

Laporan Indeks Limbah Makanan terbaru PBB, yang disusun bekerja sama dengan badan amal WRAP, mengungkapkan, limbah makanan terus meningkat.

Jumlahnya cukup mengerikan, lebih dari 1 miliar makanan terbuang setiap hari. Dalam setahun, limbah makanan yang dihasilkan lebih dari $1 triliun  di seluruh dunia.

Di satu sisi banyak makanan yang terbuang. Namun, di sisi lainnya banyak pula orang yang hidup dalam situasi kelaparan.

KLIK INI:  G20 Sepakati Kerjasama Peran Lautan dalam Peningkatan Aksi Mitigasi Perubahan Iklim

Menurut laporan tersebut, ada 783 juta orang hidup dalam kelaparan pada tahun 2022, dan sekitar sepertiga populasi global menghadapi kerawanan pangan.

Inger Andersen, direktur eksekutif UNEP dikutip dari Ecowatch mengatakan, sampah atau limbah makanan adalah tragedi global. Jutaan orang akan kelaparan hari ini karena makanan terbuang sia-sia di seluruh dunia

“Hal ini tidak hanya merupakan masalah pembangunan yang besar, namun dampak dari limbah yang tidak perlu juga menyebabkan kerugian besar terhadap iklim dan alam,” urainya.

Kabar baiknya

Meski begitu, ada kabar baik pula yang mengiringi tingginya limbah makanan di seluruh dunia. Kabar itu adalah ada beberapa negara yang berhasil menekan limbah makanannya.

Negara-negara tersebut adalah UE, Australia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Negara tersebut menjadi negara G20 yang memiliki perkiraan limbah makanan yang memadai untuk melacak kemajuan dalam mencapai tujuan pengurangan limbah makanan sebesar 50% pada tahun 2030.

KLIK INI:  Indikator Kerentanan Perubahan Iklim Dikembangkan di Sulawesi Selatan

Para penulis laporan mengatakan mereka berharap negara-negara lain akan memanfaatkan laporan ini untuk meningkatkan pelacakan sampah makanan guna mengurangi jumlah sampah tersebut.

Beberapa negara sudah mencapai kemajuan berarti dalam target pengurangan sampah makanan, seperti Jepang yang mengurangi sampah makanan sebesar 31% dan Inggris sebesar 18%.

“Kabar baiknya adalah kita tahu jika negara-negara memprioritaskan masalah ini, mereka dapat secara signifikan membalikkan kehilangan dan limbah pangan, mengurangi dampak iklim dan kerugian ekonomi, serta mempercepat kemajuan dalam mencapai tujuan global,” kata Andersen.

Masih tinggi

Walau ada beberapa negara yang secara positif dalam hal mengurangi limbah makanan, namun laporan tersebut juga mengungkapkan, pada tahun 2022 secara total, sekitar 1,05 miliar metrik ton limbah makanan, baik bagian yang dapat dimakan maupun yang tidak dapat dimakan.

KLIK INI:  Emisi Industri Peternakan Tak Bisa Diimbangi Penyerapan Karbon di Tanah

Setidaknya jumlah ini mencakup hampir 20% dari makanan yang tersedia. Lebih lanjut, laporan tersebut menemukan bahwa sampah makanan mencapai 132 kilogram per kapita, dengan sebagian besar sampah makanan (60%) terjadi di rumah tangga, diikuti oleh 28% sampah makanan terjadi di layanan makanan dan 12% di sektor ritel.

Para penulis laporan ini merekomendasikan pendekatan kolaboratif untuk mengatasi limbah pangan dan kerawanan pangan, termasuk melalui kemitraan pemerintah-swasta, yang telah membantu mengurangi limbah makanan per kapita di Australia, Indonesia, Meksiko, Afrika Selatan, dan Inggris.

“Dengan besarnya dampak buruk terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi global yang disebabkan oleh limbah makanan, kita memerlukan tindakan terkoordinasi yang lebih besar di seluruh benua dan rantai pasokan. Kami mendukung UNEP dalam menyerukan lebih banyak negara G20 untuk mengukur limbah makanan dan berupaya mencapai SDG12.3,” kata Harriet Lamb, CEO WRAP.

KLIK INI:  Ini Dampaknya Jika Kadar Gas Rumah Kaca di Atmosfer Meningkat!

Ia menambahkan, hal tersebut penting untuk memastikan makanan memberi makan masyarakat, bukan tempat pembuangan sampah.

Karenanya, kemitraan Pemerintah-Swasta adalah salah satu alat utama yang memberikan hasil saat ini.

Namun, hal ini memerlukan dukungan, baik filantropis, bisnis, atau pemerintah, para pelaku harus bersatu di belakang program untuk mengatasi dampak besar pemborosan makanan terhadap ketahanan pangan, iklim, dan dompet kita.

PBB sendiri bertujuan untuk mengurangi setengah limbah makanan pada tahun 2030. Karena limbah ini berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.

Menurut PBB, limbah makanan menyumbang sekitar 8% hingga 10% dari emisi global. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan industri penerbangan yang menyumbang sekitar 2% emisi karbon global pada tahun 2022.

KLIK INI:  Sapardi Djoko Damono, Hujan, dan Mikroplastik