Mendeteksi Pencemaran Air dengan Teknologi Sensor Solid State

oleh -854 kali dilihat
Kumpulan Peraturan Terkait Pengelolaan Sampah, Izin Lingkungan, AMDAL dan Adipura
Mendeteksi Pencemaran Air dengan Teknologi Sensor Solid State/foto-suara
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Sesungguhnya kita diintai berbagai ancaman. Namun, kita juga beruntung sebab dikelilingi pula oleh teknologi.

Teknologi membuat banyak hal bisa diatasi, ancaman pencemaran air, misalnya yang  mulai meresahkan. Kini bisa diyakini bisa diatasi melalui teknologi sensor solid state.

Pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air tentu berpotensi menurunkan tingkat kesehatan manusia.

Apakah hanya manusia, terang saja bukan. Namun, semua mahkluk hidup akan terancam, bahkan termasuk tanah. Hal ini menurunkan fungsi dan kemampuan sumber-sumber air.

KLIK INI:  6 Jenis Sampah yang Dominan Menghuni Tanah Air

Karenanya, harus dicarikan solusi agar masalah pencemaran air tidak berlarut dan kian meresahkan. Bagaimanapun, air merupakan elemen utama untuk bertahan hidup di atas dunia ini. Tak ada air, tak ada kehidupan.

Dampak terbesar dari masalah ini adalah akan semakin sulit untuk memperoleh air bersih. Bukankah hal itu adalah ancaman yang senyata-nyatanya bagi kita. Maka dari itu sangat penting  adanya pengawasan dan pencegahan pencemaran air.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Padahal kesemuanya itu adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi.

Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkatan, mulai dari sungai hingga sumur pribadi.

Pemantuan secara online

“Untuk mengatasi persoalan pencemaran air, model pemantauan pencemaran secara online dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini (Early Warning System)” ungkap Goib Wiranto dari Pusat Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Apa yang diungkapkan oleh Goib merupakan angin segar bagi persoalan pencemaran air. Goib menyampaikan pendapatnya itu saat  orasi pengukuhan Profesor Riset LIPI bidang Elektronika Agustus 2020 lalu.

KLIK INI:  Aksi Heroik Nelayan Sangkarrang Mengejar Kapal Boskalis di Selat Makassar

Katanya, dalam sistem pemantauan pencemaran secara daring atau online, sensor memegang peranan utama yang mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya interaksi langsung dengan bahan pencemar yang akan dideteksi.

Sensor ini diharapkan dapat memberikan data mengenai bahan pencemar sehingga dapat segera ditangani sebelum dampak pencemaran semakin meluas.

Pemantauan pencemaran secara online juga memiliki banyak keunggulan dibanding pemantauan secara konvensional.

“Data hasil pengukuran dari sensor harus dapat digunakan oleh pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan terkait mitigasi bencana pencemaran. Di lain pihak, masyarakat juga harus diberikan akses atas informasi pencemaran yang terkait dengan wilayah kehidupannya,” terangnya.

Di dunia ini sangat banyak teknologi sensor pencemaran. Namun menurutnya,  teknologi solid state mempunyai keunggulan tersendiri karena  bentuknya yang praktis, cara kerjanya yang sederhana, dan dapat dibuat untuk mendeteksi beberapa parameter secara sekaligus.

KLIK INI:  Makassar Digital Valley Selenggarakan Program Green Network

Penguasaan metode rancang bangun sensor tetap dibutuhkan untuk mengurang ketergantungan dan sekaligus meningkatakan kemandirian dalam bidang  teknologi sensor untuk pemantauan online.

“Teknologi mikroelektronika mempunyai peranan penting dalam mengatasi persoalan lingkungan melalui sensor-sensor solid state yang diimplementasikan dalam sistem pemantauan pencemaran secara online, oleh karena itu penelitian dan pengembangan sensor lingkungan yang berbasis pada teknologi Thin-Film, Thick-Film, dan teknologi Micromachining/MEMs harus terus dilakukan di tengah banyaknya impor di pasar dalam negeri,” gagas Goib.

Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia, mengingat  situasi keterbatasan infrastruktur fabrikasi sensor di tanah air saat ini?

Goib menekankan yang harus jadi pilihan utama adalah teknik-teknik yang bersifat tarif rendah (low-cost) dal  hal-hal berikut seperti sol gel untuk sintesa nanomaterial, teknologi thick-film untuk sensor kualitas air, dan teknologi thin-film serta MEMs untuk sensor kualitas udara.

“Selain itu teknologi micromachining/MEMs berbahan silikon masih berpotensi besar di masa mendatang, untuk itu perlu penguasaan teknologi pengolahan bahan baku silikon agar alat yang dihasilkan memiliki nilai tambah secara ekonomi,” tegasnya.

KLIK INI:  Karena Kecantikannya Caridina Diburu dan Terancam Punah
Penyebab pencemaran air

Dilansir dari Wikipedia, ada 7 penyebab utama pencemaran air, yakni:

  • Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
  • Sampah organik seperti air comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
  • Industri, yakni yang  membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
  • Limbah pabrik yang mengalir ke sungai seperti di Sungai Citarum dan beberapa sungai di Indonesia
  • Pencemaran air oleh sampah.
  • Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan.
  • Kandang hewan peliharaan yang berdekatan dengan sungai. Hal ini membuat air tercemar karena kotoran hewan dibuang ke sungai.
KLIK INI:  Studi: Di Mana pun, Air Hujan Tidak Lagi Aman untuk Diminum