Asam Jawa, Manfaat, dan Kenangan Menggemaskan Tentangnya

oleh -394 kali dilihat
Asam jawa
Asam jawa - foto/Ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – “Sedang ini dulu, mengupas asam jawa,” jelasmu memberi keterangan pada tiga foto yang kau kirim di kontak WhatsApp saya.

Asam jawa akan tahan lama bila sudah dikeringkan, bisa bertahan hingga dua hingga tiga tahun. Namun, harus benar-benar kering.

Jika hendak mendapatkan keringnya maksimal, harus dijemur dibawa terik matahari selama dua sampai tiga hari lamanya.

“Cukup tahu juga tentang asam, ya,” balas saya disertai emotikon ketawa

KLIK INI:  Kemarau di Pematang Sawah

Mace dulu pedagang asam,” jawabmu singkat dengan balasan emotikon ketawa pula

Mace, itu bahasa yang biasa digunakan orang Sulawesi Selatan sebagai pengganti kata mama atau ibu

Perbincangan kita tentang asam jawa sontak saja membangkitkan ingatan tentang buah dari pohon  bernama ilmiah Tamarindus indica itu.

Pohon yang berasal dari  berasal dari Afrika, yang kemudian berkembang di India, Sudan, Filipina Pakistan, , Spanyol, Meksiko, dan juga di Indonesia memang bukanlah pohon asing bagi saya.

Hampir setiap saat saya menemukannya. Pohonnya  bisa mencapai tinggi  25 hingga 30 meter  dengan diameternya bisa mencapai lebih dari 2 meter itu memang mudah ditemukan.

Karena di sepanjang jalan menuju Makassar, pohon asam banyak tumbuh dipinggir jalan. Ia menjadi salah satu pohon pilihan sebagai peneduh dan pelindung jalan.

Dengan batang yang kokoh dan akarnya yang kuat menjadi salah satu alasan pilihan jatuh kepadanya. Ranting dan batangnya cukup tangguh menerima hantaman angin. Ia juga merupakan tipe pohon yang berumur sangat panjang.

Pohon dari family Fabaceae ini memiliki batang berwarna cokelat keabuabuan. Kayunya sangat kuat, keras, padat, dan berat dengan warna pucat keputihan yang banyak digunakan masyarakat sebagai bahan kontruksi bangunan kayu, semisal rumah.

Pohon ini juga memiliki daun yang mencapai  panjang 7,5-15 cm dan teratur, panjang tangkai daunnya dapat mencapai lebih dari 1,5 cm. Sehingga mampu menadah sinar matahari agar tak tembus kepada pengguna jalan.

Kenangan asam

Kenangan saya dengan asam jawa bukan pada pohon atau daunnya—yang menurut Anggi Faradiba, dkk, (2016) daunnya memiliki banyak kandungan zat yang sangat berguna untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Daunnya juga juga dapat menghambat aktivitas bakteri dalam tubuh. Getahnya memiliki khasiat   kholagogik, diuretik, dan laksatif. Daunnya dapat digunakan untuk mengatasi demam dan batuk

Tapi kenangan saya terletak pada buahnya. Pada September 2015 silam hingga April 2016, saya memiliki kenangan buruk tentang asam jawa.

Di akhir September  tahun 2015 itu. Di rumah Prof Abdul Gani Wahid di Jalan Usman Salengke, Gowa di mana saya tinggal dijadikan  sebagai “gudang asam” oleh keponakannya.

Entah asam itu darimana, jumlahnya tak sedikit—600 karung. Ketika pulang dari Malang, Jawa Timur dan masuk ke rumah. Saya terkejut mendapati tumpukan asam menumpuk di ruang tamu, tingginya mencapai 3 meteran. Hampir menyentuh platfon rumah.

Iya, ruang tamu penuh karung berwarna putih yang berisi asam, hanya menyisahkan kurang lebih satu meter jalan keluar masuk rumah.

Awalnya, keberadaannya baik-baik saja, tak ada masalah berarti. Namun, berjalan satu atau dua bulan. Asam di dalam karung itu mulai bonyok, mengeluarkan bau yang tak enak.

