Klikhijau.com – Air tanah memiliki arti penting bagi kehidupan di dunia ini. Salah satu perannya adalah sebagai sumber air tawar beku terbesar di dunia
Karenanya, apabila air tanah bermasalah, maka kehidupan di dunia ini juga akan mengalami masalah yang besar.
Sayangnya pemanasan global ditemukan akan memengaruhi suhu air tanah. Artinya akan berdampak buruk bagi manusia dan lingkungan
Dilansir dari Newswise, peneliti di Institut Teknologi Karlsruhe (KIT) telah menyelidiki bagaimana pemanasan global membawa acaman bagi bumi.
Studi yang dipublikasikan di Nature Geoscience tersebut menunjukkan bahwa 75 juta orang kemungkinan akan tinggal di wilayah yang suhu air tanahnya melebihi ambang batas tertinggi yang ditetapkan untuk air minum oleh negara mana pun.
Bencana tersebut memang tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tapi kemungkinan besar terjadi pada tahun 2100 mendatang.
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer diduga kuat membuat sistem iklim Bumi memanas yang membatasi jumlah panas yang dapat diradiasikan.
Bukan hanya lautan yang menjadi penyerap sebagian besar panas tersebut, tetapi juga tanah dan air tanah—keduanya juga bertindak sebagai penyerap panas.
Meski begitu, sejauh ini hanya sedikit yang diketahui tentang dampak pemanasan permukaan Bumi terhadap air tanah dari ruang dan waktu.
“Untuk menutup celah ini, kami telah mensimulasikan perubahan yang diproyeksikan dalam suhu air tanah global hingga tahun 2100,” kata Dr. Susanne Benz dari Institut Fotogrametri dan Penginderaan Jauh di KIT, yang menyiapkan penelitian bekerja sama dengan Dr. Kathrin Menberg dan Profesor Philipp Blum dari Institut Geosains Terapan di KIT.
“Kami dapat menyediakan peta yang menunjukkan suhu air tanah global pada berbagai kedalaman di bawah permukaan Bumi. Peta menunjukkan bahwa tingkat pemanasan air tanah tertinggi di dunia dapat diharapkan di lokasi dengan muka air tanah yang dangkal dan/atau pemanasan atmosfer yang tinggi,” lanjutnya dinukil dari Newswise.
Para peneliti mendasarkan proyeksi mereka pada skenario iklim SSP 2–4,5 dan SSP 5–8,5. Skenario-skenario ini mencerminkan jalur pembangunan sosial ekonomi yang berbeda dan tren yang berbeda dalam konsentrasi gas rumah kaca atmosfer di masa mendatang.
SSP 2–4,5 berada di kisaran tengah kemungkinan tren konsentrasi gas rumah kaca di masa mendatang; SSP 5–8,5 berada di kisaran ekstrem atas.
-
Perubahan Suhu Mempengaruhi Ekosistem
Suhu air tanah memainkan peran penting dalam kualitas air dengan memengaruhi sejumlah proses kimia, biologi, dan fisika.
“Dalam kondisi tertentu, peningkatan suhu air tanah dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi zat berbahaya seperti arsenik atau mangan. Konsentrasi yang lebih tinggi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia, terutama ketika air tanah digunakan sebagai air minum,” kata Benz.
Ia juga menambahkan menambahkan bahwa air tanah yang lebih hangat juga memengaruhi ekosistem yang bergantung pada air tanah, proses biogeokimia akuatik, potensi energi panas bumi, dan rezim termal di sungai. Hal ini juga dapat menimbulkan tantangan bagi keanekaragaman hayati dan risiko bagi siklus karbon dan nutrisi.
Dampak lebih lanjut dari peningkatan suhu permukaan dan air tanah adalah ambang batas kritis dapat terlampaui dalam jaringan distribusi air. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan manusia, misalnya dengan mendorong pertumbuhan patogen seperti Legionella spp.
Spesies ikan, terutama salmon, juga terpengaruh oleh perubahan kondisi. Reproduksi mereka dapat terancam jika tempat pemijahan yang bergantung pada air tanah di sungai menjadi terlalu hangat.
“Hasil kami menunjukkan betapa pentingnya mengambil tindakan untuk melindungi air tanah dan menemukan solusi yang langgeng untuk menangkal dampak negatif perubahan iklim terhadap air tanah,” kata Benz.
-
Jutaan Orang Terkena Dampak Air Minum yang Terlalu Hangat
Studi tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2100, suhu air tanah akan naik sebesar 2,1 derajat Celsius dalam skenario SSP 2–4,5 dan sebesar 3,5 derajat Celsius dalam skenario SSP 5–8,5.
“Sudah ada sekitar 30 juta orang yang tinggal di wilayah-wilayah yang air tanahnya lebih hangat daripada yang ditetapkan dalam pedoman air minum yang paling ketat. Itu berarti mungkin tidak aman untuk meminum air di sana tanpa pengolahan. Mungkin perlu direbus terlebih dahulu, misalnya. Air minum juga dihangatkan dalam pipa-pipa air oleh panas di dalam tanah,” Benz mencatat.
“Tergantung pada skenarionya, sebanyak beberapa ratus juta orang dapat terpengaruh pada tahun 2100.”
Menurut studi tersebut, angkanya akan menjadi 77 hingga 188 juta orang untuk SSP 2–4,5 dan 59 hingga 588 juta untuk SSP 5–8,5. Kisaran yang luas tersebut disebabkan oleh variasi spasial dalam perubahan iklim dan tren populasi.
Para peneliti memproyeksikan tingkat pemanasan terendah di wilayah pegunungan dengan muka air tanah yang dalam, seperti Andes dan Pegunungan Rocky.








