Ekowisata di Era New Normal dengan Protokol Covid-19

oleh -575 kali dilihat
Ekowisata di Era New Normal dengan Protokol Covid-19
Ilustrasi - Foto/Pixabay
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Era new normal atau kenormalan baru akibat dampak covid-19, mamaksa kita melakukan adaptasi agar dapat terus eksis dalam mengarungi kehidupan.

Hal ini harus terlihat melalui cara berpikir, perilaku dan cara kita berelasi dengan sesama mahluk hidup, baik manusia maupun organisme lainnya, serta terhadap lingkungan biofisik.

Harus disadari bahwa cara hidup di era new normal akan sangat berbeda dengan sebelumnya. Hal yang tidak biasa akan menjadi biasa. Hal yang tidak normal seperti mencuci tangan sampai bersih pada setiap kegiatan sudah akan menjadi kebiasaan.

Zanitiser akan selalu menghuni tas yang kita bawa kemana-mana, hidup selalu harus menjaga kebersihan, bersosialisasi dengan  menggunakan media sosial, transaksi dengan uang virtual sehingga penjual sayur dan ikan pun sudah harus menggunakan teknologi canggih.

KLIK INI:  7 Spot Wisata Alam Menarik yang Ada di Sekitar Taman Buru Ko’mara

Aktivitas harus seimbang, dalam pertemuan selalu menjaga jarak, pesta perkawinan bukan lagi menjadi kebutuhan utama, tidak ada lagi salam dan cipika-cipiki, asupan gizi sudah harus terjaga dan pengendalian penyakit sudah harus menjadi kebiasaan dalam hidup kita.

Semua cara hidup di atas, telah merubah gaya hidup kita yang akan lebih memperhatikan faktor lingkungan dimana secara ekologi kita sangat tergantung pada lingkungan yang berimbang, atau dengan kata lain memaksa hidup kita selaras dengan pelestarian atau konservasi lingkungan.

Semua  perubahan itu juga akan berdampak kepada bagaimana manusia memenuhi salah satu kebutuhan sekundernya  yakni berwisata di alam liar untuk mendapatkan kesegaran jasmani dan rohani serta pengalaman dan pengetahuan.

Ekowisata sebagai alat konservasi lingkungan

Ekowisata merupakan kegiatan perjalanan ketempat-tempat yang alami, baik alam maupun buatan, bersifat informatif dan partisipatif  yang bertujuan untuk  menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.

KLIK INI:  Pasca Pandemi, Peluang Ekowisata Semakin Menanjak

Karena tujuannya untuk menjamin kelestarian alam dan budaya, maka ekowisata juga didefinisikan sebagai perjalanan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Cara pelaksanaannya adalah berinteraksi langsung dengan alam untuk mengetahui habitat dan ekosistem yang ada dalam suatu lingkungan hidup tanpa melakukan pengrusakan sumberdaya alam, melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya, menyediakan lapangan kerja dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal guna meningkatkan taraf hidup mereka, dan menghormati serta melestarikan kebudayaan masyarakat lokal, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat.

Ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan dengan bantuan interpreter/pemandu terlatih.

Ekowisata juga merupakan alat yang efektif untuk konservasi sumber daya alam, peninggalan sejarah, dan nilai pengetahuan tradisional masyarakat, serta alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.

KLIK INI:  Kunjungan ke Rawa Aopa, Kapus P3E Suma: Ekosistem Rawa Ini Harus Dirawat untuk Keberlanjutan

Peran inilah yang membedakan kegiatan ekowisata dengan kegiatan wisata alam. Pelibatan masyarakat di sekitar lokasi harus sejak awal perencanaan hingga pelaksanaan, bukan sekadar sebagai pekerja di kegiatan tersebut.

Kegiatan ekowisata mempunyai lima prinsif:

(1) jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism);

(2) pola wisata ramah lingkungan/menjaga keharmonisan alam, bersifat informatif dan partisipatif dalam menjamin  kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat lokal (nilai konservasi, edukasi dan wisata);

(3) membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi);

(4) modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi);

(5) memerlukan specialist guide yang trampil, pintar dan berdedikasi untuk menterjemahkan kepada pengunjung tentang nilai ekologi dan konservasi guna perlindungan sumberdaya alam dan budaya.

KLIK INI:  Cerita dari Festival Rimba, Perkenalkan Potensi Ekowisata dan Budaya Sungai Utik

Untuk menjalankan kelima prinsif pelaksanaan ekowisata, maka salah satu bagian yang pernting dalam membangun ekowisata adalah tersedianya pedoman pelaksanaan ekowisata.

Setiap kegiatan ekowisata wajib mempunyai pedoman pelaksanaan ekowisata yang konprehensif untuk menjamin terlaksananya kelima prinsif tersebut.

