Tentang Kafein dan Membuat Kopi Tanpa Kafein

oleh -477 kali dilihat
Tentang Kafein dan Membuat Kopi Tanpa Kafein
Tentang kafein.

Klikhijau.com – Kafein pertama kali ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman abad ke-19 bernama Friedrich Ferdinand Runge. Ia berhasil menemukan obat yang paling banyak dikonsumsi di dunia modern.

Runge menemukannya setelah menganalisis sekotak biji kopi yang diberikan oleh Johann Wolfgang von Goethe. Seorang penyair dan negarawan yang juga merupakan seorang sarjana sains.

Awalnya, Goethe mendengar penelitian terobosan Runge dengan tanaman belladonna yang dikenal juga dengan nightshade.

Kafein membantu para mahasiswa yang belajar untuk ujian, para pekerja di jam malam, dan siapapun yang perlu tetap terjaga.

Kafein sendiri adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan.

KLIK INI:  Kenapa Banyak Orang Minum Kopi di Pagi Hari? Ternyata Begini Sejarahnya

Kafein secara alami terdapat pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana, dan mate (id.wikipedia.org).

Pada tumbuhan, kafein berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut.

Sisi buruk kafein

Dilansir dari cnnindonesia.com, tertulis hasil sebuah kajian yang menemukan bahwa kafein memiliki hubungan yang signifikan terhadap penurunan kepadatan mineral penyebab osteoporosis.

Kafein tergolong sebagai diuretik atau obat yang dapat memacu urine, membuatnya dapat memicu pengonsumsinya menderita dehidrasi.

Kafein juga dapat menyebabkan insomnia atau kesulitan tidur karena zat yang membuat tetap fokus sehingga sering kali para pengonsumsi kafein kelelahan di siang hari.

Sisi buru lainnya adalah menyebabkan kegelisahan, insomnia, diare, keringat berlebihan, jantung berdebar, dan otot gemetar.

Tapi, dapatkah kafein dibuang dari kopi? Jawabannya: iya, tapi prosesnya tidak sesederhana yang dibayangkan.

Penemu metode dekafeinasi

Orang pertama yang menemukan metode dekafeinasi praktis juga seorang Jerman, Ludwig Roselius, kepala perusahaan kopi Kaffee HAG. Roselius menemukan rahasia dekafeinasi secara tidak sengaja.

Di tahun 1903, pengiriman kopi kebanjiran air laut dalam perjalanan yang melenyapkan kafein, tapi tidak rasanya.

Roselius mengembangkan metode industri untuk mengulangi proses itu. Ia menguapi biji kopi dengan berbagai asam sebelum menggunakan benzena untuk membuang kafein. Kopi dekafeinasi pun lahir.

Ternyata benzena bisa menyebabkan kanker. Maka, dimulailah pencarian teknik baru untuk mengeluarkan kafein dari biji kopi tapi tetap mempertahankan rasanya.

KLIK INI:  Begini Dampak Kafein Kopi Terhadap Tubuh, Harap Jangan Kaget!

Chris Stemman, direktur eksekutif Asosiasi Pengusaha Kopi Inggris, mengatakan kebanyakan teknik dari masa-masa awal dekafeinasi masih digunakan sampai hari ini. Namun prosesnya tidak sesederhana itu.

Sebagian besar perusahaan itu berbasis di Eropa, Kanada, AS, dan Amerika Selatan.

Jangan membayangkan proses dekafeinasi ini dilakukan pada kopi bubuk — setelah biji kopi dipanggang dan digiling. Tidak begitu, kata Stemman.

Prosesnya dimulai ketika biji kopi masih hijau, sebelum dipanggang. Jika Anda mencoba mendekafeinasi biji kopi yang sudah dipanggang, rasanya akan seperti jerami.

Karena alasan itulah, sekarang 99,9% kopi dekafeinasi diproses pada tahap biji kopi muda.

Cara mendekafeinasi kopi

Ada beberapa cara untuk mendekafeinasi kopi. Tapi yang paling umum adalah merendamnya dalam larutan — biasanya diklorometana atau etil asetat.

Selain agen untuk melarutkan kafein, diklorometana juga biasa digunakan sebagai pelarut cat atau minyak. Sedangkan etil asetat adalah senyawa eter alami dari buah-buahan.

Senyawa ini biasanya terbuat dari asam asetat, komponen utama cuka. Etil asetat juga digunakan untuk membuat larutan penghapus cat kuku dan bisa mengeluarkan wewangian khas.

KLIK INI:  Amankah Minum Kopi di Malam Hari? Ini Jawabannya

Pertama, biji kopi direndam dengan air, kemudian ditambahkan salah satu larutan di atas. Kafein akan ditarik oleh pelarut.

Air yang telah mengandung pelarut kemudian digunakan terus-menerus sampai jenuh dengan rempah dan senyawa kopi.

Pada tahap ini biji kopi tidak banyak kehilangan rasanya karena pada dasarnya mereka terendam dalam ekstrak kopi yang pekat.

Meredam biji kopi dalam pelarut mungkin tidak terdengar seperti hal yang sehat, tapi proses ini telah mendapat persetujuan dari Badan Obat dan Makanan AS (FDA).

Pada tahun 1985, FDA menyatakan risiko bagi kesehatan dari diklorometan begitu rendah, bahkan hampir tidak ada.

Dalam metode Swiss Water, kacang direndam dengan air; larutan kaya kafein (dan rempah-rempah) kemudian disaring melalui karbon aktif, yang menangkap kafeinnya.

Proses ini ditemukan di Swiss pada tahun 1930-an dan digunakan secara komersial mulai 1979.

Metode ini disukai karena merupakan cara dekafeinasi pertama yang tidak menggunakan pelarut.

KLIK INI:  Ingin Begadang yang Sehat, Lakukan 6 Cara Ini!

Biji kopi yang telah direndam dalam air diletakkan di ekstraktor (sungkup udara) yang terbuat dari baja tahan karat.

Ekstraktor kemudian disegel dan cairan CO2 disemprotkan dengan tekanan mencapai 703 kilogram per meter persegi.

Metode dengan karbon dioksida

Seperti dalam metode Swiss Water, CO2 ini akan mengikat molekul kafein. Menariknya keluar dari biji yang belum dipanggang.

Gas CO2 kemudian ditarik dan tekanannya diturunkan, sehingga kafein berakhir di bilik yang terpisah.

Menurut Stemman, metode ini cerdik tetapi punya satu kekurangan besar. “Ongkosnya bisa sangat mahal.”

Dekafeinasi menjadi jauh lebih populer ketika kopi instan menjadi salah satu bahan pokok, kata Stemman. Tetapi inkarnasi awal kopi dekaf instan tidak begitu sukses.

Meski setiap metode yang telah dijabarkan di atas membuang sebagian besar kafein, tidak ada minuman dekafeinasi yang sempurna.

Jadi jika sungguh-sungguh ingin menghindari kafein sama sekali, minumlah minuman yang memang tidak mengandung senyawa itu.

Begitulah perihal tentang kafein dan dekafeinasi seperti dikutip dari BBC Indonesia. Semoga bermanfaat!

KLIK INI:  Memanen 10 Manfaat Merawat Tanaman bagi Anak