Cerita Hasse, Sang Predator Penyu yang Insaf

oleh -193 kali dilihat
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Matahari belum muncul di peraduannya, tapi sesosok manusia mulai berjalan di tengah gelap dan sunyinya malam. Jarum jam menunjuk pukul 03.00 dinihari.

Dia mulai berjalan di tepi pantai mencari sesuatu yang hanyut dibawa ombak dan masih bermanfaat.

Lelaki itu tak hanya mencari barang hanyut, tetapi juga mencari penyu yang sedang bertelur. Katanya, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

Namanya HASSE alias Asse. Banyak yang menamainya sang predator telur penyu. Sebelum insaf, Hasse termasuk yang intens mengkonsumsi telur penyu.

KLIK INI:  Dua Perempuan Dikukuhkan Sebagai Profesor Riset oleh KLHK

Bayangkan, dengan tanpa rasa takut dan kedinginan Asse mulai berjalan mencari sarang, telur penyu agar bisa diambil untuk dikonsumsi.

Dengan keahlian dan pengalamannya,  sarang dan telur dengan mudah didapatkannya.

Bermodal sebatang bambu kecil yang runcing di tangannya, Asse mulai menusuk-nusuk ke pasir yang diduga ada telur penyunya.

Setelah telur penyu didapatnya, Asse kembali ke kampung atau rumah untuk membagikan telur tersebut kepada keluarga dan tetangga untuk dikonsumsi.

KLIK INI:  Pohon Pustaka dan Aksi Menawan "One Book One Tree"

“Telur yang saya dapat, saya konsumsi atau saya bagikan ke tetangga,” ujar Asse menyesal.

Kegiatan ini menjadi rutinitas Asse selama beberapa tahun. Itu kisah lama yang tak ingin ia ulangi.

Seiring waktu, dia mulai sadar betapa pentingnya menjaga telur penyu. Semua berkat  sosialisasi dari petugas Taman Nasional Taka Bonerate yang terus digalakkan tentang pentingnya pelestarian penyu dan biota laut langka lainnya.

“Saya tidak tau bahwa Penyu itu penting dilindungi,” kata Asse.

Kini, Asse telah berubah tiga ratus enam puluh derajat. Dari seorang pemangsa penyu. Kini jadi pelestari penyu. Orang-orang di Jinato pun menyebutnya sebagai pawang penyu.

KLIK INI:  Pemantauan Pemutihan Karang Dilakukan di Perairan Selayar, Begini Hasilnya!

“Semenjak berubah, Asse selalu datang pagi-pagi ke pos jaga sekadar melaporkan temuan jejak atau sarang Penyu,” cerita Sunadi Buki, seorang petugas fungsional PEH di resor Jinato.

Semenjak itu Balai TN Taka Bonerate ikut terlibat dalam kegiatan keteknisan seperti yang dilaksanakan sekarang, survei habitat penyu di resor Jinato. Berkat pengalaman Hasse pun, tim menemukan satu individu Penyu yang sementara bertelur.

“Kami baru-baru melepaskan tukik sebanyak 74 ekor hasil temuan beliau yang kami coba tetaskan secara semi alami, kami ajak warga dan perangkat desa,” ujar Sunadi Buki.

Balai Taman Nasional Taka Bonerate terus akan mensosialisasikan, pentingnya satwa purba ini dilindungi baik dalam kawasan Taman Nasional  maupun di luar kawasan TN Taka Bonerate.

Penyu adalah salah satu satwa liar yang dilindungi, baik secara internasional maupun nasional.

Sekadar diketahui, dari 120-80 telur yang ditetaskan penyu hanya 2 – 3 ekor yang bisa mencapai penyu dewasa. Sisanya dimangsa oleh predator, baik itu alami ataupun ulah manusia.

Informasi yang dikumpulkan, sejak Agustus 2019 sampai dengan januari 2020, sudah 12 jejak dan sarang penyu yang Asse temukan. 1 di sisi timur, dan 11 sarang dan jejak di sisi selatan pantai barat Pulau Jinato.

Semoga Insafnya Asse sang predator, populasi penyu yang ada di perairan resor Jinato khususnya terus meningkat dan Taman Nasional Taka Bonerate pada umumnya.

Cerita tentang Asse adalah fakta menarik betapa kesadaran jadi pintu masuk pelestarian satwa dan konservasi berbasis warga.

KLIK INI:  Muhammad Yusri, Menyelamatkan Penyu di Tanah Mandar dengan Cinta