Mana Lebih Efektif Memerangi Perubahan Iklim, Hutan Campuran atau Monokultur?

oleh -56 kali dilihat
Serial Webinar Hutan dan Kehutanan Juni-Oktober 2021, Ini Jadwalnya!
Ilustrasi hutan-foto/merdekacom

Klikhijau.com – Hutan menjadi salah satu senjata andalan melawan perubahan iklim. Namun, hutan yang seperti apakah yang paling efektif memerangi perubahan iklim? Apakah hutan dengan pohon yang tumbuh secara monokultur atau hutan yang memiliki banyak spesies pohon?

Dr Emily Warner, peneliti postdoctoral di bidang ilmu ekologi dan keanekaragaman hayati di Departemen Biologi, Universitas Oxford mengungkapkan, jika hutan campuran jauh lebih efektif daripada monokultur.

Hutan campuran menurut Werner, sangat efektif dalam penyimpanan karbon, karena spesies berbeda dengan sifat yang saling melengkapi dapat meningkatkan penyimpanan karbon secara keseluruhan.

Sedangkan hutan satu spesies atau monokultur ditemukan penyerapan karbonnya lebih sedikit. Selain itu, hutan campuran juga lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan gangguan iklim, sehingga meningkatkan potensi penyimpanan karbon jangka panjang.

KLIK INI:  Berawal dari Ketidaksengajaan, Cacing Lilin Ditemukan Bisa Atasi Masalah Plastik

Keunggulan lain dari hutan campuran adalah pemberian jasa ekosistem lainnya juga lebih besar dan mendukung tingkat keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.

“Hutan tanaman yang beragam menyimpan lebih banyak karbon dibandingkan monokultur – hingga 70%,” kata Dr Warner, dikutip dari Newswise.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Warner dan timnya tersebut Frontiers in Forests dan Perubahan Global. Di mana Warner sebagai penulis pertama.

“Kami juga menemukan peningkatan terbesar dalam penyimpanan karbon dibandingkan dengan monokultur pada campuran empat spesies,” tambahnya.

KLIK INI:  Kabar Buruk, 30 Persen Spesies Pohon Terancam Punah
Dari penelitian tahun 1975

Para peneliti menganalisis penelitian yang diterbitkan sejak tahun 1975 yang secara langsung membandingkan penyimpanan karbon di hutan campuran dan hutan spesies tunggal.

Mereka menggabungkannya dengan data yang sebelumnya tidak dipublikasikan dari jaringan global eksperimen keanekaragaman pohon.

“Kami ingin mengumpulkan dan menilai bukti yang ada untuk menentukan apakah diversifikasi hutan memberikan manfaat penyimpanan karbon,” jelas Warner.

Hutan tanaman campuran yang dinilai dalam studi ini memiliki kekayaan spesies yang berkisar antara dua hingga enam spesies.

Dalam kumpulan data yang digunakan para ilmuwan, campuran empat spesies merupakan penyerap karbon paling efektif.

Salah satu campuran tersebut dibuat dari berbagai pohon berdaun lebar yang dapat ditemukan di seluruh Eropa.

KLIK INI:  Produksi Tinggi dan Daur Ulang Rendah, Ancaman Plastik Semakin Mencekik

Hutan campuran dengan dua spesies juga memiliki stok karbon di atas permukaan tanah yang lebih besar dibandingkan monokultur dan menyimpan karbon hingga 35% lebih banyak.

Namun, hutan yang terdiri dari enam spesies tidak menunjukkan manfaat yang jelas dibandingkan monokultur.

Oleh karena itu, para peneliti dapat menunjukkan bahwa diversifikasi hutan meningkatkan penyimpanan karbon.

Secara keseluruhan, cadangan karbon di atas permukaan tanah pada hutan campuran 70% lebih tinggi dibandingkan pada rata-rata hutan monokultur.

Para peneliti juga menemukan bahwa hutan campuran memiliki cadangan karbon 77% lebih tinggi dibandingkan hutan monokultur komersial, yang terdiri dari spesies-spesies yang dibiakkan untuk menghasilkan hasil yang sangat tinggi.

KLIK INI:  Durasi Memasak Buras yang Ideal, Ini 2 Opsi yang Layak Dicoba!
Banyak negara memilih monokultur

Dr Susan Cook-Patton, ilmuwan senior restorasi hutan di The Nature Conservancy dan kolaborator penelitian tersebut  mengatakan, seiring dengan meningkatnya momentum penanaman pohon, penelitian itu menyoroti bahwa penanaman spesies campuran akan meningkatkan penyimpanan karbon di samping manfaat lain dari diversifikasi hutan tanaman

“Hasil penelitian ini sangat relevan bagi pengelola hutan, karena menunjukkan adanya insentif produktivitas untuk mendiversifikasi hutan tanaman baru,” katanya.

Meskipun menunjukkan peningkatan potensi hutan campuran dalam menyimpan lebih banyak karbon, para peneliti mengingatkan bahwa penelitian mereka bukannya tanpa keterbatasan, termasuk terbatasnya ketersediaan penelitian mengenai hutan campuran vs hutan monokultur, khususnya penelitian dari hutan yang lebih tua dan dengan tingkat keanekaragaman pohon yang lebih tinggi.

KLIK INI:  Pemanasan Global Ubah Gaya Hidup Hewan Diurnal Jadi Nokturnal?

“Studi ini menunjukkan potensi diversifikasi hutan tanaman, dan juga perlunya data eksperimen jangka panjang untuk mengeksplorasi mekanisme di balik hasil penelitian kami,” kata Warner.

Dia menambahkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk mengeksplorasi lebih jauh bagaimana manfaat penyimpanan karbon dari diversifikasi berubah tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi, spesies yang digunakan, dan umur hutan.

Meskipun manfaat dari beragam sistem hutan sudah banyak diketahui, komitmen restorasi banyak negara terfokus pada pembangunan perkebunan monokultur.

Berdasarkan praktik ini, tim ilmuwan internasional telah membandingkan stok karbon di hutan tanaman campuran dengan stok karbon di monokultur komersial dan yang memiliki kinerja terbaik, serta rata-rata monokultur.

Selain mempertahankan hutan campuran, cara lain yang bisa dilakukan untuk memperlambat dampak perubahan iklim adalah melestarikan keanekaragaman hayati, memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, dan melakukan penanaman pohon.

KLIK INI:  Melihat Pentingnya Peran Penyerbuk bagi Tanaman dan Ekosistem