Mewaspadai Bahaya Polusi Udara dalam Ruangan

oleh -284 kali dilihat
Mewaspadai Bahaya Polusi Udara dalam Ruangan
Ilustrasi-foto/kontraktorhvac

Klikhijau.com – Polusi udara dalam ruangan membunuh lebih dari 3 juta orang pada tahun 2020. Angka itu hampir sebanyak yang terjadi di luar ruangan. Namun sebagian besar tidak terlihat oleh sains, dan juga kebijakan.

Ada tiga peneliti menjelaskan bagaimana hal itu perlu diubah, yakni Christopher Whitty, kepala penasehat medis pemerintah Inggris, dan rekannya, Deborah Jenkins dan Alastair Lewis.

Mereka bertiga menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh para peneliti. Termasuk juga para pembuat kebijakan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang polusi udara dalam ruangan. Sehingga pada akhirnya tujuannya untuk mengurangi polusi udara dalam ruangan.

Dilansir dari Nature, kebanyakan orang menghabiskan 80–90% waktunya di dalam ruangan, di rumah, sekolah, dan tempat kerja.

KLIK INI:  Berkendara dengan Eco Driving, Benarkah Cara Ini Efektif Hambat Polusi?

Hanya saja persoalan polusi dalam ruangan tidak mendapat sorotan setajam polusi di luar ruangan.  Sebagian besar ruang dalam ruangan tidak tunduk pada kontrol kualitas udara sebagaimana mestinya. Padahal bahaya yang tersembunyi dari polusi udara dalam ruangan cukup tinggi.

Ilmu polusi udara dalam ruangan juga kurang berkembang dibandingkan dengan udara luar, sehingga sulit bagi pemerintah untuk menargetkan kebijakan dan kontrol

Kemajuan pengetahuan bahaya polusi udara dalam ruangan terhambat oleh ketidaktahuan tentang fakta-fakta dasarnya. Misalnya,  apa sebenarnya polusi udara dalam ruangan. Ini termasuk senyawa yang sudah dikenal seperti karbon monoksida dan karbon dioksida dari pembakaran batu bara, dan nitrogen oksida dari boiler gas alam.

Namun ada juga banyak sumber lain, misalnya bahan kimia dari senyawa sintetik pada cat dan kain, jamur dari bangunan yang lembap, serta virus dan bakteri dari napas manusia.

Para peneliti perlu berbuat lebih banyak untuk memahami bagaimana semua ini beredar? Bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain, dampaknya terhadap kesehatan manusia dan bagaimana mereka akan terpengaruh oleh perubahan iklim.

KLIK INI:  Selain Mantan, Polusi Udara Juga Bisa Merampas Kebahagian

Meskipun polusi udara dalam ruangan merupakan masalah global, strategi yang tepat untuk memeranginya akan bervariasi antar wilayah, negara, dan bahkan lokalitas.

“Gaya dan material konstruksi, iklim dan sumber energi, serta perilaku dan praktik budaya, semuanya memengaruhi udara dalam ruangan,” kata peneliti.

Sumber ketidaksetaraan

Namun, yang jelas, sama seperti orang yang lebih miskin dan terpinggirkan secara tidak proporsional dipengaruhi oleh kualitas udara luar yang buruk. Polusi udara dalam ruangan juga merupakan sumber ketidaksetaraan.

Di Afrika sub-Sahara, misalnya, 700.000 orang diperkirakan meninggal akibat polusi udara dalam ruangan pada tahun 2019. Banyak di antaranya akibat efek partikel dari kompor biomassa dalam ruangan.

Alternatif yang lebih bersih memang ada, tetapi penggunaannya dalam skala besar membutuhkan banyak intervensi berbasis penelitian. Mulai dari teknik dan desain hingga ilmu perilaku.

Di negara yang lebih kaya atau lebih dingin, orang dengan pendapatan lebih rendah cenderung mengandalkan gas atau bahan bakar padat untuk pemanas, atau tinggal di rumah yang terkena kelembapan dan jamur. Intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan kualitas udara dengan, misalnya, memberi insentif untuk beralih ke bahan bakar yang lebih bersih, dapat menjadi situasi yang saling menguntungkan, dengan efek pelengkap yang menyenangkan dalam membantu dekarbonisasi.

KLIK INI:  Satu Lagi Ancaman Nyata bagi Lebah; Pestisida

“Adalah penting bahwa dekarbonisasi, peningkatan bangunan, dan peningkatan kualitas udara dalam ruangan, sebanyak mungkin, disampaikan secara merata di seluruh masyarakat,” tulis peneliti.

Polusi udara dalam ruangan jelas perlu menarik perhatian mendesak dari pembuat kebijakan. Agar ada pedoman terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia tentang kelembapan dan jamur diterbitkan pada tahun 2009 .

Di situlah artikel Whitty dan koleganya, yang berasal dari peneliti yang menyarankan pemerintah, pasti akan membantu. Pada akhirnya, sains harus lebih siap ketika diminta untuk memberi nasihat tentang berbagai strategi.

Polusi udara dalam ruangan harus menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat, tak boleh tidak.

KLIK INI:  Rakorsus, Upaya Pemerintah Atasi Karhutla

Sumber: Nature