Sawah Plastik
padi kembali menguning, kehidupan kembali ke pangkuan. napas tampak lebih panjang dari usia yang hendak usai
setelah hujan membawa plastik ke sawah. padi melanjutkan napas dengan ngos-ngosan. lalu sampai di meja makanmu yang kau keluhkan
hidup adalah rangkaian kecil peristiwa. lalu membesar di kepala jadi ketakutan. itu seperti padi yang diteror plastik, antara ingin melanjut hidup atau melepas bulirnya.
dan perut merana serasa diparut
tandabaca, 2025
Burung-Burung Cemas
di atas rumah pohon. sisa tempias mengejar matamu. dan kabut berkejaran di kepalamu
aku lihat dirimu diremas cemas. tak ada pelukan. hanya ada sendiri yang berkhianat
dingin mengusap separuh kepala. bangunkan semua kutu yang dipulaskan hujan.
di atas rumah pohon, burung-burung terlihat beterbangan pulang ke sarangnya bawa lelah dan juga cemas
cahaya lampu jalan bisa merampas lelap dari mata beburung. menganggapnya pagi tiba lebih awal dan mereka akan terbang mencari hidup
2025
Ke Pelukan Luka
kita tiba di bukit kecil itu sebagai kunang-kunang. dirampas cahayanya oleh lampu hias. demi segelas kopi
aku selalu ingin jadi burung gagak. bisa terbang ke rumahmu tanpa terperangkap cctv.
dan kau selalu ingin jadi kupu-kupu, menyinggahi semua bunga di pinggir jalan saat terbang pulang ke rumah
namun, akhirnya kita sepakat jadi kunang-kunang. hilang dalam cahaya dan romantis dalam gelap
pilihan selalu punya mata arah, ke pelukan atau luka
2025
Pohon Api di Alismu
separuh dari pohon-pohon telah menghilang dari matamu. matamu berubah pelabuhan segala air mata
aku tak punya tempat berteduh selain pada sehelai kenangan, pada bayang selembar daun yang hanyut di kali depan rumah.
pohon-pohon kini berubah api, membakar apa saja, bahkan alismu yang gagal kau lukis
2025