5 Alasan Kenapa Kita Patut Berharap Krisis Iklim Dapat Diatasi

oleh -52 kali dilihat
Survei APCO: Perubahan Iklim Jadi Prioritas Global, Masyarakat Ingin Transparansi
Ilustrasi - Foto/Unsplash

Klikhijau.com – Pertarungan melawan krisis iklim masih sengit. Ada yang pesimis akan menang. Tidak sedikit pula yang memilih tetap optimis. Meyakini bahwa krisis iklim bisa dilawan, bisa dikalahkan.

Satu diantaranya yang optimis itu adalah New Climate Institute sebuah lembaga yang berbasis di Jerman. Dalam studi terbarunya, lembaga ini mengungkapkan beberapa alasan untuk tetap berharap krisis iklim bisa diatasi.

Memang tahun ini emisi karbon diperkirakan mencapai rekor tertinggi tahun ini. Rekor tersebut pun diiringi oleh gagalnya tindakan iklim global.

Studi yang dilakukan oleh New Climate Institute mengamati kemajuan teknologi dan masyarakat dalam membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius, seperti yang disepakati di Paris pada tahun 2015.

KLIK INI:  Tak Ada dari Sulsel, Ini Daftar Lengkap Penerima Nirwasita Tantra Tahun 2022

Para penulis studi tersebut  berpendapat, sejak Perjanjian Paris diadopsi  pemahaman tentang penyebab dan dampak perubahan iklim telah berkembang pesat.

Berikut beberapa alasan kenapa kita layak berharap krisis iklim dapat diatasi dilansir dari DW:

  • Perekonomian net zero  kini sudah siap

Menurut para penulis, sebelum Perjanjian Paris, kebijakan iklim berfokus pada pengurangan emisi di sektor-sektor tertentu.

Namun, setelah Perjanjian Paris, gaungnya lebih besar dan melebar ke berbagai sektor. Saat ini, mencapai “net zero”, atau nol emisi, sudah menjadi tujuan banyak negara, wilayah, dan kota-kota di seluruh dunia.

Pada akhir tahun 2021, sebanyak 90% perekonomian global menerapkan semacam target net-zero yang mengarah pada diskusi mengenai dekarbonisasi penuh.    

KLIK INI:  Pertanian Dapat Berkontribusi Positif pada Perubahan dan Mitigasi Iklim
  • Meningkatnya investasi ramah iklim

Studi dari New Climate Institute mengungkapkan bahwa peningkatan ambisi investasi ramah iklim, meski belum menghasilkan pengurangan emisi global, namun  hal tersebut berada pada jalur yang lebih baik daripada sebelumnya.

Studi tersebut juga melaporkan, investasi berkelanjutan telah menjadi upaya khusus lebih dari satu dekade yang lalu. Saat ini telah menjadi model standar di dunia keuangan. .

Dengan adanya ancaman litigasi perubahan iklim terhadap Perusahaan yang semakin meningkat. Maka  dunia usaha dan investor  semakin merespons tekanan masyarakat untuk melakukan perubahan dan menyadari semakin besarnya risiko perubahan iklim terhadap bisnis mereka.

Para penulis studi juga mengatakan, risiko investasi pada bahan bakar fosil, peluang untuk segera terhenti cukup besar. Hal tersebut akan membuat bank semakin enggan membiayai pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.

KLIK INI:  Perangi Pemanasan Global dengan Cara Menanam Pohon, Murah dan Efektif
  • Kesadaran warga dunia akan iklim semakin tinggi

Sebagian besar masyarakat dunia, menjadikan perubahan iklim sebagai bahan bahasan utama. Isunya berlari kencang.

Meningkatnya kesadaran ini telah menyulut lebih banyak protes iklim, di mana generasi muda memimpin seruan global untuk melakukan tindakan segera dalam gerakan-gerakan seperti, Extinction Rebellion, Fridays for Future, Just Stop Oil dan Last Generation.

Studi dari  New Climate Institute tersebut menyoroti meningkatnya gelombang litigasi iklim terhadap negara dan perusahaan. Para penggugat telah mendorong kepatuhan terhadap undang-undang perlindungan lingkungan dan iklim dengan beberapa keberhasilan.

  • Saat ini sistem energi sedang bertransformasi

Harus diakui pula, sistem energi yang banyak merugikan lingkungan. Saat ini perlahan beralih ke sistem yang lebih ramah lingkungan.

Transformasi energi ke Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi angin segar di sektor energi dalam memerangi perubahan iklim.

KLIK INI:  Pudarnya Kesetiaan Burung Laut Albatros di Tangan Perubahan Iklim

Bagaimanapun, sektor energi mendapat sorotan yang tinggi sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim. Bahan bakar terbarukan sekarang lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil di 90 persen dunia, dan merupakan sumber pembangkit listrik massal termurah.

Para penulis studi mengatakan, energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, yang menjadi inti sistem energi global sudah. Hal itu merupakan hal yang normal.

  •  Keterlibatan kaum muda

Harus diakui, salah satu penggerak aksi iklim adalah kaum muda. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan jika kesadaran akan perubahan iklim kaum muda cukup tinggi.

Kesadaran yang tinggi itu, memicu mereka menyuarakan pentingnya perubahan iklim lebih nyaring.

KLIK INI:  Laut Indonesia Berkubang Sampah, Jepang Turun Tangan