Menyelami Filsafat Lingkungan Hidup Bersama Dr. A. Sonny Keraf

oleh -23 kali dilihat
Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan Bersama Fritjof-foto/Tokopedia
Nona Reni
Latest posts by Nona Reni (see all)

Judul: Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan Bersama Fritjof Capra 
Bahasa: Indonesia
Tanggal Rilis: 23 Januari 2019
Penulis: Dr. A. Sonny Keraf
Halaman: 225 Halaman
Penerbit: Kanisius

Klikhijau.com –  Jika kita berbicara mengenai isu lingkungan hidup saat ini, maka yang terlintas pertama di kepala kita, mungkin adalah kerusakan.

Kerusakan lingkungan atau krisis lingkungan merupakan masalah yang sudah mengakar kuat, mulai dari skala  lokal hingga global.

Tidak ada bagian bumi yang tidak terkena dampaknya. Mulai dari kota besar hingga  desa-desa, bahkan tempat yang bahkan posisinya paling  terpencil sekalipun, termasuk wilayah yang bahkan belum  dihuni  manusia, yakni Antartika.

Entah siapa yang harus disalahkan ketika bencana alam datang melanda. Saat ini, kita semakin akrab dengan bencana, misalnya kekeringan,   gagal   panen,   banjir,   polusi,  limbah   dan   sebagainya.

KLIK INI:  Awal Tahun, Toraja Dihantui Bencana Tanah Longsor

Di Indonesia misalnya, banjir tidak lagi mengenal tempat tertentu. Jika dulu, banjir hanya terjadi di daerah tertentu saja—seperti Jakarta yang memang secara geografis berpotensi terkena banjir, kini sudah tak pandang bulu, hampir berbagai daerah terkena banjir.

Itu baru satu bencana saja, belum bencana lainnya yang saat ini skalanya semakin meluas dan frekuensi terjadinya semakin sering. Nyaris tanpa jeda.

Lalu, bagaimana kita dapat memahami permasalahan ini dari segi filosofis?

Adakah pintu keluarnya untuk menyelamatkan habitat kehidupan? Bagaimana gambaran masyarakat di masa mendatang? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan kritis dalam buku Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan Bersama Fritjof Capra yang ditulis oleh Dr. A. Sonny Keraf

Buku ini menggunakan paradigma holisme-ekologis   dari   fritjof  Capra. Bukunya bergenre   ilmiah, jadi jangan kaget jika penyusunan materinya menggunakan sistematika yang apik dan menggunakan basis teori yang kuat.

KLIK INI:  “Ramuan Nenek” dan Ikhtiar Kembali ke Pengobatan Leluhur Perempuan Banggai

Seperti kebanyakan buku pada umumnya, buku ini juga diawali dengan kata pengantar. Bagian kata pengantarnya  membahas mengenai krisis  lingkungan hidup  yang diakibatkan  oleh kesalahan   paradigmatik.

Spill bab perbab

Buku ini juga terbagi dalam beberapa bab. Pada Bab   I   membahas   konsep   dasar   dari   materi   yang   dibahas,   yaitu definisi filsafat, lingkungan hidup dan prinsip perubahan paradigma dari Thomas Kuhn.

Lalu pada Bab 2 membahasa paradigma Mesin Raksasa yang terkait dengan akar masalah dari krisis lingkungan.

Pada Bab   3 yang diusung adalah  Pembahasan Paradigma Ekologis atau holistik sebagai “paradigma penyelamat kehidupan”.

Pembahasan berlanjut  ke  Bab  4 mengenai  “makna  kehidupan  dalam perbandingan  kedua  paradigma”.

Dilanjutkan   dengan   penerapan   dari   paradigma   holistik,   yaitu   kampanye   melek   teknologi menuju terciptanya Masyarakat Bekerlanjutan di Bab 5.

Di Bab 6 dibahas mengenai kondisi menyatunya ekonomi dan ekologi atau dikenal dengan Bioregionalisme.

KLIK INI:  Dari ‘Sang Pemimpi’ Kita Tahu, Ujung Pertambangan adalah Sengsara

Sedangkan  akhir, yakni Bab 7, membahas tentang tindakan-tindakan “melawan hukum alam” seperti rekayasa kehidupan (genetika, kloning dan sejenisnya) yang bertentangan dengan paradigma ekologis serta permasalahan etik moral yang diakibatkannya.

