Simalakama Deterjen, Membersihkan Sekaligus Mengotori

oleh -210 kali dilihat
Simalakama Deterjen, Membersihkan Sekaligus Mengotori
Ilustrasi deterjen-foto/health.grid.id

Klikhijau.com – Tidak ada cara  lebih efektif untuk membersihkan pakaian selain mencucinya. Itulah sebabnya aktivitas mencuci pakaian telah menjadi aktivitas rutin.

Mencuci pun saat ini tidak dilakukan begitu saja, harus ada deterjen atau sabun. Tanpa deterjen, rasanya pakaian tidak akan bersih meski dicuci berkali-kali.

Penggunaan deterjen memang bertujuan untuk membersihkan pakaian dari noda. Membuatnya kembali nyaman dipakai. Namun, kebersihan pakaian itu tidak disertai dengan kebersihan lingkungan.

Kenapa, karena menggunakan deterjen dalam jumlah yang banyak bisa berakibat buruk bagi lingkungan. Jadi, di saat kita membersihkan pakaian dengan deterjen, di saat bersamaan pula kita mencemari lingkungan, khususnya perairan dengan deterjen.

Itu karena detergen yang biasa digunakan mencuci memiliki  tiga komponen yaitu, surfaktan, kompenen ini berperan sebagai bahan dasar detergen, yakni sebesar 20-30 persen.

Komponen lainnya adalah  builders  atau senyawa fosfat sebesar 70-80 persen, dan bahan aditif atau pemutih dan pewangi. Bahan adaktif ini relatif sedikit, hanya 2-8 persen.

Kirk dan Othmer dalam Rifky Luvia Yuliani dkk (2015) mengungkapkan bahwa Surface Active Agent (surfaktan) yang terdapat pada detergen digunakan untuk proses pembasahan dan pengikat kotoran. Karenanya sifat dari detergen dapat berbeda dengan yang lainnya, itu tergantung dari jenis surfaktannya.

Dijadikan industri

Aktivitas mencuci pakaian yang telah jadi keharusan. Kemudian dilihat oleh beberapa orang sebagai peluang usaha, sehingga industri laundry perlahan menjamur.

Industri ini tumbuh pesat, khususnya di kota-kota besar, itu pula yang menyebabkan  penggunaan detergen semakin tinggi. Hal inilah yang menurut Rifky Luvia Yuliani dkk akan menyebabkan turunnya kualitas bahan baku mutu perairan.

Selain itu, penggunaan detergen yang berlebihan, dapat pula  memicu  terjadinya penurunan keanekaragaman biota air.  Salah satu biota air yang banyak merasakan ganasnya detergen adalah ikan. Karena banyak kasus kematian beberapa spesies ikan yang berada di ekosistem perairan.

Nurindahsari Niken Larasati dkk, (2021) mengatakan, surfaktan pada deterjen dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan busa. Busa inilah yang akan mengganggu pemandangan serta menutupi permukaan perairan.

Dampaknya adalah pada proses difusi oksigen dari udara yang menjadi lambat, sehingga kadar oksigen yang terlarut pada air menjadi sedikit dan mengganggu kehidupan organisme perairan, terutama pada organ ikan.

Tidak berhenti di situ saja, masih menurut Rifky Luvia Yuliani dkk bahwa pengaruh negatif detergen terhadap kondisi fisik dan kimia perairan yang teraliri limbah. Dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Bourdeau and Treshow pada tahun 1978 pernah pula mengemukakan, pengaruh  limbah detergen terhadap lingkungan cukup banyak, di antaranya  bisa menyebabkan gangguan terhadap estetika karena terdapat  busa putih pada permukaan perairan, menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut perairan, perubahan sifat fisik dan kimia air, dan bisa terjadi eutrofikasi.

Deterjen ini mengandung fosfat yang tinggi, sehingga dapat merangsang tumbuhnya gulma air. Dengan adanya peningkatan gulma air, secara otomatis  akan menjadi penyebab peningkatan penguraian fosfat, hal itu dapat jadi penghambatan pertukaran oksigen dalam air, sehingga kadar oksigen terlarut dalam air amat rendah atau mikroaerofil.

Jika hal itu terjadi maka dapat mengganggu kehidupan organisme perairan serta menyebabkan perairan menjadi bau dan

Perlu pengelolaan

Penggunaan deterjen memang menjadi masalah tersendiri. Setiap hari penggunaannya akan semakin meningkat, itu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.

Karenanya, limbah yang mengandung deterjen, baik dari aktivitas industri laundry maupun dari masyarakat perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang.

Salah satu cara yang bisa ditempuh menurut Suastuti, (2015) adalah menggunakan biofilter berupa tanaman air.

Biofilter yang digunakan merupakan tanaman kelompok mikroorganisme rhizosfer. Tanaman ini  mampu melakukan penguraian terhadap benda-benda organik atau anorganik yang terdapat pada limbah (Waluyo, 2005).

Karen apabila limbah  yang deterjen tidak diolah terlebih dahulu, maka akan masuk ke sungai dan terakumulasi ke laut, hal itu bisa jadi pemicu terjadinya  pencemaran.

Lalu bagaimana mengatasinya, selain diolah terlebih dahulu, maka penggunaan deterjen sintetis dianggap lebih baik, karena memiliki sifat yang dapat membersihkan dengan baik dan tidak membentuk endapan dengan ion-ion.

Karena menurut Situmorang, (2017), deterjen yang memiliki bahan aktif surfaktan  dapat menurunkan kualitas air.

Melihat fakta tersebut, sudah saatnya kita bijak dan mengurangi penggunaan deterjen atau beralih ke deterjen yang lebih ramah lingkungan demi kebersihan pakaian dan lingkungan perairan.

KLIK INI:  Mengenai Limbah Cat, Ancaman, dan Cara Pengolahannya