Masker Penangkal Virus Corona, Teror Nyata Bagi Lingkungan

oleh -195 kali dilihat
Masker Penangkal Virus Corona, Teror Nyata Bagi Lingkungan
Pemerhati lingkungan menemukan banyak masker di luat/Foto- Reuters
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Masker, tiba-tiba saja barang penutup hidung dan mulut itu hangat dibincangkan. Semua berawal dari merebaknya virus corona. Masker dianggap sebagai cara efektif jadi penangkal virus corona.

Virus yang diduga berawal dari Kota Wuhan, China itu. Memang telah mengacaukan banyak hal, tak hanya kesehatan, bahkan dunia sepak bola sekalipun.

Apa hanya berhenti di situ, rupanya tidak. Ada hal yang tidak terlalu dari sorotan perihal dampak virus corona.

Kita semua seolah terpaku pada korban manusia saja, tapi tak melihat korban lain, yakni lingkungan.

Padahal virus itu membawa dampak yang besar pula kepada lingkungan. Sudah menjadi kebiasaan lumrah manusia, di mana ada sesuatu yang masif, di situ ada pula dampak yang buruk pada lingkungan.

KLIK INI:  Hiu yang Masuk ke Sungai Musi Berakhir Jadi Ikan Asin

Semisal penggunaan masker yang masif untuk mencegah penyebaran virus itu, orang-orang berlomba menggunakan masker.

Sifat masker, biasanya hanya dipakai dua tiga kali lalu dibuang diganti dengan yang baru. Nah, pertanyaannya, ke manakah masker itu akan berakhir?

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya ingin mengutip artikel yang dimuat di reuters, bahwa di Hongkong sebagian besar dari 7,4 juta orang Hong Kong selama berminggu-minggu mengenakan masker sekali pakai setiap hari.

Harapannya untuk menangkal virus corona, yang telah menginfeksi 126 orang di kota dan menewaskan tiga dari mereka.

Masker yang telah di pakai itu kemudian di bang dan menumpuk di pantai Hongkong dan di jalur alam. Kelompok lingkungan di sana memperingatkan bahwa limbah tersebut merupakan ancaman besar bagi kehidupan laut dan habitat satwa liar.

Menurut kelompok lingkungan, masker yang dibuang telah menambah masalah dan juga meningkatkan kekhawatiran tentang penyebaran kuman.

Masuk limbah medis

“Kami hanya menggunakannya selama enam hingga delapan minggu terakhir, dalam volume besar. Dan kami sekarang melihat dampaknya terhadap lingkungan,” kata Gary Stokes, pendiri kelompok lingkungan Oceans Asia.

Masalah sampah masker, sepertinya tidak akan melanda Hongkong, tapi hampir semua negara yang kini was-was oleh penyebaran virus corona.

Masker dianggap hal yang paling tepat dan murah untuk mencegah virus tersebut. Namun, jika tidak disikapi dengan baik. Bisa jadi dunia akan darurat masker sekali pakai.

KLIK INI:  Kisah Seekor Kucing yang Menjaga Museum dan Masjid

Masker itu terbuat dari polypropylene, sejenis plastik, dan tidak akan cepat rusak, kata Tracey Read, pendiri kelompok Plastic Free Seas di Hong Kong.

“Orang-orang berpikir mereka melindungi diri mereka sendiri tetapi ini bukan hanya tentang melindungi dirimu sendiri, kamu perlu melindungi semua orang dan dengan tidak membuang topeng dengan benar, itu sangat egois.”

Sementara itu, China yang diduga sebagai negara asal muasal virus corona mulai pula dipusingi dengan limbah penutup hidung dan mulut itu.

Seorang pejabat di Zona pengembangan Ekonomi mengatakan bahwa mereka mengumpulkan sekitar 200 kg hingga 300 kg masker yang dibuang setiap hari dari 200 tempat sampah yang disiapkan seperti yang ditulis Kompas.

Hal yang paling mengkhawatirkan dari masker yang dibuang disembarang tempat adalah bahwa menurut Otoritas Lingkungan dan Kesehatan, masker maupun alat pelindung lain terutama barang yang dipakai oleh tenaga medis dan orang yang terinfeksi virus, harus diperlakukan sebagai limbah klinis dan disterilkan sebelum dibakar pada suhu tinggi dengan alat khusus.

Jika masker penangkal virus corona berakhir di lingkungan dan laut, maka tentu masalah baru akan melanda.

KLIK INI:  Lebih Berkelanjutan, Masker Kain Bisa Dicuci dan Digunakan Selama Setahun