Pedoman pelaksanaan ekowisata adalah dokumen petunjuk kegiatan ekowisata yang sangat  penting dalam menjamin kelestarian sumberdaya alam dan sosial budaya pada wilayah dimana kegiatan ekowisata tersebut dilaksanakan.

Pada dasarnya pedoman ekowisata bervariasi sesuai dengan kepentingan. Tujuannya adalah untuk membantu wisatawan dalam merencanakan perjalanan dan memilih wisata yang tepat, meminimalkan dampak negatif dari kegiatan wisata, dan menjadikan wisatawan bertanggung jawab terhadap lingkungan, sosial budaya dan ekonomi.

KLIK INI:  Promosikan Pariwisata, Jelajah Sulawesi Lewati Empat Provinsi Ini

Hampir semua pedoman ekowisata dibuat untuk wisatawan, namun  pedoman ekowisata juga dibuat untuk pengelola dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ekowisata, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Ekowisata di Erah New Normal 

Protokol wisata di erah new normal adalah kebersihan, kesehatan, dan keamanan.  Ketiga prinsif ini sudah tercakup dalam prinsif menejemen ekowisata. Satu-satunya yang mungkin belum terlalu dalam penekanannya dalam kegiatan ekowisata adalah kesehatan.

Faktor kesehatan biasanya hanya ditekankan dalam penyiapan makanan dan sanitasi lingkungan, sedangkan faktor pertama dan terakhir sangat tegas diaplikasikan dalam kegiatan ekowisata.

Dari segi kebersihan, semua lokasi wisata yang berlabel ekowisata dan benar-benar menerapkan prinsif ekowisata, pasti akan memiliki lingkungan yang bersih. Di jalur ekowisata  tidak akan ditemui sampah yang berserakan dan pasti akan tersedia banyak  tempat sampah. Fasilitas sanitasi dipastikan bersih.

Keamanan pun pasti menjadi perhatian yang serius, dan akan mudah dikontrol karena kegiatan wisata dalam kelompok yang kecil. Dalam manajemen ekowisata, pendamping lapangan bukan hanya terbatas pada  interpreter dan porter, tapi tim resque juga dipersiapkan.

KLIK INI:  Tandabaca, Sepotong Surga yang Diletakkan di Desa Kindang

Pengetahuan dan kepuasan serta kebersihan dan  keselamatan menjadi titik perhatian yang diberikan kepada  penikmat ekowisata.

Untuk menjalankan pengelolaan ekowisata di era new normal, protokol covid-19 sudah harus diintegrasikan ke dalam manajemen ekowisata. Dengan demikian pengelola ekowisata harus melakukan adaptasi  manajemen, yakni:

Adaptasi Fisik

Berlakukan protokoler covid-19 baik pengelola, pengunjang dan masyarakat yang terlibat. Penggunaan masker dan cuci tangan serta menjaga jarak harus diaplikasikan di lapangan, baik kepada pengunjung maupun pengelola dan seluruh stackholder yang terlibat langsung dalam kegiatan ekowisata.

Karena ekowisata memang merupakan wisata dalam kelompok kecil, sehingga tidak sulit menerapkan protokol covid-19 pada pengunjung.

KLIK INI:  Pesona 7 Tempat Wisata di Parepare yang Paling Mantap Dikunjungi

Sarana dan fasilitas untuk mendukung protokol pencegahan covid-19 harus disiapkan pada setiap sarana penunjang seperti ruang penerimaan, warung makan dan souvenir, titik-titik peristirahatan di lapangan, serta tempat-tempat pengamatan satwa dan pemandangan.

Tidak perlu mengurangi kapasitas pengunjung, karena memang sudsh dibatasi berdasarkan daya dukung fisik, ekologi dan manajemen.

Adaptasi Penuntun

Melakukan  revisi penuntun ekowisata dengan menambahakan protokoler covid-19 pada semua bagian yang berkaitan dengan pengunjung, pengelola dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ekowisata.

SOP penjualan makanan dan kuliner adalah sangat penting mendapat perhatian untuk direvisi karena disini cenderung terjadi banyak interaksi.

Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa tidak sulit menerapkan protokol covid-19 pada kegiatan ekowisata di erah new normal karena memang merupakan wisata yang terbatas dengan jumlah pengunjung yang dibatasi berdasarkan daya dukung lingkungan fisik, ekologi dan manajemen.

Diharapkan bahwa ekowisata dapat menarik banyak pengunjung di era new normal, karena pengunjung kemungkinan akan memperhatikan protokol wisata yang terkait dengan kebersihan, nyaman dan sehat, dan itu dimiliki dan diterapkan dalam manajemen ekowisata.

KLIK INI:  Melihat Keindahan Tana Toraja dari Kete’ Kesu