- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Grup Band Naif sempat jadi perbincangan. Itu setelah isu, band yang terbentuk 22 Oktober 1995 ini akan bubar.
Dan isu itu ternyata benar. Setelah berkecimpung selama 25 tahun di belantika musik Indonesia. Naif resmi undur diri (bubar) dari panggung musik tanah air.
Band ini bermula pada sebuah kampus seni di Jakarta, yakni kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Wikipedia mencatata, Ide terbentuknya Naif adalah ketika beberapa orang mahasiswa semester awal atau tingkat satu dari kelas pendidikan dasar seni rupa sering menginap di rumah teman mereka secara bergiliran.
Tujuan berkumpul itu seperti kebanyakan mahasiswa, yakni mengerjakan tugas kuliah. Karena sering berkumpul, bukan hanya mengerjakan tugas, mereka juga kongkow-kongkow bermain gitar sambil bernyanyi-nyanyi hingga semalam suntuk.
Parahnya karena asyik main gitar dan menyanyi kadang mereka lupa mengerjakan tugasnya karena ketiduran. Namun nasib baik berpihak pada mereka, band ini menjadi band ternama di Indonesia.
Lagu-lagu Naif terdengar sederhana, namun memiliki pesan yang dalam. Di antara banyak lagu yang ditelurkan selama 25 tahun berkiprah di dunia musik Indonesia. Lagu Dia adalah Pusaka Sejuta Umat yang Ada di Seluruh Dunia menjadi lagu yang mengandung kritik pada lingkungan.
Lagu ini bisa menjadi renungan bagi kita semua bahwa telah banyak yang berubah. Pohon-pohon ditebangi lalu berganti menjadi bangunan batu yang merampas nuansa hijau.
Coba simak lirik lagu Dia adalah Pusaka Sejuta Umat yang Ada di Seluruh Dunia berikut ini:
Manusia berkembang menurut
perkembangan jaman yang ada
Tengoklah kiri dan kanan sudah
banyak gedung yang tinggi menjulang
Pohon-pohon yang dulu hijau kini
telah berubah menjadi batu
Kurasa manusia kini tak pernah
peduli lagi dengan alamnya
Dia… Adalah pusaka sejuta umat
manusia yang ada di seluruh dunia
Langit biru cerah tak mungkin
lagi terlihat bersih dan ceria
Pelangi yang berwarna-warni
warnanya semakin tak menentu
Bunga-bunga yang indah tak
pernah semerbak lagi seperti dulu
Udara segar yang dulu ada
kini tak pernah lagi kurasakan
Alam memang pusaka seluruh dunia
Judul lagu di atas memang sangat panjang, mengandung 10 kata. Membacanya butuh tarikan napas yang panjang, juga tak mudah untuk diingat.
Namun, demikian pesan lingkungan yang disampaikan terasa mudah diterima dan direnungkan. Pada lirik Tengoklah kiri dan kanan sudah/banyak gedung yang tinggi menjulang/Pohon-pohon yang dulu hijau kini/telah berubah menjadi batu.
Pilihan diksi itu bukan hasil imajinasi, tapi realitas yang terjadi. Saat ini semakin jarang kita temukan ruang terbuka hijau, khususnya di kota-kota besar. Pohon-pohon ditebangi lalu diganti dengan bangunan batu yang kokoh.
Tak hanya itu, Naif juga mengkritik kita sebagai manusia yang tak lagi peduli pada alamnya melalui kata-kata Kurasa manusia kini tak pernah/peduli lagi dengan alamnya.
Harus memang diakui, banyak manusia yang tak lagi peduli pada alam. Banyak buktinya, penebangan hutan semakin tak terkendali, pengerukan sumber daya alam yang kian masif. Membuang sampah bukan pada tempatnya sehingga menjadi sumber pencemaran lingkungan.
Perburuan satwa liar yang semakin membuatnya membuat beberapa jenis satwa mulai langka. Dan masih banyak lagu bukti ketidak pedulian manusia terhadap alam.
Apa hanya sebatas itu, tidak. Pada lirik Langit biru cerah tak mungkin/lagi terlihat bersih dan ceriaPelangi yang berwarna-warni/warnanya semakin tak menentu.
Naif melalui lirik tersebut seolah mengabarkan pada kita bahwa polusi udara juga menjadi ancaman, yang menghilangkan keindahan birunya langit bahkan memburamkan warna pelangi sehingga tak lagi menentu.
Keserakahan manusia yang merusak alam juga membuat Bunga-bunga yang indah tak/pernah semerbak lagi seperti dulu/Udara segar yang dulu ada/kini tak pernah lagi kurasakan.
Band Naif, meski telah bubar, tapi karyanya akan tetap terdengar, khususnya lagu Dia adalah Pusaka Sejuta Umat yang Ada di Seluruh Dunia yang menjadi renungan agar manusia berhenti merusak alam dan lingkungan. Karena alam adalah pusaka sejuta umat yang ada di seluruh dunia.
Dodot sepertinya tak salah memberi band ini nama Naif. Karena lagu-lagunya terdengar begitu sederhana, namun tetap berisi dan terdengar harmonis. Selain itu, kata Naif pun mudah diingat. Dan semoga ingatan kita tak tergerus bersama bubarnya band yang terbentuk di Jakarta ini.