Laju Deforestasi Indonesia Turun, Keanekaragaman Hayati Terlindungi

oleh -144 kali dilihat
Laju Deforestasi Indonesia Turun, Keanekaragaman Hayati Terlindungi
Ilustrasi hutan/foto-indonesiamandiri
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com –   Menurunkan  laju deforestasi jadi cara Indonesia lakukan konservasi keanekaragaman hayati. Penurunan itu sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga lingkungan Indonesia.

Pada  diskusi panel State of the World’s Forests 2020 (SOFO 2020) virtual launch. Diskusi itu dipusatkan di Kantor Pusat FAO Roma, Italia, Jum’at, 22 Mei 2020). Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Siti Nurbaya, mengungkapkan angka  adeforestasi menurun tajam  menjadi 0,44 juta dan akan terus turun di masa mendatang.

“Deforestasi global baru-baru ini menurun hampir 40 persen, dan Indonesia berkontribusi penting dalam penurunan tersebut. Deforestasi tahunan Indonesia pernah mencapai lebih dari 3,5 juta hektar dalam periode 1996 hingga 2000. Namun, telah turun tajam menjadi 0,44 juta dan akan terus turun di masa mendatang,” ungkap Siti, Jum’at, 22 Mei 2020.

Pertemuan virtual ini dihadiri 492 peserta dari Negara-negara anggota FAO. Turut hadir Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu; Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen, dan delegasi penting negara lainnya.

KLIK INI:  Menteri LHK akan Kunjungan Kerja ke Makassar dan Gowa, Ini Jadwalnya

Pada tingkat ekosistem, kata Menteri Siti, Indonesia memiliki 51 juta hektar kawasan lindung, atau lebih dari 28 persen daratan. Ini belum termasuk 1,4 juta hektar Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF) yang ada di dalam konsesi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, juga cukup banyak di dalam konsesi hutan tanaman industri atau HTI yang diperkirakan bisa mencapai tidak kurang dari 2 juta hektar.

“KLHK bekerja keras konsolidasikan High Conservation Value kawasan. Berupa kebijakan kawasan lindung dalam upaya melakukan konektivitas habitat satwa yang terfragmentasi selama ini karena perijinan konsesi,” jelas Menteri Siti.

Pada tingkat spesies, Indonesia telah menyusun peta jalan memulihkan populasi 25 spesies target yang terancam punah. Dari 270 lokasi pemantauan, diketahui beberapa populasi spesies meningkat dalam lokasi pemantauan, seperti Jalak Bali, Harimau Sumatra, Badak Jawa, Gajah Sumatra, dan Elang Jawa.

Pada tingkat genetik, Indonesia telah mempromosikan bioprospeksi (bioprospecting) untuk keamanan dan kesehatan pangan, seperti Candidaspongia untuk anti-kanker, dan gaharu untuk disinfektan, yang produksinya telah ditingkatkan selama pandemi COVID-19 ini.

Diakui secara internasional

Terkait capaian penurunan laju deforestasi yang signifikan di Indonesia kata Menteri Siti, tak lepas dari serangkaian tindakan korektif pemerintah di bawah arahan dan kebijakan Presiden Jokowi. Seperti pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) melalui perbaikan peringatan dini dan antisipasi, dan mitigasi.

Selain itu, dilakukan pengelolaan lahan gambut, melalui moratorium izin baru dan pemanfaatan secara tepat lahan gambut. Juga  pengaturan muka air tanah dengan teknik hidrologi.

Upaya lainnya melalui penegakan hukum terhadap kegiatan ilegal, termasuk penerapan efektif Sistem Jaminan Legalitas Hutan Indonesia yang dikenal sebagai SVLK.

KLIK INI:  DAS Bermasalah Jadi Penyebab Utama Banjir di Sulsel

Pemerintah juga melakukan moratorium izin baru pengusahaan perkebunan kelapa sawit dan pengembangan koridor satwa di areal konsesi yang merupakan habitat satwa.

Berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan terus dilakukan dengan target mencapai 4 juta hektar selama lima tahun ini. Serta melakukan percepatan Program Perhutanan Sosial seluas 12,7 juta ha lahan hutan.

“Penurunan deforestasi baru-baru ini telah diakui secara internasional. Bahkan bulan depan (Juni), pembayaran pertama di bawah kerja sama bilateral kami dengan Norwegia akan dilakukan dengan nilai 56 juta USD,” jelas Menteri Siti.

Sebagai penutup, Menteri Siti mengimbau negara-negara baik secara individu maupun bersama-sama untuk memprioritaskan perlindungan dan pemanfaatan secara lestari keanekaragaman hayati, sejajar dengan pentingnya isu perubahan iklim.

Agenda SOFO 2020 sekaligus memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional (International Day for Biological Diversity) yang tahun ini mengangkat tema “Solution are in Nature”.

Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu mengatakan bahwa tema yang diangkat relevan dengan situasi saat ini. Di mana kesehatan manusia sangat tergantung dengan kesehatan hutan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen menyatakan bahwa hubungan antara hutan dan pertanian sangat penting dalam sebuah lanskap. Dalam UN Decade of Ecosystem Restoration, hutan memegang peranan penting untuk menyelamatkan ekosistem yang ada di dunia.

Adapun tema SOFO 2020 adalah Forests, Biodiversity and People. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat terkait dengan memberikan prioritas pembangunan lingkungannya pada isu tersebut.

KLIK INI:  Gawat, Permendag Nomor 15 Tahun 2020 Menghilangkan Kewajiban Dokumen V-Legal!