Simpanse Juga Mengalami Menopause?

oleh -42 kali dilihat
Begini Cara Simpanse Afrika Bertahan Hidup di Habitat tanpa Hutan
Simpanse Afrika

Klikhijau.com – Menopause umumnya hanya dialami oleh manusia. Namun, penelitian terbaru menggerus anggapan tersebut. Sebab para peneliti menemukan jika para betina simpanse juga mengalaminya.

Temuan  penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science itu menyoroti bahwa manusia bukanlah satu-satunya primata yang mengalami tahap kehidupan panjang pasca-fertilitas.

Tim peneliti menemukan bahwa simpanse betina di komunitas Ngogo mengalami transisi menopause yang sebanding dengan manusia yang berjenis kelamin perempuan.

Para peneliti mengamati 185 anggota perempuan dari komunitas simpanse Ngogo di Taman Nasional Kibale, Uganda dari tahun 1995 hingga 2016.

KLIK INI:  Sederet Pohon dengan Daya Serap Karbon Dioksida yang Mengagumkan

Data mengungkapkan bahwa, dengan pola yang mirip dengan simpanse dan manusia lainnya, jumlah kelahiran menurun setelah usia 30 tahun, dan berhenti sama sekali pada usia 50 tahun.

“Ada begitu banyak spesies yang berkembang biak hingga mereka mati,” kata Tobias Deschner, ahli primata di Universitas Osnabrück di Jerman, dikuti dari Nature.

Simpanse betina mengalami transisi hormonal yang serupa dengan yang terjadi pada manusia. Para ilmuwan dengan gigih mengikuti betina Ngogo pascareproduksi untuk mengumpulkan sampel urin yang keluar dari pepohonan.

Tim menemukan penurunan kadar estrogen dan progestin, ditambah dengan peningkatan kadar hormon perangsang folikel dan hormon luteinisasi pada wanita – hormon yang mengontrol ovulasi dan pembaruan lapisan rahim setelah menstruasi.

Namun, beberapa simpanse betina terus menjalani kehidupan pasca-reproduksi, terkadang hingga usia 60-an.

KLIK INI:  Melarang Filter Rokok akan Memfasilitasi Transisi Menuju Konsumsi Berkelanjutan

Brian Wood, antropolog di Universitas California, Los Angeles mengatakan, betina Ngogo menghabiskan sekitar seperlima masa dewasanya pada periode pasca-reproduksi. Kira-kira setengah dari masa hidup manusia pemburu-pengumpul. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari perkiraan tim.

“Kita sekarang tahu bahwa menopause dan kelangsungan hidup pasca-fertilitas terjadi pada spesies dan kondisi sosio-ekologis yang lebih luas dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini memberikan dasar yang kuat untuk mempertimbangkan peran perbaikan pola makan dan penurunan risiko predasi dalam sejarah kehidupan manusia,” kata Wood dikitup dari Earth.

Wood juga menambahkan, dalam masyarakat di seluruh dunia, perempuan yang sudah melewati masa subur memainkan peran penting, baik secara ekonomi maupun sebagai penasihat dan pengasuh yang bijaksana.

KLIK INI:  Hari Primata Indonesia, Yuk Kenali dan Cintai Primata Kita!

“Bagaimana sejarah kehidupan manusia berevolusi adalah teka-teki yang menarik sekaligus menantang,” katanya.

Rentan akan penyakit

Sementara itu, rekan penulis Kevin Langergraber, ahli primata di Arizona State University di Tempe  bahwa simpanse ada tantangan tersendiri dalam diri simpanse, yakini sangat rentan terhadap kematian akibat penyakit yang berasal dari manusia dan mereka memiliki sedikit kekebalan alami.

“Para peneliti simpanse, termasuk kami di Ngogo, telah mempelajari selama bertahun-tahun betapa dahsyatnya wabah penyakit ini terhadap populasi simpanse, dan bagaimana mengurangi peluang terjadinya hal tersebut,” katanya.

KLIK INI:  Melirik Manfaat Kulit Buah Nanas yang Sering Terbuang Percuma

Langergraber mengatakan pula, pada manusia, fakta bahwa waktu menopause seorang wanita diwariskan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan sifat adaptif yang telah dipilih selama evolusi, bukan kekhasan biologis yang tidak bermanfaat atau berbahaya. Karena sifatnya yang diwariskan.

“Artinya seleksi bisa memindahkannya jauh di kemudian hari,” katanya.

Menurut para peneliti, penting juga untuk melacak perilaku simpanse yang lebih tua dan mengamati bagaimana mereka berinteraksi dan mempengaruhi anggota kelompok lainnya.

“Untuk memungkinkan pekerjaan seperti itu, penting untuk mendukung penelitian jangka panjang terhadap primata di alam liar,” tutup Wood.

 

KLIK INI:  Menopause Bisa Ditunda, Kehidupan “Ranjang” Perempuan Lebih panjang