Deforestasi dan Kerusakan Ekosistem Memicu Merebaknya Wabah

oleh -136 kali dilihat
Deforestasi dan Kerusakan Ekosistem Memicu Merebaknya Wabah
Ilustrasi hutan - Foto/ Dominic Vogl di Unsplash

Klikhijau.com – Kerusakan hutan melalui ragam aksi-aksi dan aktivitas manusia baik disengaja maupun tidak disengaja telah menimbulkan ancaman serius pada kehidupan.

Ekosistem yang rusak di hutan tidak saja merusak tatanan hutan, juga secara perlahan akan mengancam kualitas kehidupan manusia.

Terbaru, sebuah tulisan di jurnal Frontier in Veterinary Science`mengungkap, ada kaitan antara deforestasi atau penggundulan hutan dengan kehadiran zoonosis.

Zoonosis merupakan penyakit yang ditularkan hewan kepada manusia dan vector-borne disease (penyakit yang ditularkan melalui vektor hewan/inang kepada manusia).

Studi ini mengindikasikan betapa deforestasi telah memicu meningkatnya ancaman virus serupa COVID-19. Bahkan ikut memfasilitasi mewabahnya vector-borne disease seperti malaria.

Temuan lainnya memastikan bahwa telah terjadi peningkatan penyebaran penyakit di wilayah yang sedang mengalami penanaman hutan kembali. Para peneliti menyebut, penanaman pohon juga dapat mendongkrak risiko penyakit jika tidak dilakukan secara benar.

KLIK INI:  Dunia Kehilangan Hutan Hujan Seluas 10 Lapangan Sepak Bola Per Menit

Selain itu teknik monokultur, seperti hutan industri, dapat membunuh tumbuhan asli yang sebenarnya memberikan perlindungan dari ancaman virus dan penyakit.

“Kami terkejut bahwa polanya benar-benar jelas,” kata Serge Morand, penulis makalah dan Direktur French National Centre for Scientific Research.

Oleh sebab itu, tambah Serge, kita harus memberikan peran lebih kepada hutan dalam konteks kesehatan manusia, kesehatan binatang, dan kelestarian lingkungan.

Deforestasi dan ancaman wabah

Dilansir dari Inhabitat dari The Guardian, para peneliti memakai data dari WHO, data World Bank, dan Food and Agricultural Organization atau Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), untuk melihat keterkaitan antara penyakit, populasi, dan hutan.

Mereka menemukan fakta, mulai 1990 hingga 2016, terdapat hampir 4000 penyebaran wabah dari 116 penyakit zoonosis, antar spesies yang menginfeksi manusia, termasuk penyebaran 1.996 wabah dari 69 penyakit vector-borne diseases.

KLIK INI:  Politikus Nasdem Julie Sutrisno Ajak Masyarakat Manggarai Menjaga Hutan

Pada riset sebelumnya, menunjukkan kuatnya hubungan antara risiko penyakit dengan kedekatan ekosistem yang rusak akibat aktivitas manusia.

Sebagai contoh dapat dilihat pada meningkatnya kejadian malaria di Brasil, di mana terjadinya deforestasi pada hutan Amazon. Serge Morand bahkan mencemaskan hal ini di tengah kemerosotan hutan yang terus terjadi di Amazon.

“Setiap orang yang peduli dengan kelestarian planet sangat mengkhawatirkan pada terancamnya keragaman hayati, iklim, dan kesehatan publik di Brasil,” terang Morgan.

“Tingkat stress terus meluas. Kasus Amazon kian mendekatkan dengan ancaman perubahan iklim, yang tentu saja buruk bagi ekosistem bumi. Saat kita melewati batas toleransi, dampaknya bakal sangat mengerikan, seperti terjadinya bencana kekeringan, kebakaran, dan belum lagi ancaman penyakit.”

Pakar kehutanan dari Universitas Hasanuddin, Andang Suryana Soma, S.Hut, MP, PhD., menguatkan adanya relasi antara deforestasi dan ancaman pandemi baru.

Menurut Andang, wabah itu terjadi karena ketidak seimbangan ekosistem. Kerusakan ekosistem diantaranya karena adanya deforestasi areal hutan, yang mana di dalam hutan tersebut ada banyak flora dan fauna yg hidup.

“Akibatnya dalam rantai makanan dalam ekosistem hutan yang terdeforestasi akan ada yang terputus. Ketika itu terjadi, maka populasi ada yang tidak terkendali sehingga menjadi wabah dan masuk ke Pemukiman masyarakat sehingga menjadi pandemi seperti saat ini,” jelas Andang.

Oleh sebab itu, kata Andang, kita perlu terus mendorong upaya pemulihan hutan. Terutama menjaga agar deforestasi tidak terus bertambah setiap tahunnya.

“Untuk mengatasi hal tersebut kita harus kembali ke alam  untuk memperbaikinya. Bahkan sebenarnya orang sakit bisa disembuhkan oleh kondisi hutan primer yang biasa disebut sebagai Healing Forest,” katanya.

KLIK INI:  Warga Sekitar Hutan Ikuti Bimbingan Teknis Sekaligus Terima Bantuan dari Balai TN Babul