Menaruh Asa Tinggi Pada Pemuda Adat Dalam Memberdayakan Daerahnya

oleh -78 kali dilihat
Menaruh Asa Tinggi Pada Pemuda Adat Dalam Memberdayakan Daerahnya
Ilustrasi gambar - Foto/AMAN

Klikhijau.com – Dengan jumlah hanya sekitar 6,2 persen dari seluruh jumlah penduduk di dunia, Masyarakat Adat terbukti mampu menjaga dan mengelola lebih dari 80 persen biodiversitas bumi.

Oleh karena itu, Masyarakat Adat khususnya pemuda adat perannya sangat krusial dalam menjaga alam di sekitar mereka. Apalagi ruang kehidupan mereka semakin terancam oleh berbagai hal. Salah satunya, pembangunan yang bersifat ekstraktif dan perkembangan teknologi komunikasi yang juga mulai menguasai hampir seluruh sendi kehidupan di kampung.

Pemuda adat yang berada di komunitas saat ini mengalami berbagai tantangan terhadap eksistensinya. Selain rusaknya wilayah-wilayah adat karena berbagai industri ekstraktif, mereka juga dihadapkan pada tantangan dari dunia pendidikan dan perkembangan teknologi modern.

Saat ini, pusat-pusat pendidikan tinggi semua berada di perkotaan, sehingga generasi muda di komunitas terpaksa harus pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Banyak yang kemudian menetap di kota untuk mencari kerja dan tidak kembali ke kampung halamannya.

Ini juga disebabkan karena konsep ‘pekerjaan’ secara umum mengalami distorsi, bahwa yang dimaksud dengan memiliki pekerjaan hanya bila dilakukan di kota; lebih parah lagi, jika bekerja di depan komputer dan di kantor-kantor di kota. Ini membuat banyak pemuda adat yang enggan kembali ke kampung karena gengsi atau dapat dianggap gagal memenuhi tuntutan hidupnya.

KLIK INI:  Tentang Hanapi dan 7 Manfaaf Ekologi Bagi Manusia

“Banyaknya pemuda adat yang merantau ke kota menyebabkan terjadinya ‘kekosongan’ di komunitas, yang tertinggal hanya para tetua, perempuan dan anak-anak. Wilayah adat menjadi lebih rentan terhadap berbagai intervensi luar, karna pemuda adat yang seharusnya menjadi garda depan untuk melindungi kampung, tidak berada di tempat. Oleh sebab itu, penting sekali para pemuda adat untuk pulang, turut menjaga dan mengurus wilayah adatnya,” ucap Mina Setra, Deputi IV Sekjen AMAN Urusan Sosial Budaya.

Di satu sisi, berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membuat semua jenis informasi yang dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja, termasuk di komunitas dapat memberikan pengaruh negatif pada generasi muda.

Meskipun di sisi lain, ini juga dapat menjadi peluang bagi pemuda adat untuk mengembangkan diri dan kreativitasnya dengan memanfaatkan berbagai platform yang tersedia. Pemuda adat dituntut untuk mengembangkan kemampuan untuk bersaing.

“Sejak awal berdirinya, semangat untuk memperkuat Komunitas Masyarakat Adat telah digaungkan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) melalui visi, misi dan berbagai program dan kegiatannya. Mendorong pengakuan, perlindungan dan pemenuhan hak Masyarakat Adat dan pengelolaan wilayah adat yang adil dan lestari dimulai dari komunitas. Pemuda adat sebagai garda terdepan untuk melaksanakan cita- cita Masyarakat Adat, mesti ‘Kembali ke Kampung,’ untuk menyatukan kekuatan dan bekerja sama dengan seluruh elemen di kampung,” tambah Mina.

Kemudian di awal 2013, secara nasional, pemuda adat yang tergabung dalam Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), yakni organisasi sayap di bawah AMAN, memulai suatu gerakan yang disebut ‘Gerakan Pulang Kampung.’ Gerakan Pulang Kampung ini pada intinya memanggil pemuda adat yang ada di kota-kota, untuk pulang, turut melindungi dan mengelola wilayah adatnya. Sebagai respons dari panggilan ini, banyak pemuda adat yang kemudian pulang ke kampung, memulai berbagai inisiatif di komunitasnya dengan membangun sekolah-sekolah adat, mengembangkan usaha wisata berbasis budaya, pertanian organik, kebun herbal dan sebagainya.

