- Minum Kopi di Awan - 18/10/2025
- Matamu dan Sampah di Kepalaku - 05/10/2025
- Rina dan Tawaran Mengadopsi Palem Sikas - 06/09/2025
Mengira Bumi
aku selalu menganggapmu bumi, tempat tumbuh segala kehidupan. tempat pulang semua bebijian.
ke mana pun langkahku menuju. kehidupanlah kutemui. mimpi-mimpi mengemas dirinya dalam hijau padi
aku lupa, bumi bisa lenyap dalam kerakusan, dan kau berubah jadi kealpaan. napas hilang dalam dadamu yang gersang
tak ada dengungan lebah, rintih gerimis. tak ada kamu, tak ada bumi. hanya ada mimpi yang menghilang dalam senyap cekam
TB, 2025
Minum Kopi di Awan
hujan pertama turun minggu ini. mengisi gelas kopimu yang menyisa ampas itu. setelah di tanak sangat matang oleh langit
tanah meretak, doanya melengking jauh. dirinya telah siap mengandung bebijian. mengubahnya jadi pohon kopi, cengkeh, pala, nangka, manggis, juga anak-anak ayam
langit saling mengunjungi, pada hujan pertama minggu ini. mereka minum kopi dalam awan
TB, 2025
Jalan Sungai
sepanjang jalan menuju pelukan. gegunung mengawasi dengan awas. tak ingin lewatkan seinci alir napas
dua ekor anak ayam berkejaran. mencari air hujan di rerumputan yang baru saja tiba. jika tak segera di seruput akan di rampas awan tipis.
jalan telah tersulap jadi sungai. jalan menuju kampung di seberang gunung memegalkan semua sendi dan rindu rekah angkuh
hujan selalu punya alasan merusak jalan. kamu tahu kenapa. tanah dipindahkan ke tengah jalan, pinggirannya diangkut ke laut, lalu ke dalam matamu
hujan, selalu punya cara membuat rindu membelukar. memotong jalan ke kampung di seberang jalan itu
aku dan kamu menerka-nerka berdiri di sudut mana
TB, 2025








