Melindungi Biodiversitas Laut dan Pesisir Indonesia Melalui Kolaborasi Riset

oleh -748 kali dilihat
Terumbu karang Raja Ampat
Terumbu karang Raja Ampat/foto-ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Sebagai pusat biodiversitas laut, Indonesia berada pada situasi yang cukup mengkhawatirkan.

Itu karena Indonesia juga menjadi wilayah yang paling terancam kelestarian biodiversitasnya akibat perubahan iklim global.

Kita semua tahu, Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 70 persen wilayahnya merupakan area kelautan.

Apalagi Indonesia terletak di kawasan segitiga terumbu karang atau Coral Triangle Area. Menjadikan negara berlambang Pancasila ini  memiliki jumlah dan nilai keanekaragaman hayati laut dan pesisir yang begitu kaya.

KLIK INI:  Amanda, Perempuan Penemu Layar Perangkat Elektronik Berkelanjutan

Seperti dilansir dari laman LIPI, Menteri Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/ Kepala BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, mengungkapkan, Indonesia memiliki lebih dari 90.000km garis pantai.

Itu artinya negara tercinta ini memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Apakah hanya terbatas sampai di situ, jawabannya tidak.

Untuk saat ini Indonesia tercatat memiliki 16 spesies seagrass, 2118 spesies reef fish, 590 spesies stony corals, 45 spesies mangrove, 782 spesies macroalgae, 850 spesies sponges, 2.500 mollusca, 1500 crustacea, 745 spesies echinoderms dan masih banyak lagi. Boleh dibilang tak terhitung.

Karena itulah,  Bambang mengingatkan sebagai pusat biodiversitas laut, kelestraian kelestarian biodiversitasnya menjadi sangat terancam oleh perubahan.

“Perubahan iklim akan menyebabkan kondisi laut mengalami peningkatan suhu dan keasaman, anomali salinitas, dan penurunan kadar oksigen yang dapat berpengaruh signifikan pada penurunan jumlah dan kualitas hayati laut, oleh karena itu upaya perlindungan harus dimulai dari sekarang,” jelas Bambang.

KLIK INI:  Konservasi Penyu, TN Takabonerate Melepasliarkan Tukik di Pulau Pasitallu Timur

Penjelasan Bambang itu terungkap dalam International Symposium on Coastal and Marine Biodiversity (ISCOMBIO) 2020 “Present and Future of Indonesian Coastal and Marine Biodiversity as a National Treasure” yang diselenggarakan secara daring, Kamis, 17 September 2020.

Melindungi melalui riset

Lalu apa yang harus dilakukan untuk melindungi biodiversitas laut dan pesisir Indonesia. Agar tidak mengalami kepuhanan yang hanya akan jadi sejarah.

Tentang keresahan itu,  Bambang memberikan jawaban, yakni dengan riset. Ia menegaskan riset bukan hanya untuk kepentingan ilmiah, namun juga untuk melindungi biodiversitas pesisir dan kelautan dari kepunahan.

“Kolaborasi adalah salah satu solusi yang sangat penting mengingat kurangnya ahli taksonomi kelautan di Indonesia, dan Indonesia sangat terbuka akan hal ini,” tambahnya.

Kolaborasi riset dan pemanfaatan fasilitas infrastruktur penelitian akan perperan penting,  seperti Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berada di Ambon, Maluku.

KLIK INI:  Ancaman 5 Tahun Penjara dan Denda 2.5 M Menanti Makelar Kayu Ilegal Asal Lutim

“Pemanfaatan infrastruktur riset laut dalam yang dimiliki LIPI sangat berperan penting. Saya harap, LIPI dapat terus memperluas jaringan dan kolaborasi dalam riset pengelolaan kekayaan hayati laut Indonesia,” tuturnya.

LIPI, menurut  Laksana Tri Handoko selaku kepala dari lembaga  tersebut, akan berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam upaya penelitian, pelestarian dan pengelolaan ekosistem, dan keanekaragaman hayati laut dan pesisir Indonesia.

“LIPI berkomitmen untuk mendukung riset, pengembangan dan pengelolaan biodiversitas pesisir dan laut Indonesia dengan meningkatkan fasilitas dan infastruktur riset kelautan yang juga akan terus kita buka untuk dapat digunakan oleh publik,” terang Handoko.

Kekayaan  biodiversitas laut dan pesisir Indonesia menurutnya,  saat ini belum diiringi dengan eksplorasi, pengelolaan, dan pemanfaatan yang maksimal. Dalam hal ini, kolaborasi riset merupakan salah satu langkah yang sangat penting dan dibutuhkan.

Ia juga mengungkapkan , masih banyak biodiversitas laut dan pesisir yang belum tereksplorasi.

“Kolaborasi para ahli baik dari nasional maupun internasional sangatlah penting. Tujuannya untuk mendorong kajian ilmiah dan mendiskusikan persoalan kelautan. Juga meningkatkan kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan dalam pengelolaan biodiversitas laut dan pesisir,” tutup Handoko.

Hmmm, semoga kolaborasi riset bisa menyelamatkan kekayaan laut dan pesisir Indonesia.

KLIK INI:  Dunia Serangga Segera Berakhir?