Sajadah Subuh di Akar Walenreng

oleh -1,019 kali dilihat
Ilustrasi sajadah
Ilustrasi sajadah/foto-is
Irhyl R Makkatutu

subuh turun dan menangis di atas sajadah.
bergegas pergi sebelum pagi
ia menyisa kantuk, juga segar
berjanji esok akan datang lagi menagih janjinya sendiri.

rumah sepi damai di subuh itu
akar cinta rambati temboknya yang baru di cat.
angin menjenguk jendela, usir pengap dan polusi

di tempat pernah kamu duduk, aroma pinus bertunas manis.
erami waktu, rawat ingatan
kamu di mana-mana, bahkan saat tiadamu sekalipun.

KLIK INI:  Tangisan Selembar Daun

sajadah tersentuh jidat subuh itu
puja puji meruah tembusi langit matamu yang layu.
kantuk terkantuk-kantuk di sana
aku temukan diriku merayu-rayu

subuh yang tiba adalah ketukan rindu langit
rayuan cinta bumi, di mana kita saling memuja puji.
cinta melingkar, ikatkan dirinya pada akar-akar walenreng.

……aku dan kamu ditutup kata amin….

Penulis: Mahira Ayu, lahir di Sulsel, saat ini menetap di Kalimantan. Ia menyukai puisi sejak jatuh cinta pada seorang penulis yang kini menjadi pendamping hidupnya. Ia adalah pekerja yang sangat sibuk sebagai ibu rumah tangga.

KLIK INI:  Patok di Tengah Petak Sawah