Seperti buku pada umumnya, yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Buku ini juga memiliki kekurangan, yakni penggunaan pemikiran Capra  yang terlalu kuat, sehingga rasanya kurang cocok dengan genre buku ilmiah.

Biasanya buku ilmiah bakal merangsang pembacanya untuk melakukan pengujian lanjutan. Hal itu disebabkan karena banyaknya penggunaan teori filsafat sains   dan   lingkungan   serta   hipotesis   yang   berkaitan dengan yang dibahas.

Rasanya, akan lebih pas jika saja  penulisnya mengkorelasikan antara filsafat Capra dengan kondisi factual yang terjadi di Indonesia, sehingga buku ini tidak   hanya   menjadi  refleksi   filosofis, tetapi juga bisa  digunakan  sebagai  referensi pembangunan kehidupan yang akan datang dengan berbasis data.

Selain itu, harus pula diakui jika buku ini terkesan terlalu monoton, sehingga agak membosankan bagi  orang-orang  yang sudah terbiasa  berkecimpung di dunia teoritis, karena tidak banyak  ide-ide atau gagasan baru yang original  dikemukakan.

KLIK INI:  Teologi Ekologis dan Persaudaraan Berbasis Semesta

Namun, bagi peminat masalah lingkungan hidup ataupun masa   depan   kehidupan, buku ini bisa jadi pilihan.  Karena  dapat   digunakan   sebagai   pijakan   kerangka berpikir dan kerangka kerja yang sesuai untuk mendukung desain strategi aplikasi, kampanye kesadaran lingkungan maupun program edukasi bagi masyarakat.

Selain memiliki sisi kekurangan, buku ini juga mengandung sisi kelebihan. Setidaknya ada dua kelebihan buku ini. Kelebihan yang menjadikannya lebih komplit dan dakwah intelektualnya lebih merasuk.

Pertama, ada nilai-nilai tradisi diberbagai pelosok negeri sesungguhnya sangat   ramah lingkungan. Percaya atau tidak, masyarakat Indonesia telah membangun kultur ramah lingkungan yang diidealkan oleh Capra yang bernapaskan  paradigma   Newton-Cartesian.

Dengan   adanya   hal   tersebut, diharapkan akan lebih mudah bagi pelaku kampanye dan penyusun strategi aplikatif untuk masuk dan menyebarkan paradigma baru yang lebih memprioritaskan lagi keramahan lingkungan dan kehidupan.

Apalagi “grand teori”  memiliki koherensi kuat dengan “tradisi lokal”masyarakat Indonesia.

Kedua,  usulan   bagi   penerapan   paradigma   holistik   dan   berbagai turunan   aplikasinya   layak   diharapkan.

Perlu digarisbawahi,  penulis  buku ini adalah  mantan   Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, tentu penulisnya  sangat tahu keadaan lingkungan seperti apa.

KLIK INI:  Ekofenomenologi, Tentang Relasi Apik Antara Manusia dan Alam

Penulis buku ini juga berkesempatan melakukan pengujian model ideal paradigma baru ini. Jadi, segala keberhasilan, tantangan, masalah serta potensi dan peluang yang didasarkan pada hasil evaluasi penerapan kebijakan pasti akan bermanfaat. Bagian ini dapat memberikan gambaran   seberapa berpotensi “Paradigma Capra”   ini   bisa   diadopsi   dalam kebijakan nasional kita.

Selain itu, dapat pula dijadikan bahan evaluasi dan acuan bagi civilsociety ataupun pengambilan keputusan di Indonesia, khususnya dalam menyusun strategi pembangunan masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Namun, akan lebih baik apabila melibatkan  dunia pendidikan dalam   upaya ini, yakni menciptakan   kebudayaan masyarakat yang berpihak pada lingkungan hidup.

Buku ini memiliki visi yang sangat mulia, mengingat krisis lingkungan semakin hari semakin parah dan tidak ada waktu untuk menunda penyelesaiannya lagi.

Karenanya, kehadiran buku ini bisa jadi angin segara sebagai bagian dari salah   satu   kampanye   masif   untuk   membuat   masyarakat   sadar  betapa   pentingnya   menjaga lingkungan dan kehidupan di masa mendatang.

KLIK INI:  Ketika Rayap Menginspirasi Peneliti untuk Hemat Energi dan Cerdas Iklim