- Menyerap Sensasi Hijau Donggia Bersama TBM Al-Abrar, Bulukumba - 01/10/2024
- Dipeluki Sampah - 29/09/2024
- Yudi, Urang Aring yang Tak Terawat, dan Manfaatnya yang Mengejutkan - 27/09/2024
Klikhijau.com – Perjalanan hari Minggu lalu ke Bulukumba adalah perjalanan saya yang kesekian kalinya. Sehingga nyaris tidak ada lagi kesan berarti. Semuanya menjadi biasa saja karena keseringan.
Barangkali hal seperti itu dirasakan Leonil Messi ketika mencetak gol. Ia tak merasakan sensasi yang lebih karena terlalu sering melakukannya.
Namun, ada hal yang selalu saya perhatikan dan pikirkan setiap memasuki Kabupaten Jeneponto, saya tak pernah alpa memperhatikan satu pohon, pohon tala atau lebih dikenal dengan lontara (borassus flabellifer).
Pohon itu memiliki daya pikat yang cukup tangguh dan penuh misteri bagi saya.
Saya pernah mengambil gambar pohon tersebut melalui kamera handphone dari jendela mobil, lalu memasangnya di status Whatsapp dengan caption “pohon kurma Jeneponto”.
Bagi saya pohon lontara memiliki ketangguhan pohon kurma yang mampu bertahan hidup di area yang curah hujan dan asupan airnya kurang.
Tentang pohon lontara
Iya, Jeneponto adalah salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang jarang ditamui hujan.
Keberadaan lontara cukup familiar bagi orang Bugis-Makassar, saking familiarnya huruf khas Bugis-Makassar pun dinamai huruf lontara.
Lontara menjadi nama yang banyak digunakan, baik komunitas hingga judul buku, sebut saja novel Lontara Rindu yang ditulis S. Gegge Mappangewa yang mendapat juara satu dari Republika.
Rasa penasaran itu mengajak saya mencari tahu lebih banyak mengenai pohon lontara. Saya membuka beberapa situs online. Dan menemukan penjelasan yang cukup gamblang dari situs beritakotamakassar.fajar.co.id yang ditulis Fachruddin Palapa, katanya begini
Pohon lontara merupakan sejenis palem berbatang satu yang kuat dan kokoh dengan tinggi 15 hingga 30 meter. Batangnya ke arah ujung dan pangkal membesar dengan daun besar berbentuk tajuk. Berdiameter sekitar 60 cm.
Pelepahnya lebar serta pada bagian atas hitam. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm. Pohon lontara mampu hidup hingga 100 tahun lebih.
Untuk mengambil buahnya yang berbentuk bulat peluru berdiameter 7-20 cm, yang biasanya bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir. Warnanya hitam kecokelatan. Harus memanjatnya terlebih dahulu.
Manfaat pohon lontara
Lontara merupakan flora identitas Sulawesi Selatan sering juga disebut pohon siwalan. Flora ini termasuk jenis palma (pinang-pinangan). Hampir semua bagian pohonnya bisa dimanfaatkan.
Mulai dari daun, batang, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai ballo’ (tuak) ataupun diolah menjadi gula merah dan cuka alami.
Tuak inilah yang oleh warga Jeneponto dijadikan bahan baku gula merah. Memproduksi gula merah dari ballo’ dilakukan secara turun-temurun di Jeneponto dan masih tradisional.
Konon, dulu setiap daerah yang dikunjungi Raja Gowa atau pemangku adat kerajaan selalu ditanami pohon lontara. Tala Salapang atau sembilan pohon lontara yang ada di Makassar, kemungkinan buah tangan pengawal kerajaan di masa lampau
Selain sebagai nama komunitas atau lembaga dan huruf. Pohon ini juga diabadikan sebagai logo atau lambang beberapa instansi.
Salah satunya Kodam XIV Sultan Hasanuddin Makassar yang sebelumnya bernama Kodam VII Wirabuana. Logo pohon lontara terlihat dari baju seragam (uniform) prajurit Kodam XIV Sultan Hasanuddin.
Barangkali berangkat dari logo itu pula, pada tahun 2017 silam, saat merayakan hari jadi ke-60 Kodam XIV Sultan Hasanuddin Makassar melakukan penanaman puluhan ribu pohon lontara secara massal.
Mayjen TNI Agus Surya Bakti yang saat itu menjabat sebagai Pangdam XIV Sultan Hasanuddin mengatakan bahwa penanaman pohon tersebut bukan sekadar untuk memecahkan rekor, namun untuk mengangkat nilai budaya bangsa berdasarkan kearifan lokal di Sulsel.
“Pohonnya tegak, keras, dan lurus, dan mampu tumbuh menjulang, artinya apa, masyarakat akan menghadapai rintangan apa pun demi kokohnya kedaulata NKRI,” imbuhnya.
Suami Bella Saphira tersebut berharap, prajurit Kodam Hasanuddin harus bisa seperti pohon lontara yang bisa hidup di mana saja, baik di tempat basah maupun kering.
“Artinya prajurit Hasanuddin harus mampu dalam keadaan susah atau senang untuk membela kedaulatan. Ini sebuah kekuatan prajurit sesuai logo Kodam Hasanuddin.
Setia hingga akhir, tak pernah mundur, dan sifat Sultan Hasanuddin, itulah wujud bagaimana prajurit Kodam berusaha menghadapi dinamika global yang luar biasa dan ingin memecah belah kita,” pungkasnya.
Memiliki potensi ekonomi yang tinggi
Pohon lontara memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Selain menghasilkan buah segar dan tuak, bagian-bagian lain dari pohon ini juga bisa bernilai rupiah.
Daunnya bisa dibuat atap. Pelepahnya juga bisa dibuat pagar. Batangnya pun cukup kuat dijadikan balok atau tangga rumah kayu.
Tidak mengherankan jika rumah kayu di Jeneponto terutama yang di pelosok kampung, bahan bakunya menggunakan batang lontara. Mulai dari balok hingga tangga rumah.
Rasa penasaran saya perihal pohon lontara setelah membaca beberapa penjelasan mengenainya perlahan terkendali. Tapi, sepertinya saya akan tetap memperhatikan pohon ini jika pulang ke Bulukumba atau saat kembali ke Gowa.