Benarkah Gula dapat Memicu Depresi? Ini Kata Ahli!

oleh -124 kali dilihat
Benarkah Gula dapat Memicu Depresi Ini Kata Ahli!
Ilustrasi - Foto/unsplash

Klikhijau.com – Apakah benar bahwa gula dapat menjadi penyebab depresi? Menurut seorang dokter spesialis dari Jepang bernama Hiromi Shinya, konsumsi gula benar-benar harus diatur karena dapat menimbulkan depresi.

Wah, rasanya ini alarm penting buat kita semua agar lebih bijak konsumsi gula. Ikuti penjelasan lengkapnya seberapa berbahaya gula bagi kesehatan.

Faktanya, dalam keseharian, kita nyaris tak bisa menghindar dari godaan gula dan aneka makanan yang “manis-manis”. Bahkan, ada semacam kebiasaan yang sudah membudaya bahwa setelah makan, masih perlu lagi menyantap makanan atau kue ‘pencuci mulut’, minum kopi atau teh dan minuman lainnya. Itu artinya, kita berpotensi kelebihan gula setiap hari tanpa kita sadari.

Bukan itu saja, kita juga punya kebiasaan mengunya permen karet dan aneka cemilan. Dokter Hiromi Shinya bahkan membuat ilustrasi ekstrem bahwa dengan keseringan konsumsi gula, tubuh dan hati seperti tergerogoti ulat?” tulis dokter sinya dalam bukunya berjudul “Revolusi Awet Muda” (2010).

Nah, ini tentu satu peringatan keras betapa kelebihan gula sangatlah buruk bagi kesehatan. Dokter Hiromi Shinya pun menyarankan agar kita sebisa mungkin dapat menghindari makanan yang manis-manis.

KLIK INI:  Studi: Wewangian Menawarkan Solusi untuk Mengobati Depresi

Lalu, apa hubungan antara gula dan depresi?  Jawaban dokter Hiromi Shinya begitu mengejutkan kita, namun informasi akan hal ini penting kita dengarkan agar segera kita berbenah dan mulai berpikir ulang tentang gula.

Pengajar di Universitas Albert Einstein ini menggarisbawahi dengan tegas dalam bukunya bahwa terlalu banyak makan makanan manis dapat mengakibatkan depresi. Jadi, sekali lagi terjawablah secara meyakinkan pertanyaan dari judul artikel ini.

“Mungkin belum banyak orang yang menyadari hal tersebut. Sebenarnya tidak hanya depresi, makanan manis juga dapat menyebabkan kegelisahan, ketidaktenangan, rasa malas, mudah marah dan lainnya,” pesan dokter sinya.

Dengan konsumsi gula berlebihan, lanjutnya, hati kita menjadi tidak tenang dan sangat sulit dikendalikan. Hal ini menyebabkan kondisi tubuh menjadi tidak menentuh.

“Tidak berlebihan jika saya menyebut bahwa turunnya tingkat kesehatan orang-orang saman sekarang disebabkan oleh gula,” terangnya.

KLIK INI:  Ahli: Konsumsi Makanan Tinggi Protein Bisa Berbahaya bagi Jantung
Mengapa gula berbahaya?

Mungkin banyak yang bertanya, mengapa gula dan aneka makanan yang manis-manis dapat memicu terjadinya penurunan kondisi tubuh? Menurut dokter Hiromi Shinya, hal pertama yang yang jadi masalah di balik ini adalah masalah tekanan gula darah.

Tekanan gula darah merupakan tingkat konsentrasi yang ada dalam zat gula. Kata dokter Shinya, jika kita banyak makan makanan manis, tentu saja tekanan gula darah juga meningkat. Jadi, masalahnya bukan hanya dari dalam tubuh semata. Namun, tekanan gula darah akan naik secara alami akibat pola makan kita sehari-hari.

Dokter Shinya menjelaskan bahwa  masalahnya sekali lagi ada pada pola makan. Gula terdiri dari berbagai jenis. Gula pasir adalah jenis gula yang mudah menaikkan tekanan gula darah.

“Saya ingin Anda memahami bahwa gaya hidup masyarakat sekarang yang banyak mengonsumsi gula sangat membahayakan tubuh sendiri,” pesan lanjutan dokter Hiromi Shinya.

Lalu apakah semua jenis gula berbahaya? Bagi dokter Shinya, ia menyamaratakan sebutan untuk gula. Meskipun, gula sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni; glucide (karbohidrat) yang terkandung di dalam nasi, roti dan makanan lainnya; juga gula yang terkandung di dalam gula pasir dan jenis gula lain.

Ada pula glukosa yang terkandung di dalam buah-buahan bahkan madu. Faktanya, zat gula yang memiliki molekul terpadu adalah fruktosa dan glukosa.

Menurut dokter Shinya, dalam proses pemurniannya, gula terbagi menjadi beberapa jenis seperti sukrosa, gula merah, gula pasir, gula karamel, dan jenis gula yang ada dalam kudapan mewah kalangan atas.

“Selain glucide, makanan berserat yang tidak terserap atau tercerna di dalam usus kita juga merupakan salah satu jenis gula. Dalam ilmu gizi, glucide dinamai pula karbohidrat. Karbo adalah perbaduan antara serat dan glucide,” tulisnya.

Apapun itu, dokter Hiromi Shinya menyarankan agar kita lebih bijak dalam konsumsi gula agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan dan psikis kita. Semoga bermanfaat!

KLIK INI:  Selain Penyedap Masakan, Ini Manfaat Lain Daun Perilla