Jika hanya baunya saja tak terlalu bermasalah, namun perlahan mulai mengeluarkan air yang berwarna hitam pekat dan lengket. Air asam itu merembes keluar dari tenda biru yang dijadikan alas agar asam tak bersentuhan langsung dengan lantai keramik berwarna putih.

Maka, rutinitas saya setiap hari adalah “menimbah” air asam yang merembes ke lantai, sebab jika tak demikian seluruh rumah akan dibanjiri air asam jawa. Rutinitas itu saya jalani selama kurang lebih 7 bulan.

Air asam jawa yang merembes ke lantai rumah di Jl.Usman Salengke, Gowa -foto/Ist
KLIK INI:  Masyarakat Adat Sudah Menerapkan Ekonomi Hijau Sejak Dulu
Jadi lauk penyelamat

Meski bergitu, saya juga punya kenangan baik dari buah yang diyakini mampu mengobati demam, penyakit asma, menyembuhkan konstipasi, diabetes, mengurangi mual pada kehamilan, sebagai flatulen, untuk pengobatan penyakit paru, mengurangi gatal, sebagai bahan pelangsing tubuh, dan lain-lain (Candra Rini Hasanah Putri, 2014) itu.

Utami, (2011) mengungkapkan asam jawa memiliki kandungan zat aktif saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin. Faktor inilah yang mempengaruhi kemampuan ekstrak daunnya mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

Ketika saya sekolah di Kota Bulukumba, terpisah dari orang tua dan harus tinggal mandiri. Asam menjadi penyelamat perut yang patuh digelari “pahlawan,”.

Setiap akan berangkat kesekolah atau pulang atau dalam kondisi lapar. Dan uang tak lagi cukup membeli mie instan atau telur. Asam jawalah yang muncul sebagai penyelamat.

Ia menyelamatkan saya bersama Ramli, Yunus, dan Jasman dari rasa lapar. Ketika nasi telah matang di kompor yang masih menggunakan minyak tanah dengan sumbuh dari kain itu, maka selanjutkan kami akan memasak air asam.

Air putih yang dicampur asam itu dibiarkan mendidih kemudian diberi garam dan vetsin. Setelah mendidih air asam tadi dijadikan lauk, disiramkan saja di atas nasi lalu disantap dengan rasa nikmat tak terkira.

Itu berlangsung bukan hanya dua atau tiga bulan, tapi berbulan-bulan hingga kami tamat SMA dan kemudian berpisah. Tapi kenangan tentang air asam itu tetap merekatkan hubungan kami.

KLIK INI:  7 Wisata Alam Indonesia yang Bisa Masuk ke Dompet
Bumbu masak

Di Makassar atau Sulawesi Selatan pada umumnya, ada kuliner yang bisa dipisahkan dari campur tangan asam jawa, yakni ikan pallu kacci  dan  pallu mara.

Kedau jenis kuliner tersebut menjadikan asam jawa sebagai bahan pokoknya untuk melahirkan cita rasa yang menari di lidah.

Asam jawa memang terkenal sebagai bumbu masak andalan para leluhur, ia diyakini mampu mengawetkan makanan tertentu.

Selain membuat masakan memiliki cita rasa yang nikmat, asam jawa  juga memiliki fungsi yang baik kesehatan bagi tubuh. Ia bisa  berperan penting sebagai antidiabetes, antioksidan, dan antihiperlipidemik.

Namun, untuk lebih jelasnya mengenai tanaman yang menyukai tumbuh di dataran rendah ini, berikut klasifikasi ilmiahnya:

  • Kingdom: Plantae
  • Sub Kingdom: Tracheobionta
  • Division: Spermatophyta
  • Sub Division: Magniliophyta
  • Class: Magnoliopsida
  • Sub Class: Risidae
  • Ordo: Fabales
  • Family: Fabaceae
  • Genus: Tamarindus L.
  • Species: Tamarindus indica L.
KLIK INI:  Pantas Sereh Jadi Bumbu Idola, Begini Manfaat Istimewanya!