Energi Terbarukan Bisa Kurangi Risiko Kesehatan Hingga 80 Persen

oleh -95 kali dilihat
Energi Terbarukan Bisa Kurangi Risiko Kesehatan Hingga 80 Persen
Ilustrasi foto okezone.com

Klikhijau.com – Emisi dari pembangkit listrik menyumbang sekitar 40 persen dari semua polusi karbon global. Belum lagi, permintaan energi diprediksi akan meningkat secara global untuk tahun-tahun mendatang.

Para ahli mengatakan, beralih ke energi terbarukan dapat mengurangi dampak polusi udara dari pembangkit listrik sebanyak 80 persen.

Dalam perjanjian iklim Paris, para ilmuwan dan aktivis lingkungan menyarankan untuk beralih ke kekuatan rendah karbon. Ini demi mencegah kenaikan suhu global menjadi dua derajat Celcius (3,6 Farenheit).

Beberapa negara berkomitmen untuk “nol emisi” pada 2050, namun hanya sedikit yang menjelaskan langkah mereka sejauh ini.

KLIK INI:  Tak Bisa Sendiri, Semua Pihak Harus Bersinergi dalam RHL

Meski ada konsensus ilmiah tentang perlunya mengurangi emisi, namun relatif sedikit yang memberikan perhatian atas risiko kesehatan.

Tim ahli Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim (PIK) menggunakan model efisiensi iklim dan energi. Ini untuk membuat tiga skenario dekarbonisasi sektor listrik pada tahun 2050.

Tertulis dalam jurnal Nature Communications, mereka mengkalkulasi indeks kesehatan manusia dan analisis tingkat emisi.

Sebagian besar energi berasal dari tenaga surya dan angin. Hal itu dapat mengurangi risiko kesehatan dari produksi listrik hingga 80 persen.

Itu bisa bermanfaat yang sangat besar. Kebijakan perubahan iklim dapat menjadi kontributor utama untuk mengurangi dampak pada kesehatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 4,2 juta orang meninggal setiap tahun karena polusi udara. Sebagian besar berasal dari pembakaran dengan bahan bakar fosil untuk energi.

Model PIK memperkirakan, tren energi saat ini bisa menyebabkan kematian global akibat polusi udara pada tahun 2050. Jika tiga dekade berikutnya didominasi oleh energi terbarukan, angka tersebut bisa turun sekitar satu juta.

KLIK INI:  Karangan Bunga Duka Cita untuk Adaro Energy yang Dinilai Memperburuk Krisis Iklim
Biofuel vs solar

Studi ini juga melihat dampak lingkungan dan ekologis dari pembangkitan energi hijau.

Sementara bioenergi, pemanenan dan pembakaran tanaman penyerap CO2 untuk listrik memiliki potensi emisi rendah.

Tim ahli menemukan cara seperti itu akan memiliki konsekuensi yang signifikan pada lingkungan.

Mereka menemukan bahwa bioenergi butuh sekitar 100 kali jumlah lahan yang dibutuhkan untuk energi yang sama dari panel surya per kilowatt.

“Tanah adalah sumber daya yang terbatas untuk planet kita. Mengingat populasi dunia semakin berkembang untuk listrik dan untuk makanan, sistem pangan akan meningkat juga,” kata Alexander Popp, kepala manajemen penggunaan lahan di PIK.

The United Nation’s Intergovernmental Panel untuk Perubahan Iklim PBB pada bulan Agustus merilis penilaian penting tentang bagaimana tanah dapat memudahkan dan berkontribusi pada darurat iklim.

KLIK INI:  Hanya 10 Ribu Rupiah, Warga Katimbang Merdeka Menikmati Listrik