- Menyelami Filsafat Lingkungan Hidup Bersama Dr. A. Sonny Keraf - 02/07/2024
- Badai Polusi - 15/06/2024
- Bahu Hujan - 11/05/2024
Judul: Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan Bersama Fritjof Capra
Bahasa: Indonesia
Tanggal Rilis: 23 Januari 2019
Penulis: Dr. A. Sonny Keraf
Halaman: 225 Halaman
Penerbit: Kanisius
Klikhijau.com – Jika kita berbicara mengenai isu lingkungan hidup saat ini, maka yang terlintas pertama di kepala kita, mungkin adalah kerusakan.
Kerusakan lingkungan atau krisis lingkungan merupakan masalah yang sudah mengakar kuat, mulai dari skala lokal hingga global.
Tidak ada bagian bumi yang tidak terkena dampaknya. Mulai dari kota besar hingga desa-desa, bahkan tempat yang bahkan posisinya paling terpencil sekalipun, termasuk wilayah yang bahkan belum dihuni manusia, yakni Antartika.
Entah siapa yang harus disalahkan ketika bencana alam datang melanda. Saat ini, kita semakin akrab dengan bencana, misalnya kekeringan, gagal panen, banjir, polusi, limbah dan sebagainya.
Di Indonesia misalnya, banjir tidak lagi mengenal tempat tertentu. Jika dulu, banjir hanya terjadi di daerah tertentu saja—seperti Jakarta yang memang secara geografis berpotensi terkena banjir, kini sudah tak pandang bulu, hampir berbagai daerah terkena banjir.
Itu baru satu bencana saja, belum bencana lainnya yang saat ini skalanya semakin meluas dan frekuensi terjadinya semakin sering. Nyaris tanpa jeda.
Lalu, bagaimana kita dapat memahami permasalahan ini dari segi filosofis?
Adakah pintu keluarnya untuk menyelamatkan habitat kehidupan? Bagaimana gambaran masyarakat di masa mendatang? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan kritis dalam buku Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan Bersama Fritjof Capra yang ditulis oleh Dr. A. Sonny Keraf
Buku ini menggunakan paradigma holisme-ekologis dari fritjof Capra. Bukunya bergenre ilmiah, jadi jangan kaget jika penyusunan materinya menggunakan sistematika yang apik dan menggunakan basis teori yang kuat.
Seperti kebanyakan buku pada umumnya, buku ini juga diawali dengan kata pengantar. Bagian kata pengantarnya membahas mengenai krisis lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kesalahan paradigmatik.
Spill bab perbab
Buku ini juga terbagi dalam beberapa bab. Pada Bab I membahas konsep dasar dari materi yang dibahas, yaitu definisi filsafat, lingkungan hidup dan prinsip perubahan paradigma dari Thomas Kuhn.
Lalu pada Bab 2 membahasa paradigma Mesin Raksasa yang terkait dengan akar masalah dari krisis lingkungan.
Pada Bab 3 yang diusung adalah Pembahasan Paradigma Ekologis atau holistik sebagai “paradigma penyelamat kehidupan”.
Pembahasan berlanjut ke Bab 4 mengenai “makna kehidupan dalam perbandingan kedua paradigma”.
Dilanjutkan dengan penerapan dari paradigma holistik, yaitu kampanye melek teknologi menuju terciptanya Masyarakat Bekerlanjutan di Bab 5.
Di Bab 6 dibahas mengenai kondisi menyatunya ekonomi dan ekologi atau dikenal dengan Bioregionalisme.
Sedangkan akhir, yakni Bab 7, membahas tentang tindakan-tindakan “melawan hukum alam” seperti rekayasa kehidupan (genetika, kloning dan sejenisnya) yang bertentangan dengan paradigma ekologis serta permasalahan etik moral yang diakibatkannya.
Seperti buku pada umumnya, yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Buku ini juga memiliki kekurangan, yakni penggunaan pemikiran Capra yang terlalu kuat, sehingga rasanya kurang cocok dengan genre buku ilmiah.
Biasanya buku ilmiah bakal merangsang pembacanya untuk melakukan pengujian lanjutan. Hal itu disebabkan karena banyaknya penggunaan teori filsafat sains dan lingkungan serta hipotesis yang berkaitan dengan yang dibahas.
Rasanya, akan lebih pas jika saja penulisnya mengkorelasikan antara filsafat Capra dengan kondisi factual yang terjadi di Indonesia, sehingga buku ini tidak hanya menjadi refleksi filosofis, tetapi juga bisa digunakan sebagai referensi pembangunan kehidupan yang akan datang dengan berbasis data.
Selain itu, harus pula diakui jika buku ini terkesan terlalu monoton, sehingga agak membosankan bagi orang-orang yang sudah terbiasa berkecimpung di dunia teoritis, karena tidak banyak ide-ide atau gagasan baru yang original dikemukakan.
Namun, bagi peminat masalah lingkungan hidup ataupun masa depan kehidupan, buku ini bisa jadi pilihan. Karena dapat digunakan sebagai pijakan kerangka berpikir dan kerangka kerja yang sesuai untuk mendukung desain strategi aplikasi, kampanye kesadaran lingkungan maupun program edukasi bagi masyarakat.
Selain memiliki sisi kekurangan, buku ini juga mengandung sisi kelebihan. Setidaknya ada dua kelebihan buku ini. Kelebihan yang menjadikannya lebih komplit dan dakwah intelektualnya lebih merasuk.
Pertama, ada nilai-nilai tradisi diberbagai pelosok negeri sesungguhnya sangat ramah lingkungan. Percaya atau tidak, masyarakat Indonesia telah membangun kultur ramah lingkungan yang diidealkan oleh Capra yang bernapaskan paradigma Newton-Cartesian.
Dengan adanya hal tersebut, diharapkan akan lebih mudah bagi pelaku kampanye dan penyusun strategi aplikatif untuk masuk dan menyebarkan paradigma baru yang lebih memprioritaskan lagi keramahan lingkungan dan kehidupan.
Apalagi “grand teori” memiliki koherensi kuat dengan “tradisi lokal”masyarakat Indonesia.
Kedua, usulan bagi penerapan paradigma holistik dan berbagai turunan aplikasinya layak diharapkan.
Perlu digarisbawahi, penulis buku ini adalah mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, tentu penulisnya sangat tahu keadaan lingkungan seperti apa.
Penulis buku ini juga berkesempatan melakukan pengujian model ideal paradigma baru ini. Jadi, segala keberhasilan, tantangan, masalah serta potensi dan peluang yang didasarkan pada hasil evaluasi penerapan kebijakan pasti akan bermanfaat. Bagian ini dapat memberikan gambaran seberapa berpotensi “Paradigma Capra” ini bisa diadopsi dalam kebijakan nasional kita.
Selain itu, dapat pula dijadikan bahan evaluasi dan acuan bagi civilsociety ataupun pengambilan keputusan di Indonesia, khususnya dalam menyusun strategi pembangunan masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Namun, akan lebih baik apabila melibatkan dunia pendidikan dalam upaya ini, yakni menciptakan kebudayaan masyarakat yang berpihak pada lingkungan hidup.
Buku ini memiliki visi yang sangat mulia, mengingat krisis lingkungan semakin hari semakin parah dan tidak ada waktu untuk menunda penyelesaiannya lagi.
Karenanya, kehadiran buku ini bisa jadi angin segara sebagai bagian dari salah satu kampanye masif untuk membuat masyarakat sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan dan kehidupan di masa mendatang.