- Kayu Bitti, Penyelamat Perahu Pinisi - 26/04/2025
- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
Keladi Hias dan Ibu
hujan memang menumbuhkan keladi hias di depan rumah. di mana ibu senang menghitung warnanya, serupa menghitung berapa tetes keringat ia habiskan membasminya
keladi hias itu harusnya dipindahkan ke pot oleh ibu. tapi, ibu lebih menyukai menanam porang, yang saat bunganya mekar. baunya menyerbu ke dapur mengalahkan bau bawang putih
ibu tak lagi suka memelihara bunga sejak mata ayah kena katarak. ibu lebih suka memelihara setianya. disiram lima kali sehari dengan rasa sabar dan doa-doa
Kindang, April 2025
Kabut Peluru
kabut tiba di matamu sebagai ranting-ranting
tempat bertumbuh daun-daun kenangan
juga buah mimpi-mimpi
suatu waktu, kau pernah berlari ke atas bukit. mengejar capung yang dikepung hujan
ketika sampai, kau dapati dirimu jadi asing sendiri
kali waktu, kau mencari cacing di pematang sawah
sebagai umpan saat memancing di danau di ujung kampung
tak ada cacing kau temukan, hanya ada sampah plastik yang di buang ayahmu pada masa lalu
kabut yang tiba di matamu berubah puluhan peluru, luruhkan semua inginmu
Kindang, April 2025
Mengenang Sawah
yang paling merindu hujan adalah sawah-sawah itu
sejak air kemasan masuk kampung. aliran air berhenti menuju sawah
sawah hanya ada saat hujan. selebihnya tanah tandus mengendus petaka
saat hujan tiba, sawah berubah gudang sampah. menampung semua serakah
orang-orang kini mengenang sawah sebagai masa muda yang tak pernah kembali
Kindang, April 2025
Harapan Ayah
ayah menatap pohon cengkeh di depan rumah. matanya lupa berkedip. wajahnya berubah kabut senja
kemarau berhenti datang. hujanlah bertamu tiap hari. hujan bisa menumbuhkan apa saja, kecuali buah cengkeh
harapan ayah menjenguk cucunya di kampung jauh mengering.
Kindang, 2025