Melarang Filter Rokok akan Memfasilitasi Transisi Menuju Konsumsi Berkelanjutan

oleh -92 kali dilihat
Si Kecil Pembawa Petaka yang Bernama Puntung
Si Kecil Pembawa Petaka yang Bernama Puntung-foto/kompasiana

Klikhijau.com – Puntung rokok jadi jenis sampah yang mudah ditemukan. Keberadaannya menjadi pemandangan yang sangat familiar di lingkungan kita. Ia tersebar di mana-mana, taman, terminal, trotoar, halaman rumah, pinggir jalan hingga pantai.

Sampah yang satu ini memang masih, bahkan secara global, diperkirakan 4,5 triliun filter rokok bekas memasuki lingkungan setiap tahun.

Peneliti dari University of Gothenburg mencatat bahwa sampah rokok lebih dominan dibandingkan sampah barang lainnya, yakni  65%, dan untuk sampah umum hanya  17% saja.

Di Amerika Serikat saja, meski  penjualan rokok di negara tersebut telah menurun selama beberapa dekade. Namun faktanya masih ada 203,7 miliar batang rokok yang terjual pada tahun 2020 lalu.

KLIK INI:  Ngeri, Studi Temukan Hampir Semua Burung Laut Telah Menelan Mikroplastik

Jenis sampah ini jika terbuang ke lingkungan bukan hanya merusak pemandangan, tetapi juga dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan dan juga bagi flora dan fauna. Sampah jenis ini telah jadi ancaman yang signifikan bagi lingkungan

Bahkan para peneliti dari University of Gothenburg menemukan jika puntung rokok yang berupa filter  melepaskan ribuan bahan kimia beracun dan serat mikroplastik yang berbahaya bagi kehidupan hewan air.

“Filter ini penuh dengan ribuan bahan kimia beracun dan serat mikroplastik, jadi bukan sembarang plastik yang dibuang ke lingkungan. Itu limbah berbahaya,” kata Bethanie Carney Almroth, Profesor Ekotoksikologi  Universitas Gothenburg.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Microplastics and Nanoplastics ini meneliti efek racun yang ada dalam filter rokok, baik sebelum dan sesudah merokok, pada jentik nyamuk air. Para peneliti menemukan bahwa racun ini meningkatkan tingkat kematian jentik nyamuk sebesar 20 persen.

KLIK INI:  Memantau Keanekaragaman Hewan Melalui Pengumpulan DNA dari Daun
  • Perihal puntung rokok

Sebelum tahun 1950, kurang dari 1% persen rokok disaring atau menggunakan filter. Namun pada awal 1950-an, ketika ditemukan ada hubungan antara merokok dan kanker terjalin, maka sejak saat itulah memicu industri tembakau untuk membuat filter. Tujuannya sungguh mulia, untuk membuat rokok yang lebih aman.

Namun nyatanya perkembangan dan penggunaan filter pada rokok justru melahirkan masalah baru, khususnya pada kesehatan dan lingkungan. Apalagi Pada tahun 1960, rokok filter mewakili 51% pasar rokok. Pada tahun 2005, mereka mewakili hampir semua pasar.

Almroth dan pakar lainnya menjelaskan bahwa filter dapat pecah, menyebabkan perokok menghirup serat plastik. Itu karena filter rokok terbuat dari plastik selulosa asetat.

“Mayoritas (>90%) rokok saat ini dijual dengan filter plastik sekali pakai yang terdiri dari kumpulan serat selulosa asetat dan berbagai aditif,” jelas Almroth.

Bisa dibayangkan menurut penelitian tersebut, setiap filter rokok mengandung sekitar 15.000 serat mikroplastik. Selain itu, dapat pula melepaskannya dengan kecepatan sekitar 100 serat mikroplastik per hari ke dalam air.

KLIK INI:  Sungai di Indonesia Banjir Mikroplastik, Dampak Tata Kelola Sampah Buruk?
  • Sumber mikroplastik

“Filter rokok juga merupakan sumber utama mikroplastik yang masuk ke lingkungan kita. Sesuatu yang kita tahu berdampak negatif besar pada kehidupan biologis. UE telah mengklasifikasikan filter rokok sebagai limbah berbahaya,” kata Profesor Carney Almroth.

Dengan  adanya temuan tersebut, maka  para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian mendesak pelarangan total filter rokok. Tim Gothenburg berharap dapat memacu perubahan yang diperlukan dalam kebijakan dan regulasi

Penelitian sebelumnya telah menetapkan efek merugikan dari racun yang ditemukan dalam filter rokok pada berbagai organisme air. Misalnya, ikan bisa mati ketika terkena konsentrasi racun yang setara dengan yang dikeluarkan oleh hanya dua puntung rokok dalam satu liter air selama empat hari.

Para peneliti berpendapat bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar melindungi lingkungan dan penghuninya dari efek berbahaya dari filter rokok adalah melalui larangan menyeluruh.

“Itulah mengapa mereka harus ditarik dari pasar seluruhnya,” kata Profesor Carney Almroth. “Ini bukan pendekatan yang tepat untuk fokus membuat produsen tembakau membayar untuk membersihkan filter. Masalahnya harus dicegah sejak awal, daripada dibersihkan nanti,” lanjutnya.

KLIK INI:  Kisah “Pertemuan” dengan Anoa

Peneliti seperti  Almroth mengadvokasi pendekatan yang lebih proaktif dan komprehensif, termasuk penghapusan filter sepenuhnya dari pasar.

Dengan melakukan itu, kita dapat mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap lingkungan dan lebih efektif mengatasi masalah pada sumbernya, daripada mengandalkan upaya pembersihan sebagai tindakan reaktif.

Sejak tahun 2006, hampir tiga lusin penelitian telah melihat toksisitas filter rokok pada tumbuhan dan hewan di habitat perairan dan darat, mendokumentasikan serangkaian dampak yang mematikan dan berbahaya.

Almroth juga menegaskan bahwa filter rokok juga merupakan sumber utama mikroplastik yang masuk ke lingkungan kita. Sesuatu yang kita tahu berdampak negatif besar pada kehidupan biologis. Filter rokok  penuh dengan ribuan bahan kimia beracun dan serat mikroplastik, jadi bukan sembarang plastik yang dibuang ke lingkungan. Itu limbah berbahaya.

“Melarang filter rokok akan memfasilitasi transisi menuju konsumsi yang lebih berkelanjutan,” tambah mereka, “dan dengan demikian, sejalan dengan prinsip pengelolaan Bumi serta mandat internasional yang luas untuk mengembangkan Perjanjian PBB untuk mengakhiri polusi plastik,” tutupnya.

KLIK INI:  Menyimak Ajakan Pelestarian Lingkungan Bupati Bulukumba di Hari Raya Idul Fitri 1443 H

Berbagai sumber