- Kayu Bitti, Penyelamat Perahu Pinisi - 26/04/2025
- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
Klikhijau.com – Saat kami sedang beristirahat dari aktivitas membangun rumah kebun di Dusun Gamaccayya, salah satu dusun di Desa Kahayya, Bulukumba. Juni tiba-tiba berujar, “Manna katilaporo mateji napakua timuro (Biar katilaporo mati juga terkena kemarau)”.
Sontak saja saya menoleh kiri kanan. Mencari rumput yang dimaksud oleh Juni itu, “Yang mana katilaporo?” tanya saya.
“Itu, banyak sekali tumbuh,” jawab Ayah yang berada didekat saya.
Saya memegang rumput liar yang tumbuh di dekat saya itu sambil bertanya, “Yang ini?”. Apa yang saya tunjukkan benar memang katilaporo.
Beberapa hari terakhir, nama katilaopo memang sangat akrab di pendengaran saya. Namanya juga basah di ingatan. Tepatnya ketika saya mencari tahu tentang anoa.
Hubungan anoa dengan katilaporo memang erat. Sebab menjadi makanan andalan satwa endemik Sulawesi itu.
“Katilaporo adalah makanan utama soko,” ungkap Puang Appi, Oktober lalu. Soko adalah nama lokal anoa di Bulukumba.
Warga Desa Kahayya itu mengetahui jika pakan anoa adalah katilaporo dari perut anoa yang ditangkapnya. Pada bulan September 2023 lalu. Ia bersama empat warga Desa Kahayya menangkap tiga ekor anoa.
Namun, sebenarnya itu bukanlah tangkapan pertama Puang Appi, ia sering menangkap anoa—saat kemarau tiba.
Atong warga Desa Kindang yang juga pernah menangkap anoa, juga mengakui jika makanan anoa adalah katilaporo.
“Daging anoa berbau sakkulu (berbau tidak sedap dan menyengat) karena makanannya adalah katilaporo. karenanya, dagingnya harus diolah dengan baik agar baunya bisa hilang saat dimasak,” terang lelaki 30an tahun itu.
Bukti lain jika katilaporo adalah benar merupakan pakan anoa diungkapkan oleh Arini dan Wahyuni dalam penelitiannya yang berjudu Kelimpahan Tumbuhan Pakan Anoa (Babulus sp di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone pada tahun 2016 lalu.
Mereka memasukkan Elatostema sp sebagai salah satu pakan anoa. Elatostema sp adalah nama ilmiah dari katilaporo.
Sebagai pakan utama anoa, menurut Puang Appi, di borong (hutan) di mana habitat anoa berada, khususnya di Bulukumba, katilaporo memang tumbuh banyak seolah tak terbatas.
Bukan hanya pakan anoa
Katilaporo tidak menjadi pakan anoa saja, tetapi juga ternak lain seperti sapi. Hanya saja, tidak ada peternak sapi yang rela membudidayakan tumbuhan ini.
Sebab tidak dibudidayakan saja, ia bisa memenuhi lahan. Pertumbuhannya cepat ditempat yang bernaung. Tanaman ini tidak begitu tangguh terhadap panas.
“Sapi juga menyukai katilaporo,” ujar Ummang, salah seorang warga Desa Kahayya yang memiliki dua ekor ternak berupa sapi.
Sapi yang dipelihara olehnya memang sering memakan katilaporo yang tumbuh banyak di Gamaccaya. Tumbuhan ini menyukai tempat yang tidak bersentuhan langsung dengan sinar matahari.
Sebab jika terjadi kemarau berkepanjangan seperti di tahun 2023 lalu. Daun katilaporo akan terlihat layu. Namun, begitu mendapat siraman air. Ia akan tumbuh lebat dan akan lupa mati.
Jadi gulma meresahkan
Katilaporo memang tumbuh liar. Ia menyukai tumbuh di area yang tertutup dan di pinggir kali atau sungai.
Tumbuhan ini juga mudah dijumpai di kebun kopi. Tumbuh dengan lebat tanpa memberi celah rumput lain untuk tumbuh bersamanya.
Karena itu, bagi petani seperti Juni dan Ayah, katilaporo adalah gulma meresahkan. Keberadaannya harus dibasmi hingga, kalau bisa tidak lagi tersisa.
Sayangnya, tumbuhan dari famili Utricaceae ini cukup tangguh dari sabetan parang, bahkan meski dicabut sekalipun, ia akan tetap tumbuh.
Namun begitu, menurut Ummang, rumput liar ini terkadang dapat dibasmi dengan menggunakan racun rumput yang tidak terlalu keras.
“Racun rumput yang tidak terlalu keras dan murah, terkadang mampu membasminya,” katanya.
Tumbuhan ini memiliki batang terlihat beruas. Daunnya berwarna hijau tua. Agak kecil dengan ujung yang runcing. Pada pangkal daunnya terdapat bunga yang akan menjelma buah. Katilaporo terlihat tumbuh berumpun dan sedikit merambat.
Dapat menjadi tanaman hias
Jika melihat batang dan daun katilaporo yang tampak unik dan. Sangat mungkin rumput liar ini dikembangkan sebagai tanaman hias.
Namun, jika ingin menanamnya sebagai tanaman hias, sebaiknya ditanam di dalam pot. Sehingga tidak menyebar ke mana-mana. Sebab jika dibiarkan tumbuh, maka tumbuhan ini memiliki keunggulan menguasi area di mana mereka bertumbuh.
Hal lain yang perlu diperhatikan jika dijadikan tanaman hias adalah, harus ditanam di area yang terlindungi dari sinar matahari langsung. Tumbuhan ini menyukai tempat yang teduh dan berair.
Selain sangat mungkin menjadi tanaman hias, katilaporo ini kemungkinan besar pula dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Hanya saja, sejauh ini belum ada data atau penelitian yang menunjukkan hal itu.
Namun yang pasti, jika ingin melestarikan anoa, khususnya anoa pegunungan seperti yang terdapat di Bulukumba, maka tumbuhan ini perlu dijaga kelestariannya. Sebab menurut warga yang pernah bersentuhan dengan satwa endemik yang dilindungi itu, katilaporo adalah makanan utama dari satwa tersebut.
Tantangan pelestariannya adalah, tumbuhan ini dianggap gulma oleh masyarakat yang harus diberantas hingga tiada tersisa saat berada di kebun.