- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Tidur lebih awal memiliki banyak manfaat. Di antaranya bisa mencegah penyakit diabetes melitus (DM)
Manfaat itu terungkap melalui hasil studi yang dilakukan oleh University of Leicester dan University of South Australia.
Studi tersebut menemukan jika pasien yang tidur lebih awal memiliki kondisi fisik yang lebih baik. Berbanding dengan orang yang kurang tidur yang bisa membawa risiko kesehatan lebih buruk.
Melalui studi itu, setidaknya membuka gerbang pemahanan, bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dan aktivitas fisik pada pasien diabetes melitus, khususnya tipe-2.
Karena itulah, orang yang menderita penyakit diabetes melitus diharuskan untuk menjaga gaya hidup tetap sehat, termasuk menjaga kualitas tidur.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin (Restyana Noor Fatimah, 2015).
Penyakit diabetes melitus menjadi penyebab kematian urutan ketuju dunia. Data itu berdasarkan laporan International Diabetes Federation(IDF)
IDF menyebutkan, prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9%. Pada tahun 2002 lalu angka penyakit diabetes melitus di dunia mencapai 371 juta jiwa. Diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia.
The silent killer
Indonesia sendiri mencatatkan prevalensi DM di mencapai 57% berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008.
Penyakit ini dikenal dengan nama the silent killer karena dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penderitanya akan mengalami berbagai gangguan, di antaranya gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya.
Dan hal yang tidak kalah mengerikan dari itu semua adalah, banyak penderita diabetes mellitus yang harus menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.
Restyana (2015) membagi dua faktor penyebab diabetes melitus. Pertama, faktor risiko yang tidak dapat berubah, misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik
Faktor kedua adalah risiko yang dapat diubah, misalnya kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, indeks masa tubuh, dan lingkar pinggang.
Untuk menurunkan kejadian dan keparahan diabetes melitus tipe 2 maka harus dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin. Selain pengobatan seperti yang diungkapkan oleh Resty. Hal lain yang perlu dilakukan adalah tidur lebih awal.
Hal ini dibuktikan oleh studi University of Leicester dan University of South Australia. Mereka memeriksa sebanyak 635 pasien dengan diabetes tipe 2. Para peneliti mengamati kebiasaan harian pada pasien seperti tidur, waktu istirahat, dan aktivitas fisik.
Peneltian itu menemukan sebanyak 25 persen pasien merupakan morning chronotypes (tidur awal dan bangun pagi), sedangkan 23 persen merupakan evening chronotypes (tidur larut dan bangun siang).
Pasien dengan evening chronotypes ditemukan memiliki waktu sedenter (tidak aktif secara fisik) lebih lama hingga 28,7 menit per hari dibanding morning chronotypes.
Pentingnya aktivitas fisik
Pemimpin studi Joseph Henson mengatakan, aktivitas fisik sangat penting untuk orang dengan diabetes. Aktivitas fisik dapat membantu seseorang mengontrol berat badan dan tekanan darah, serta mengurangi risiko penyakit jantung.
“Riset kami menunjukkan, mereka yang senang begadang memiliki aktivitas fisik 56 persen lebih sedikit daripada yang bangun pagi,” ujarnya, mengutip CNN
Sayangnya, persoalan tidur lebih awal di zaman modern ini semakin sulit. Banyak gangguan, salah satunya adalah handphone.
Khusus di Indonesia, survei indeks pola hidup sehat American International Assurance (AIA) pada tahun 2013 yang dilaksanakan oleh perusahaan riset global, yaitu Taylor Nelson Sofrens (TNS) menunjukkan, masyarakat Indonesia yang ingin mendapatkan waktu tidur selama 7,8 jam ternyata hanya dapat merealisasikan 6,8 jam saja setiap harinya karena aktivitas mereka yang semakin lama semakin meningkat (Fenny dan Supriatmo, 2016)
Sedangkan Setiyo Purwanto (2008) mengatakan, orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 keesokkan harinya.
Tidur memulihkan energi tubuh, khususnya kepada otak dan sistem syaraf. Hal itu terungkap dalam buku The World Book Encyclopedia
Karena itu, sebaiknya jangan begadang—seperti saran dari Bang Haji Rhoma Irama. Sebab tidur merupakan kebutuhan, bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat.
Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia. Tujuannya untuk membentuk sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.