Sengkarut Pengelolaan Sampah di Kota Makassar

oleh -282 kali dilihat
Sengkarut Pengelolaan Sampah di Kota Makassar
Diskusi dengan Komunitas Manggala Tanpa Sekat usai melihat kondisi TPA Tamangapa Antang yang sesak antrian bongkar sampah - Foto/Ist

Klikhijau.com – Bau tak sedap menyambar hidung. Deretan panjang dari truk pengangkut sampah rupanya jadi sumber bau.

Malam itu, barisan truk menghiasi jalan masuk tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Tamangapa, Antang, Jum’at malam (4/2/2022).

Pemandangan seperti ini sudah sering terjadi dan selalu berulang. Salah seorang sopir coba menuturkan, “begini selalu terjadi. Kami harus mengantre depan pintu masuk karena menunggu proses bongkar muat,” keluhnya.

Aktivitas dari parade antrean ini dapat memakan waktu berjam-jam sehingga memicu biang kemacetan lalu lintas. Daeng Sibali saat kami berbincang dan melihat langsung di lokasi mengamini kejadian memilukan ini.

“Aktivitas bongkar muat biasa berlangsung dari jam 7 pagi hingga jam 10 pagi besoknya,” urainya. Bahkan para sopir kerap terlelap di atas tumpukan sampah sambil menunggu giliran pembongkaran.

Setiap sopir ditengarai melakukan aktivitas bongkar muat dalam antrian dari jam 9 malam hingga pukul 3 dini hari. Sehingga butuh 6 jam bagi sopir untuk dapat kembali ke rumah.

Keberadaan kami menyaksikan aktivitas bongkar muat di TPA, Tamangapa, Antang sebagai tindak lanjut dari diskusi sore yang terjadi bersama komunitas Manggala Tanpa Sekat (MTS).

KLIK INI:  Bencana Karena Krisis Iklim Terjadi Setiap Pekan, Ini Imbauan PBB!

Diskusi terbatas coba menyoal ‘Potensi Sampah Plastik dari Pengelolaan Sampah di Kota Makassar”. Makmur dari Yayasan Pabbata-Ummi menjadi narasumber. Makmur saat ini juga terlibat dalam Asosiasi Pengusaha Sampah Plastik Indonesia.

Bukan tanpa alasan, sampah plastik dipandang sebagai suatu ancaman besar bagi lingkungan. Pemahaman tersebut tidaklah salah, karena sesuai fakta yang ada di lapangan memberikan bukti seberapa besar dampak kerusakan yang diakibatkan oleh sampah jenis ini.

Diskusi kali ini hadir sebagai penanggap Mashud Azikin, Inisiator MTS, dan Anis Kurniawan , Direktur Klikhijau.com. Diskusi kali ini ikut menggandeng Jurnal Warrung Kopi dan Klikhijau.com sebagai media inspirasi lingkungan.

Direktur Yayasan Pabbata-Ummi, Makmur menjabarkan kondisi pengelolaan sampah yang terjadi saat ini di kawasan TPA Tamangapa, Antang.

Menurutnya, terjadi peningkatan secara masif volume sampah setiap hari. “Melihat kapasitas TPA secara infrastruktur tidak lagi mendukung, belum lagi sistem pengelolaannya,” urainya.

“Masyarakat harus dilibatkan secara meluas dalam gerakan pengurangan dan penanganan sampah,” ucap Makmur, saat kami mengajaknya untuk berdiskusi sore di kawasan Bukit Baruga, Antang.

KLIK INI:  SIDARLING, Terobosan Berbasis Internet untuk Mengurangi Sampah Plastik di Denpasar

Bagi Direktur YAPTA-U menilai kondisi sampah dalam kawasan Mamminasata sudah begitu mengkhawatirkan. Terlebih lagi dengan kondisi TPA Tamangapa, Antang yang belum terkelola dengan baik sampai hari ini.

Dari diskusi ini juga terungkap betapa ketergantungan masyarakat menggunakan plastik.

Hampir setiap aktivitas manusia tidak terlepas dari yang namanya bahan plastik dalam kehidupan sehari-hari.

Di era modern saat ini, plastik memang telah menjadi komponen penting dalam kehidupan. Bahkan perannya ikut menggantikan kayu dan logam. Dengan sifatnya yang lebih fleksibel. Peningkatan penggunaan bahan plastik ini berakibat meningkatnya pula sampah plastik.

Sampah plastik merupakan satu dari banyaknya jenis sampah yang sangat sulit diurai dalam tanah. Melakukan pembuangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah juga bukan solusi yang bijak.

Beberapa pandangan ikut mengemuka dari diskusi yang berlangsung dari sore hingga berlanjut malam. Potret pengelolaan atas penanganan sampah coba ditawarkan antara lain:

  1. Penting untuk memikirkan adanya TPA swasta dalam ikut membantu pemerintah dalam mengurangi tumpukan di TPA.
  2. Menjembatani dunia Perguruan Tinggi dengan masyarakat melalui riset pengelolaan dan penanganan persampahan.
  3. Dengan edukasi berjenjang dan butuh proses panjang untuk menanamkan kesadaran pemilahan sampah dan potensi yang ditimbulkan dari komunitas terkecil.
  4. Pemilahan sampah diharapkan budaya masyarakat yang dimulai tingkat Rumah Tangga.
  5. Sudah saatnya pemerintah membuka diri dengan membangun misi bersama dalam mengatasi pengelolaan sampah.
KLIK INI:  Indonesia-Jepang Jajaki Kerjasama Penanganan Sampah Elektronik