Kadar CO2 di Atmosfer Mencapai Titik Tertinggi, Cuaca Ekstrem Mengintai

oleh -13 kali dilihat
Kabar Baik, Pabrik Penangkap CO2 di Udara Telah Lahir
Kabar Baik, Pabrik Penangkap CO2 di Udara Telah Lahir-foto/Ist

Klikhijau.com – Dalam setahun terakhir, kadar karbon dioksida (CO2) mengalami peningkatan. Banyak faktor yang jadi penyebabnya, pembakaran bahan bakar fosil dan peningkatan kebakaran hutan, khususnya di Amerika Selatan, jadi bagian dari yang mendorong peningkatan tersebut.

Menurut laporan terbaru World Meteorological Organization (WMO) mengungkapkan kadar  CO2 di atmosfer telah mencapai titik tertinggi yang pernah tercatat. Hal tersebut berpotensi semakin menghangatkan planet ini dan memicu peristiwa iklim yang lebih ekstrem.

Dilansir dari Reuters,  menurut laporan yang diterbitkan menjelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan depan di Brasil, dari tahun 2023 hingga 2024, konsentrasi rata-rata global CO2 naik sebesar 3,5 bagian per juta – peningkatan terbesar sejak pengukuran modern dimulai pada tahun 1957.

KLIK INI:  Pertanian Pesisir Terdampak Perubahan Iklim dan Intrusi Air Asin, Ini Solusinya!

“Panas yang terperangkap oleh CO2 dan gas rumah kaca lainnya mempercepat iklim kita dan menyebabkan cuaca yang lebih ekstrem,” kata Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett.

Konsentrasi gas rumah kaca (GRK) penting lainnya, metana dan dinitrogen oksida, juga meningkat ke tingkat rekor, masing-masing meningkat sebesar 16% dan 25% terhadap tingkat pra-industri, sementara CO2 meningkat sebesar 52%.

KLIK INI:  Kisah “Pertemuan” dengan Anoa

“Gas ini (CO2) terakumulasi di atmosfer. Ia memiliki masa hidup yang sangat panjang… setiap molekul yang dilepaskan ke atmosfer akan berdampak global,” ujar Oksana Tarasova, pejabat ilmiah senior WMO, dalam sebuah pengarahan di Jenewa.

Tarasova menegaskan bahwa sekitar 50% emisi karbon diserap oleh hutan, daratan, dan lautan, namun, kemampuan dari apa yang disebut penyerap karbon ini untuk menyerap gas semakin berkurang.

KLIK INI:  Bolehkah Menyimpan Tanaman di Kamar Tidur dan Kapan Sebaiknya Menghindarinya?

“Kita bergantung pada sistem alami untuk membantu kita mengimbangi dampak yang kita timbulkan, dan sistem tersebut begitu tertekan sehingga mulai mengurangi bantuannya,” kata Tarasova.

Lebih jauh, Tarasova menjelaskan bahwa pohon-pohon di Amazon, misalnya, menjadi tertekan akibat meningkatnya suhu dan rendahnya curah hujan selama pemanasan berkala di Samudra Pasifik Timur yang dikenal sebagai El Nino pada tahun 2023, dan dimulainya kekeringan yang berlanjut hingga tahun 2024, kata Tarasova.

“Jika pohon mengalami stres, kekurangan air, dan suhunya sangat tinggi… maka pohon tersebut tidak akan berfotosintesis,” tutupnya.

KLIK INI:  Waspada, Cuaca Ekstrem Mengintai Sejumlah Wilayah Indonesia, Termasuk Sulsel