KLIK INI:  Rakyat NTT Menang, MA Kabulkan Gugatan Warga atas Tambang Gamping

Gerakan Pulang Kampung menjadi sebuah inisiatif yang sangat diperlukan, untuk menjaga kesinambungan upaya menjaga eksistensi wilayah adat. Pemuda adat menjadi penerus yang tidak tergantikan.

Potensi yang dimiliki oleh pemuda adat juga diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang pada peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) pada 9 Agustus tahun ini mengangkat tema khusus tentang peran penting pemuda adat dalam menentukan masa depan Masyarakat Adat di dunia. HIMAS yang ditetapkan jatuh pada setiap tanggal 9 Agustus, merupakan upaya PBB untuk terus mengingat kontribusi Masyarakat Adat pada dunia.

Sepakat dengan Mina, Staf Khusus Presiden RI Bidang Pendidikan, Inovasi dan Daerah Terluar Billy Mambrasar menyampaikan apresiasinya untuk Gerakan Pulang Kampung yang sudah dijalankan oleh AMAN dan BPAN.

Saat ini, Indonesia sedang berada dalam diskursus akibat perginya ribuan anak Indonesia untuk tinggal di Singapura. Namun, Gerakan Pulang kampung ini justru mendorong tren kembalinya anak-anak ke kampung halaman, salah satunya seperti di Luwu Utara dan membangun daerahnya agar meningkat dengan pesat.

“Pemuda-pemudi memiliki kesempatan untuk menjadi penggerak, pendorong, dan pendobrak ekonomi dari berbagai sektor di Kabupaten Luwu Utara. Sektor pertanian, kelautan, perikanan, dan pariwisata menjadi andalan. Anak-anak muda menjadi para local champion dan menginspirasi pemuda-pemudi lain untuk ikut terlibat. Mengambil kisah contoh sukses yang saya lakukan sebagai duta pembangunan berkelanjutan dan juga perintis dari konsep Papua Interactive Hub, di mana kami sedang menggerakkan ribuan anak Papua untuk kembali membangun provinsi paling timur di Indonesia ini, maka hal serupa dapat kita lakukan juga di daerah Luwu Utara dan daerah lainnya,” jelas Billy.

Charles Pasadjangan, Tokoh Anak Muda Rongkong, menjelaskan tentang upayanya mendorong kesediaan pangan di kampung, wilayah adatnya, dan mengajak anak-anak muda untuk kembali ke sana. Namun, ia juga menyadari bahwa sulit untuk mengajak para pemuda pulang dari rantau karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Pandemi COVID-19 tiga tahun lalu menjadi titik balik yang menarik anak muda untuk pulang hingga saat ini.

“Kami menyadari bahwa tanah kami punya potensi karena subur dan sangat luas. Lalu, kami menggalang anak muda adat Amboan di Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, yang tergerak untuk melakukan penanaman sayur, buah dan budidaya Ikan Mas. Melihat hasilnya, semakin banyak yang tertarik ikut menanam. Akhirnya bukan hanya kelompok pemuda yang menanam sayuran, tetapi masyarakat juga ikut menanam. Produksi menjadi tinggi sehingga pedagang datang untuk mengambil stok di Rongkong. Kami sempat mencapai produksi sebanyak 1 ton cabai per-minggu,” kata Charles.

Banyak yang merasakan manfaat dari Gerakan Pulang Kampung, seperti adanya manfaat ekonomi bagi pemuda dan masyarakat. Inisiatif ini semakin membuka cara pandang anak-anak muda tentang potensi ekonomi dan bahwa lapangan pekerjaan sesungguhnya itu juga ada di kampung. Jika wilayah adat dikelola dan dikembangkan dengan baik, bisa mendatangkan manfaat bagi pemuda dan Masyarakat Adat untuk mandiri secara ekonomi. Selain itu, mereka juga dapat menjaga tanah-wilayah adat titipan leluhurnya.

KLIK INI:  Sekolah Adat sebagai Gerakan Pelestarian Sistem Pendidikan Adat