Bagaimana Bisa Penelitian Kesehatan Berkontribusi Terhadap Krisis Iklim?

oleh -35 kali dilihat
Mengenal Lebih Jauh Asuransi Kesehatan dan Faktor Penentu Besaran Preminya
Ilustrasi gambar - Foto: Ist

Klikhijau.com – Pemicu krisis iklim datang dari berbagai arah. Bahkan dari arah yang tidak terduga. Salah satunya adalah dari bidang kesehatan.

Bagaimana bisa bidang kesehatan berkontribusi pula pada krisis iklim? Padahal krisis iklim merupakan ancaman yang terus meningkat terhadap kesehatan manusia.

Jadi, seharusnya bidang kesehatan, khususnya penelitian kesehatan lepas dari pemicu krisis iklim.

Namun, nyatanya tidak demikian. Penelitian kesehatan sendiri berkontribusi terhadap krisis melalui konsumsi energi dan produksi limbah.

KLIK INI:  Menyegarkan Hari dengan Quotes tentang Daun yang Penuh Makna

Dilansir dari Nature, ada sebuah studi tahun 2011 menemukan bahwa satu uji klinis dapat menghasilkan sekitar 180 ton karbon dioksida dalam setahun.

Karbon tersebut setara dengan apa yang dihasilkan oleh 35 penduduk Inggris setiap tahunnya. Penyimpanan dingin di laboratorium adalah salah satu konsumen energi terbesar di lapangan.

Banyak studi ilmu kehidupan membutuhkan bahan untuk disimpan di lemari es dan freezer untuk waktu yang lama. Sampah plastik juga merupakan masalah.

Penelitian laboratorium menghasilkan sekitar 5,5 juta ton secara global pada tahun 2015, yang mencakup hampir 2% dari total sampah plastik.

“Kami membiarkan banyak penelitian dan praktik kesehatan tergelincir. Karena kami mencoba membantu kesehatan masyarakat,” kata Talia Caplan, manajer penelitian di Wellcome di London.

KLIK INI:  Perihal Sumber Daya Alam Terbarukan dan Jenisnya
Beralih ke penelitian berkelanjutan

Laporan Wellcome, yang diterbitkan pada tanggal 2 Agustus lalu meninjau upaya yang dilakukan oleh para peneliti kesehatan di seluruh dunia untuk mengurangi penggunaan dan limbah energi.

Laporan tersebut mengidentifikasi 146 inisiatif keberlanjutan, yang dikategorikan ke dalam 8 jenis, termasuk jaringan staf, kampanye, alat pengukuran, dan program sertifikasi.

Contohnya adalah Future Earth, jaringan ilmuwan global yang mempromosikan upaya keberlanjutan melalui inisiatifnya sendiri serta bekerja sama dengan penyandang dana dan meningkatkan kesadaran dalam komunitas riset.

Program lainnya adalah Laboratory Efficiency Assessment Framework (LEAF), sebuah program yang memberikan sertifikat emas, perak, atau perunggu kepada laboratorium yang berpartisipasi, tergantung pada tingkat keberlanjutannya.

KLIK INI:  Secara Ekonomi, Spesies Invasif Sebabkan Kerugian Besar

Selama masa uji coba 2 tahun di 23 lokasi penelitian di Inggris dan Irlandia, program ini mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 648 ton. Jangkauan LEAF kini telah menyebar ke 85 institusi di 16 negara.

Penasihat sumber daya laboratorium-efisiensi di Imperial College London, Allison Hunter,  mengatakan bahwa para peneliti menjadi semakin peduli tentang keberlanjutan.

Laporan Wellcome menemukan bahwa sebagian besar inisiatif keberlanjutan didorong oleh individu ilmuwan yang memiliki ketertarikan terhadap isu ini. Hampir seluruh inisiatif yang diidentifikasi dalam laporannya bersifat sukarela. Bahkan ketika individu bersedia berinvestasi dalam praktik kerja berkelanjutan, koordinasi dan sumber daya tetap diperlukan, kata Hunter.

Misalnya, dia menunjukkan bahwa di Eropa. Tidak ada sistem standar untuk mengidentifikasi freezer laboratorium mana yang paling hemat energi. Jadinya sulit bagi para ilmuwan untuk mengetahui berapa banyak listrik yang mereka gunakan dan bagaimana menguranginya, tanpa memperhitungkannya. Waktu untuk mengukur penggunaan energi yang tepat. Menghitung berapa banyak energi yang digunakan setiap peralatan laboratorium akan memakan waktu, katanya.

KLIK INI:  Benarkah Kopi Bungkus Mengandung Mikroplastik?

Laporan ini menyerukan lembaga-lembaga seperti universitas, penerbit penelitian, dan penyandang dana untuk lebih mendukung inisiatif keberlanjutan.

Para penyandang dana di Inggris sedang menyusun kesepakatan nasional dengan tujuan menerapkan praktik berkelanjutan yang efektif dan berjangka panjang dalam industri penelitian.

Caplan mengatakan bahwa laporan tersebut akan menjadi masukan bagi kebijakan kelestarian lingkungan Wellcome bagi para pemegang hibah, yang diharapkan akan diterbitkan pada akhir tahun ini.

“Ini tantangan yang rumit dan tidak mudah,” kata Caplan.

Ia berharap laporan Wellcome akan menjadi titik awal untuk membangun basis bukti yang lebih besar mengenai alat dan praktik untuk membantu transisi menuju penelitian yang lebih ramah lingkungan.

Hal yang perlu dilakukan oleh peneliti kesehatan adalah menerapkan serangkaian praktik berkelanjutan dalam penelitian kesehatan. Hal tersebut dapat membantu bidang ini mengurangi jejak karbon yang besar. (*)

KLIK INI:  Anda Peminum Berat Kopi? Klik dan Ketahui Risikonya

Sumber: Nature