Festival Golo Koe: Gerakan Anak Muda untuk Misi Rendah Emisi dan Ketahanan Pangan

oleh -54 kali dilihat
Festival Golo Koe: Aksi Anak Muda untuk Aksi Rendah Emisi dan Ketahanan Pangan
Peserta dihindangkan pangan lokal pada Festival Golo Koe: Lokal dan Ekonomi Berkelanjutan yang berbudaya dan berkeadilan iklim di Aula Wae Sambi Labuang Bajo NTT (12/8) - Foto: Ist

Klikhijau.com – Dampak perubahan iklim dirasakan semakin parah termasuk mengancam ketahanan pangan. Perubahan pola hujan, kenaikan permukaan air laut, dan kejadian cuaca ekstrem memberikan dampak pada sektor pertanian.

Oleh karena itu diperlukan tindakan nyata, salah satunya melalui aksi-aksi iklim nyata di tingkat lokal.

Untuk membangun kesadaran perubahan iklim dan ketahanan pangan lokal, dan untuk mendorong aksi-aksi nyata di daerah, khususnya kepada generasi muda, Yayasan KEHATI,  Koalisi Pangan Baik -Hivos-VCA-, Koalisi Rakyat  Kedaulatan Pangan, Koalisi Food and Land Use (FOLU)  IndonesiaWorld Resources Institute (WRI) bekerja sama dengan Keuskupan Ruteng dan Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan serta Balai Pelestarian kebudayaan Wilayah XVI menyelenggarakan serangkaian kegiatan pada Festival Golo Koe di Labuan bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 10-15 Agustus 2023.

“Rangkaian  kegiatan mulai dari pameran, seminar dan workshop Climate Talk dan LaudatoSi, aksi ekologi, dan semiloka Pangan. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun pemahaman publik khususnya generasi muda tentang dampak perubahan iklim dan kaitannya terhadap lingkungan dan ketahanan pangan. Kami berharap kegiatan ini dapat membangun pola pikir generasi muda yang berorientasi pada budaya pangan lokal yang ekologis dan ekonomi berkelanjutan,” ujar Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI Puji Sumedi.

Terdaftar lebih dari 500 anak muda dari 3 kabupaten yang tergabung dalam Orang Muda Katolik yang mengikuti rangkaian kegiatan Festival Golo Koe di tahun ini. Mereka berasal dari Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Timur.

KLIK INI:  Melalui Produk EM4++, Upaya Komunitas MTS Kelola Sampah Organik di Kota Makassar

Rangkaian kegiatan dimulai dengan melakukan kegiatan penanaman bibit mangrove dan bersih-bersih pantai pada 11 Agustus 2023. Keesokan hari, acara dilanjutkan dengan kegiatan seminar dan talkshow berlokasi di Aula Paroki Waesambi.

Turut hadir sebagai keynote speaker,  yaitu Utusan Khusus Kepresidenan (UKP) Bidang Kerjasama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan Muhamad Mardiono. Juga Direktur The Climate Reality Project Indonesia Amanda Katili Niode PhD dengan topik bahasan Mengarusutamakan Isu Perubahan Iklim Global Ke Konteks Lokal, dan Romo Inno Sutam yang membahas topik Penerapan Laudato Si dalam Mendorong Aksi Iklim, Pangan, dan Ekonomi Berkelanjut

Romo Inno Sutam, Pr memandang kontribusi agama dalam menyelesaikan persoalan perubahan iklim semakin relevan. Mengutip pernyataan Paus Fransiskus dalam Laudato Si, Romo Inno menyatakan bahwa bumi kita dalam keadaan krisis.

Ensiklik kedua Paus Fransiskus ini mengeritik konsumerisme, pembangunan yang tidak terkendali, kerusakan lingkungan, dan pemanasan global. Romo Inno berharap generasi muda Katolik dapat menjadi penggerak ketahanan pangan lokal dan ekonomi berkelanjutan yang berbudaya dan berkeadilan iklim.

Pada kesempatan yang sama, Utusan Khusus Kepresidenan (UKP) Bidang Kerjasama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan Muhamad Mardiono Muhamad Mardiono pada keynote speech-nya mengajak peserta mengampanyekan Program “Makan Sehat Cukup Gizi dan Cukup Porsi.”

Kampanye ini bertujuan untuk mendorong gaya hidup sehat dan mencegah terjadinya sampah makanan. Program lain yang dikampanyekan adalah “Belanja dengan Bijak” untuk mengurangi perilaku konsumtif masyarakat terutama kelas menengah atas, serta program “Berbagi Makanan” untuk mengurangi volume makanan yang akan kadaluarsa dan terbuang.

Setelah seminar, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi oleh anak muda sekaligus peluncuran gerakan stop boros pangan dan ekonomi sirkular. Permasalahan sampah makanan/food waste menjadi suatu ironi di tengah perjuangan beberapa daerah membangun ketahanan pangan.

Menurut hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) bersama sejumlah lembaga, Indonesia membuang sampah makanan 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 atau setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun.

Kerugian ekonomi yang ditimbulkan sebesar Rp 213 – 551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia per tahun. Secara sosial, kehilangan ini setara dengan kandungan energi untuk porsi makan 61-125 juta orang per tahun. Secara ekologi food waste menyumbang 8-10% emisi gas rumah kaca.

Permasalahan ini diharapkan berangsur-angsur terselesaikan melalui perlibatan generasi muda. Sebagai agen perubahan, peranan generasi muda sangat penting untuk mempengaruhi tindakan individu, masyarakat, dan pemerintah dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

“Sebagai pemimpin masa depan, generasi muda harus terlibat aktif dalam transformasi menuju sistem pangan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam acara Festival Golo Koe ini, Koalisi Food and Land Use (FOLU) Indonesia ingin mengajak anak-anak muda NTT dan Indonesia untuk berpartisipasi dalam kompetisi Gen-Z for Sustainable Food System (GSFS) 2023 yang sedang kami selenggarakan. Para peserta terpilih nantinya akan berkesempatan magang bersama organisasi masyarakat sipil serta berkontribusi langsung terhadap ketahanan pangan Indonesia,” ujar Kepala Sekretariat FOLU Indonesia Gina Karina.

Generasi muda harus berjejaring, berkolaborasi, dan menghadirkan gerakan yang lebih besar dalam menghadapi isu perubahan iklim, tambahnya.

Selepas seminar, berlokasi di Aula Wae Sambi peserta dimanjakan dengan sajian 1700 gelas kopi dan minuman rempah, serta 1700 olahan pangan lokal khas Manggarai Raya di area Pojok Dapur Mama. Tidak sekadar untuk melepas rasa lapar dan dahaga, dalam penyajiannya Pojok Dapur Mama tidak menyediakan makanan berbahan baku terigu dan disajikan tanpa plastik. “Pesan bahwa masyarakat NTT memiliki ketahanan pangan yang tangguh melalui pemanfaatan potensi pangan lokal yang ramah lingkungan, dan rendah emisi.” Tegas Said Abdullah, Kordinator Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan.

Pada closing statement, Direktur Program Yayasan KEHATI Rony Megawanto mengatakan bahwa seminar hari ini menghadirkan narasumber yang memberikan perspektif perubahan iklim yang lengkap, mulai dari aksi lokal, nasional, sampai solusi perubahan iklim di tingkat global. KEHATI akan terus mendorong program adaptasi perubahan iklim, salah satunya melalui aksi lokal oleh masyarakat seperti mengonsumsi pangan lokal, termasuk sorgum.

KLIK INI:  Gunung Bawakaraeng Semakin Kritis, Salah Satu Penyebabnya adalah Pendaki