- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Ketika pertama mendengar namanya, keladi tikus. Saya pikir itu adalah makanan tikus. Tapi rupanya saya keliru—sangat keliru.
Keladi tikus bukanlah makanan atau pakan tikus, bukan. Ia adalah salah satu jenis tanaman liar yang yang tumbuh di Indonesia—belakangan banyak yang menjadikannya tanaman hias.
Tanaman ini memiliki nama latin Typhonium flagelliforme. Nama yang terkesan sulit dilafalkan. Kehadiran tanaman dari suku Araceae ini, membuktikan bahwa Indonesia merupakan surga bagi berbagai jenis tanaman.
Hal itu memiliki arti yang cukup besar dan berarti bagi Indonesia sebagai “kiblat” keanekaragaman hayati di dunia. Khususnya tanaman.
Tanaman, tidak terkecuali keladi tikus tidak tumbuh begitu saja. Ia tumbuh dengan membawa berbagai manfaat.
Karena itu, tumbuhnya keladi tikus di Indonesia merupakan hal yang patut disyukuri, ia membawa harapan bagi kesehatan manusia.
Iya, tanaman liar yang suka tumbuh disemak-semak ini menawarkan harapan penyembuhan bagi beberapa jenis penyakit.
Lalu apa dan bagaimana tanaman ini bisa menjadi obat, dan penyakit apa saja yang bisa keok ketika berhadapan dengan tanaman yang satu ini?
Namun, sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mengenal asal tanaman obat ini.
Menurut Wikipedia , keladi tikus berasal dari Myanmar, Filipina, Singapura,Guangdong, Guangxi, Yunnan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, Nugini, Queensland, dan Wilayah Utara Australia.
Itu artinya, tanaman ini bukanlah tanaman endemik negara +62 ini. Namun, intinya bukan apakah ia endemik atau tidak. Sebab yang dibutuhkan adalah manfaatnya.
Manfaat keladi tikus
Nah, menurut Ketut Agus Adrianta, dkk (2017), keladi tikus berkhasiat membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker. Dapat menekan efek negatif dari proses pengobatan modern (khemoterapi) seperti rambut rontok, nafsu makan hilang, rasa nyeri di tubuh, bersifat antivirus dan anti bakteri serta bisa mengatasi rasa mual.
Khusus kanker, penyakit ini merupakan pembunuh yang mengerikan. Kemenkes RI, (2015) merilis jika penyakit kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Setidaknya ada sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker pada tahun 2012.
Jenis penyakit kanker tidak hanya satu, tapi banyak di antaranya kanker paru, hati, usus, kolorektal dan kanker payudara merupakan penyebab terbesar terjadinya kematian.
Keampuhan keladi tikus mengatasi penyakit seperti yang disebutkan di atas dikarenakan ekstrak etanol daun tanaman ini memiliki nilai IC50 sebesar 76.10 ppm dan memiliki aktivitas antioksidan kuat.
Sayangnya, meski tanaman ini memiliki banyak khasiat, tapi belum banyak dikenal oleh masyarakat. Namun, ada pula masyarakat Indonesia menggunakan tanaman tersebut untuk mengobati penyakit kanker atau tumor (Syafruddin ddk dalam Farida Y, 2018).
Meski namanya keladi, tapi keladi tikus berbeda dengan keladi sebagai umbi yang biasa menjadi salah satu bahan untuk makanan. Keladi tikus lebih banyak dijadikan bahan untuk obat tradisional. Bagian yang digunakan adalah seluruh “tubuhnya”, baik daun maupun umbinya.
Selain bisa mengatasi kanker, rupanya tanaman ini bisa dimanfaatkan pertolongan pertama untuk gigitan lipan atau ular, radang kulit (pyoderma), bisul (furunculus), tumor yang berasal dari pembuluh darah (hemangioma), luka, borok, koreng dan patek (frambusia) (Maysaroh H, 2013).
Apa dan bagaimana bisa demikian, itu karena keladi tikus mengandung triterpenoid, alkaloid, polifenol, Ribosome Inactivating protein (RIP), dan fitol. Kandungan itu memiliki efek antikanker
Diproduksi dalam bentuk teh bubuk
Typhonium flagelliforme tidak hanya dikonsumsi apa adanya, tapi telah dibuat dalam bentuk lebih modern. Semisal di Malaysia ekstrak keladi tikus ini telah diproduksi dalam bentuk pil dan teh bubuk.
Tanaman ini juga disebut tanaman ajaib karena memilki banyak manfaatnya dan telah dikomersialkan sebagai bahan baku pangan dan bahan baku obat tradisional.
Saat ini penggunaan obat yang berasal dari tanaman ini telah diterima secara luas, mengingat penggunaan obat sintetik selain mahal juga memiliki efek samping yang merugikan dalam penggunaan jangka panjang.
Itu karena penggunaan bahan aktif kimia dapat menimbulkan efek samping yang cukup berat karena bahan aktif tersebut selain membunuh sel kanker juga dapat merusak jaringan tubuh yang sehat.
Oleh karena itu, pencarian sumber obat alami tradisional dapat merupakan alternatif yang cukup menjanjikan demi mengurangi efek samping dari bahan aktif kimia. (Harmastini Sukiman dan Nuriyanah, 2016)
Salah satu tanaman obat alternatif adalah keladi tikus. Hanya saja Nesti Fronika Sianipar, dkk (2016) mengungkapkan ada permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan keladi tikus untuk bahan baku obat antikanker, yakni rendahnya keragaman genetik keladi tikus asal Indonesia karena perbanyakan klonal vegetatif secara konvensional.
Hal itu menyebabkan rendahnya diversitas kandungan senyawa bioaktif keladi tikus. Padahal hal tersebut dibutuhkan sebagai bahan baku obat.
Namun demikian, tetap ada solusi untuk meningkatkan diversitas kandungan senyawa bioaktif tanaman ini yaitu melalui melalui kultur in vitro dengan cara induksi mutasi pada populasi sel somatik atau tunas pucuk.
Induksi mutasi ini dapat dilakukan antara lain melalui mutasi secara fisik dengan menggunakan iradiasi sinar gamma.