5 Komoditas Pokok yang Bakal Tergerus di Tangan Perubahan Iklim

oleh -32 kali dilihat
Studi Terbaru, Pulp Kopi dapat Dimanfaatkan untuk Konservasi Hutan
Ilustrasi foto Kopi - Foto/FB: Pebriansyah Geng

Klikhijau. com – Dampak perubahan iklim telah terlihat jelas, begitu nyata. Dampaknya pun mulai tak terkendali.

Perubahan iklim telah mengirim petaka di seluruh dunia, mulai dari banjir, kekeringan, cuaca yang tak menentu hingga sengatan gelombang panas.

Kesemuanya itu, secara otomatis akan menggerus banyak sumber daya, baik untuk makanan maupun air untuk minum dan keperluaan lainnya.

Jika tidak segera ada tindakan signifikan, maka krisis sumber daya, khususnya pangan akan mengintai.

KLIK INI:  Temuan Studi, Perubahan Iklim Merampas Hak Asasi Manusia

Menurut Bank Dunia, hampir 80% populasi dunia, khususnya yang tinggal di Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara berisiko tinggi mengalami gagal panen dan kelaparan akibat pemanasan global.

Menurut para ahli, krisis iklim ini lebih besar dari yang dibayangkan. Banyak sumber makanan diperkirakan akan menjadi lebih langka akibat perubahan iklim,

Selain itu, tanaman juga terancam oleh hama dan penyakit karena iklim menghangat dan berubah, sehingga membahayakan masa depan pertanian .

Sayangnya, pemanasan global juga berdampak pada nilai nutrisi tanaman, sehingga berdampak negatif pada kualitas makanan.

“Kita perlu membantu penduduk pedesaan membangun ketahanan mereka terhadap peristiwa cuaca ekstrem dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Jika tidak, kita hanya berpindah dari satu krisis ke krisis berikutnya,” kata Sabrina Dhowre Elba, Duta Niat Baik untuk Dana Internasional PBB untuk Pembangunan Pertanian.

KLIK INI:  Indonesia Tak Ambisius dalam Target Penurunan Emisi, Ini Kritik Madani dan WAHLI!

“Petani skala kecil bekerja keras menanam makanan untuk kami dalam kondisi sulit. Triliunan dolar disediakan untuk mengatasi pandemi COVID-19 dan konsekuensi ekonominya. Hal yang sama diperlukan untuk perubahan iklim. Hal yang sama diperlukan untuk dukungan pertanian berkelanjutan. Ini penting untuk kesejahteraan dan ketahanan pangan kita semua,” tambahnya.

Dilansir dari Inhabitat, berikut daftar beberapa komoditas pokok yang membutuhkan perhatian segera agar terhindar dari petaka:

  • Beras

Beras adalah makanan pokok bagi lebih dari separuh populasi dunia.

Makanan yang berasal dari tanaman padi ini adalah makanan lain yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Karena itu, membutuhkan upaya mitigasi segera. Jika tidak maka hampir satu miliar di antaranya menderita masalah kelaparan kronis.

Kekeringan dan pola curah hujan yang tidak teratur membahayakan produksi beras. Tanaman ini tumbuh subur di lahan basah.

KLIK INI:  Begini Progres Negosiasi Indonesia di KTT Iklim COP26 Glasgow!

Karena itu, naiknya permukaan laut cenderung membahayakan kenaikan produksi di tempat-tempat seperti Bangladesh. Banjir pesisir membuat penanaman padi menjadi sulit.

Menurut sebuah penelitian, kenaikan permukaan air laut dapat memengaruhi sekitar 200.000 petani pesisir selama 120 tahun ke depan. Ini mungkin juga berdampak pada penghidupan petani skala kecil , yang memproduksi hampir 80% beras dunia.

Sisi baiknya, kemajuan ilmiah telah memungkinkan produksi galur padi toleran kekeringan dan banjir, yang dapat bermanfaat di masa depan.

  • Jagung

Jagung menjadi makanan pokok dibanyak negara. Sayangnya tanaman ini rentan terhadap kenaikan suhu serta pola curah hujan yang tidak teratur dan jarang.

Selain itu, pemanasan global cenderung memperlambat pertumbuhan jagung.

Diperkirakan produksi jagung global akan menurun drastis selama 50 tahun ke depan. Menurut model perubahan iklim, hasil jagung bisa turun hingga 15% dalam 50 tahun ke depan.

KLIK INI:  Perihal Hari Ozon Internasional dan Link Twibbon Keren untuk Dipajang

Perubahan iklim melukiskan gambaran suram bagi negara-negara penghasil jagung utama seperti Brasil dan Amerika Serikat. Selain itu, petani kecil akan menghadapi tantangan yang signifikan dalam menanam jagung di tahun-tahun mendatang, terutama untuk konsumsi lokal

  • Kopi

Kopi adalah salah satu minuman paling diminati. Sayangnya bencana cuaca ekstrem, seperti meningkatnya kadar merkuri, curah hujan yang berlebihan, dan kelembapan yang terus-menerus akan berdampak parah pada produksi kopi di banyak bagian dunia.

Sebuah studi ilmiah mengklaim bahwa dunia bisa kehilangan setengah dari lahan penanaman kopinya pada tahun 2050.

Apalagi ditambah dengan perubahan iklim, kesehatan tanaman juga terancam. Faktor cuaca yang ekstrim akan menimbulkan penyakit mematikan yang disebut jamur “karat daun kopi”. Jamur ini berpotensi menurunkan produksi kopi hingga 30% hingga 50%.

KLIK INI:  Pupuk Anorganik Selain Mengancam Kesuburan Tanah, Juga Menjadi Pemicu Perubahan Iklim
  • Kakao

Permintaan global untuk kakao diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Afrika Barat menyumbang sekitar 70% dari produksi kakao global. Pada saat yang sama, Afrika Barat adalah salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim secara global.

Kakao sensitif terhadap panas dan kekeringan. Tanaman tumbuh subur dalam kondisi yang menguntungkannya, seperti suhu yang konsisten, kelembapan yang baik, dan curah hujan yang banyak. Namun, terancam oleh curah hujan yang tidak menentu dan pola angin yang lebih hangat.

Faktor-faktor lain, seperti hama dan kesehatan tanah yang buruk, juga berkontribusi terhadap penurunan produktivitas kakao secara cepat.

  • Gandum

Kekeringan dan meningkatnya emisi membahayakan makanan pokok ini bagi 35% populasi dunia. Menurut sebuah penelitian, kondisi kekeringan yang berkepanjangan dan ekstrim kemungkinan besar akan mempengaruhi lebih dari setengah produksi gandum global pada akhir abad ini. Hal ini terutama disebabkan oleh suhu tinggi yang meningkatkan transpirasi, yang menyebabkan kekeringan dan hasil gandum yang rendah.

Bahkan, meski suhu global dijaga di bawah 2 derajat Celcius, produksi gandum yang terkena dampak kekeringan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam 20 hingga 50 tahun ke depan.

Di sisi lain, gandum menyumbang 20% ​​dari semua kalori yang dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, emisi karbon dioksida yang tidak berkurang juga cenderung mengurangi efisiensi nutrisi gandum.

KLIK INI:  Perihal Limbah Buah, Dampak, dan Penyebabnya