- Pantai Matamu - 04/06/2023
- Dodol, Baeti, dan Rumah Berperabot Warna Pink - 02/06/2023
- Hujan Hijau - 21/05/2023
Klikhijau.com – Wacana yang diembuskan Walikota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto menarik perhatian. Danny, begitu ia biasa disapa, memasukkan Jeneponto sebagai salah satu daerah potensial menjadi ibu kota negara Indonesa.
Saya katakan apa yang diutarakan Danny menari, sebab selama ini, daerah di selatan Makassar tersebut tak pernah terbayangkan akan menjadi “kandidat” ibu kota negara.
Ketika saya mengirimkan artikel Terbayang, Ibukota Negara Berpindah ke Jeneponto ke beberapa yang berasal dari Jeneponto, respons mereka beragam, namun lebih banyak ditanggapi dengan gurauan
Kenapa wacana pemindahan ibu kota negara dipindahkan kembali meriuh. Ada yang pendapat jika wacana itu untuk menurunkan tensi politik yang semakin menggerahkan.
Namun, menurut pengamat, seperti yang diberitakan , Selasa, 30 April 2019 kemarin, beban lingkungan kota Jakarta sudah terlalu berlebihan. Sebab, kota ini mesti berperan sebagai pusat ibu kota negara dan pusat perekonomian Indonesia sekaligus. Sehingga menurutnya isu pemindahan ibu kota relevan karena daya dukung lingkungan kota ini yang sudah tidak memadai.
Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, Mahawan Karuniasa mengatakan, Jakarta sering dilanda banjir, kemacetan, penurunan air tanah hingga penurunan permukaan tanah.
“Dari sisi lingkungan memang Jakarta dengan sebagai pusat ibu kota negara dan sebagai pusat ekonomi itu bebannya luar biasa. Sudah jelas lah saya kira itu sudah melampaui daya dukung di Jakarta,” ungkap Mahawan
Daya dukung lingkungan sendiri adalah batas kemampuan lingkungan untuk mendukung suatu populasi dengan sumber daya yang berkualitas. Daya dukung lingkungan ini tidak hanya diukur dari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan manusia, tetapi juga dari kemampuan menerima beban pencemaran dan bangunan.
“Ada banjir, macet kemudian penurunan air tanah, lalu penurunan permukaan tanah, masalah air. Kita akan punya masalah kalau jumlah penduduk terus bertambah di Jakarta,” sambungnya.
Menyoal berapa persen Jakarta telah melampaui daya dukung, Mahawan mengatakan bahwa daya dukung itu sangat kompleks.
“Yang jelas indikator mudahnya adalah macet itu artinya jumlah kendaraan melampaui dari jumlah jalan yang tersedia. Lalu banjir karena faktor irigasi kemudian faktor pengelolaan daerah aliran sungai yang kurang baik secara kuantitatif tidak mudah untuk disampaikan,” tuturnya.
Mahawan menilai ada dua konteks yang membuat pemerintah akhirnya secara resmi memindahakan ibu kota ke luar Pulau Jawa. Pertama, pemerintah berupaya untuk mengurangi daya tarik Jakarta sebagai pusat perekonomian.
“Kedua, dari sisi sosial yakni urbanisasi terus meningkat jadi tidak ada pilihan lain kota harus dijaga dengan baik, mampu memberikan pekerjaan dan lainnya,” jelas Mahawan
Hal itu dapat membuat masyarakat yang tinggal di luar Jakarta tidak berbondong-bondong lagi datang ke Jakarta.
Lalu ke mana ibu kota negara akan pindah? Apakah akan menuju Jeneponto atau yang lainnya? Menurut kajian Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, jika secara fisik lokasi yang tepat adalah pulau Kalimantan, tetapi bukan di lahan gambut, karenanya lokasi yang paling mungkin di sekitar perbukitan Maratus.
Tapi, jika benar Jeneponto menjadi ibu kota negara, tentu itu akan sangat menarik.