Emisi Industri Peternakan Tak Bisa Diimbangi Penyerapan Karbon di Tanah

oleh -32 kali dilihat
Ilustrasi peternakan-foto/Pixabay-Pixel-Sepp

Klikhijau.com – Peternakan telah lama dikaitkan dengan perubahan iklim. Sebabnya karena peternakan menghasilkan emisi. Sementara emisi merupakan salah satu sumber pencemaran udara, air, dan tanah

Emisi sendiri adalah pelepasan berbagai zat, gas, partikel, dan energi ke lingkungan yang dapat memiliki dampak negatif yang mencemaskan.

Dilansir dari Ecowatch, sebuah studi baru menyoroti risiko ketergantungan pada penyerapan karbon tanah sebagai cara untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari peternakan.

Studi yang diterbitkan di Nature Communications tersebut menemukan bahwa untuk mengimbangi emisi metana dan dinitrogen oksida dari industri peternakan global. Piperlukan cadangan karbon sebesar 135 gigaton (135 miliar metrik ton).

KLIK INI:  Mengenal 6 Klasifikasi Limbah Padat Menurut Istilah Teknis

Menurut penulis studi, jumlah tersebut hampir dua kali lipat karbon yang tersimpan di padang rumput yang dikelola secara global. Beberapa wilayah memerlukan peningkatan penyerapan karbon di dalam tanah hingga 2.000% untuk mengimbangi emisi peternakan.

Peter Smith, salah satu penulis studi dan ketua Ilmu Tanaman dan Tanah di Universitas Aberdeen, mengatakan penelitian tersebut adalah “sebuah paku di peti mati untuk saran bahwa penyerapan karbon dapat mengimbangi emisi metana” yang dihasilkan oleh industri peternakan global.

Badan Perlindungan Lingkungan AS mengatakan di situs webnya bahwa seekor sapi mengeluarkan sekitar 154 hingga 264 pon metana per tahun.

Meskipun metana tidak bertahan lama di atmosfer dibandingkan karbon dioksida, gas metana 28 kali lebih kuat.

KLIK INI:  Gawat, Gegara Perubahan Iklim, Indonesia Rugi Rp544 Triliun?

Metana dikaitkan dengan sekitar 30% pemanasan global, menurut Badan Energi Internasional. Nitrous oksida, gas lain yang biasa dikeluarkan dari peternakan, merupakan gas rumah kaca yang tahan lama dan 300 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida.

Secara total, emisi peternakan diperkirakan mencapai sekitar 11,1% hingga 19,6% dari total emisi global, The Breakthrough Institute melaporkan.

Mengurangi emisi

Studi lain yang diterbitkan pada Maret 2023 mengungkapkan bahwa antibiotik hewan yang digunakan pada ternak dapat semakin membatasi kemampuan tanah dalam menyerap karbon.

Lebih lanjut, studi pada bulan Maret 2023 mencatat bahwa efisiensi penggunaan karbon mikroba pada tanah di bawah area peternakan adalah 19% lebih rendah dibandingkan area dengan herbivora asli.

KLIK INI:  Hujan Ekstrem Jadi Penanda Indonesia Alami Krisis Iklim?

Di Selandia Baru, industri pertanian sudah mencari metode lain untuk meminimalkan emisi, karena menyadari bahwa bergantung pada stok karbon di tanah saja tidak akan cukup.

“Kita sudah memiliki cadangan karbon tanah yang tinggi dan tidak ada bukti adanya keuntungan di lahan datar. Pertimbangan yang mungkin lebih penting adalah menghindari hilangnya cadangan karbon tanah yang ada, seperti dari pengeringan tanah gambut, penanaman berkala yang berlebihan di lahan kosong, dan pengambilan dalam jumlah besar,” ungkap Profesor Louis Schipper di Universitas Waikato.

Penulis studi baru ini mengatakan tujuan utamanya adalah mengurangi emisi, bukan mengimbanginya. Selain menghapuskan bahan bakar fosil secara bertahap, penulis juga menyarankan solusi seperti mengurangi jumlah ternak, meningkatkan kesehatan hewan, dan mengelola limbah ternak dengan lebih baik.

Selain itu, penulis menulis bahwa diperlukan lebih banyak upaya untuk memulihkan padang rumput, melestarikan simpanan karbonnya, dan terus meningkatkan stok karbon.

KLIK INI:  Berpatroli Jaga Hutan dan Berbagi Kebaikan di Bulan Ramadan

Dari Ecowatch