- Kayu Bitti, Penyelamat Perahu Pinisi - 26/04/2025
- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
Klikhijau.com – “Wao, indah sekali.” Itu kata pertama yang diucapkan Christa Nooy saat tiba di tandabaca, Desa Kindang, Bulukumba. Ia mengucapkan dengan dua bahasa secara bergantian, Indonesia dan Inggris.
Aktivis Lingkungan asal Belanda itu mengucapkan kata tersebut saat melihat hamparan sawah begitu sampai di tandabaca. Kekaguman akan keindahan hamparan sawah tidak hanya diucapkan oleh founder Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Makara itu, tetapi juga diabadikan melalui foto dan video.
Christa berkunjung ke tandabaca tidak seorang diri. Ia datang bersama tiga orang dari Yayasan Kajian Ekologis dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON), Mas Amir, Firly, dan Tara.
Kedatangan Christa telah dinanti oleh beberapa masyarakat Kindang. Mereka ingin melihat langsung seorang “bule” berkunjung ke kampungnya. Hal itu adalah peristiwa yang cukup langka dan terasa istimewa.
Banyak hal menarik yang dilakukan Christa di tandabaca pada kunjungannya di Hari Minggu, 3 November 2024 lalu, meski waktunya singkat, berikut beberapa di antara:
-
Petik cengkeh
Begitu sampai, Christa terlihat cukup antusias melihat pohon cengkeh. “Itu pohon cengkeh,” kata saya kepadanya. Ia menyahutnya sambil mengarahkan kameranya ke pohon cengkeh yang banyak tumbuh di tandabaca. Sebab tandabaca—awalnya adalah kebun cengkeh.
Tidak hanya memotret pohon cengkeh, Christa juga mencoba memetik buahnya. Ia tampak bersemangat dan senang bisa memetik cengkeh dan membaui aromanya secara langsung dari pohonnya.
-
Meminum tuak manis
Setelah memetik cengkeh, Christa bersama ECOTON kemudian mencoba tuak manis. Ada dua jenis tuak manis yang disuguhkan tim tandabaca, tuak manis mentah dan tuak manis panas yang telah mendidih.
“Ini lebih enak,” kata Christa sambil menunjuk gelas yang berisi tuak manis mentah. Di Desa Kindang nama tuak ini adalah tuak tanning jambu.
Tuak tanning jambu adalah tuak yang tidak memabukkan. Tuak inilah yang dibuat gula merah atau gula aren.
Christa memilih tuak tanning jambu karena rasanya tidak terlalu manis, sementara tuak panas, menurutnya terlalu manis baginya.
-
Kopi hitam tanpa gula
Selain tuak manis, minuman lain yang disuguhkan adalah kopi hitam. Christa rupanya lebih menyukai kopi hitam tanpa gula. Ia menyeruputnya dengan nikmat.
-
Bertemu kopi balanda
Di tandabaca, tumbuh beberapa pohon kopi liberika. Masyarakat Kindang menamai kopi ini dengan dua nama, kopi lompo dan kopi balanda.
Dinamai demikian, mungkin karena pohonnya jauh lebih besar daripada kopi robusta dan arabika. Lompo artinya besar, sementara penamaan kopi balanda, bukan Belanda—belum ada penjelasan yang lebih detail kenapa dinamai demikian.
“Ini kopi balanda,” kata saya kepada Christa.
“Belanda,” sahutnya
“Bukan, balanda, masyarakat di sini menyebut Belanda dengan sebutan balanda, jadi, orang Belanda ketemu kopi balanda,” jelas saya.
Christa menyahutnya dengan tawa.
-
Menikmati makanan tradisional
Amir dari ECOTON telah mengabarkan bahwa mereka akan makan siang di tandabaca. Ada beberapa jenis makanan tradisional saya sebutkan yang bisa disuguhkan saat mereka datang.
Jadi, ketika tiba saatnya makan siang. Mereka disuguhi makanan tradisional khas Kindang, yakni kanre campe (nasi buncis), kanre loka (nasi pisang menggunakan beras jagung), kampoddo (nasi jagung yang terbuat dari serbuk halus jagung yang menyerupai tepung), dan bobboro (nasi beras biasa).
Sementara lauknya adalah sayur lamanti (baca INI) dipadukan dengan kacang hijau dan kentang. Untuk ikannya adalah juku tasa atau pallu mara/pallu kunyit. Ikan tersebut kemudian dicocolkan ke dalam cuka tauk yang telah diberi lombok biji, garam, dan vetsin
Selain disuguhi makanan “berat” Christa dan rombongan juga disuguhi cemilan berupa kue tradisional, cucuru, dampo, dan pisang.
-
Bermain dengan putri malu
Hal paling menarik dan membuat Christa tertawa adalah “perilaku” putri malu. Christa cukup lama bermain dengan putri malu. Ia berkali-kali menjentikkan jarinya untuk membuat daun putri malu tertidur atau mengatupkan daunnya.
“Wao lucu sekali,” ujarnya setiap ia menjentikkan jarinya.
-
Tanpa plastik sekali pakai
Kunjungan Christa bersama ECOTON di tandabaca diwarnai dengan suguhan tanpa adanya penggunaan plastik sekali pakai.
Untuk air minum, yang digunakan adalah air minum yang dimasak sendiri oleh tim tandabaca, jadi tidak menggunakan air kemasan plastik sebagaimana umumnya yang biasa digunakan masyarakat saat menjamu tamu.
-
Berkenalan dengan beberapa tumbuhan
Di tandabaca, tumbuh beberapa tumbuhan. Christa dengan antusias “berkenalan” dengan mereka, mulai dari senggani, arbei (stroberi hutan), pecut kuda hingga putri malu.
Sahabat hijau, itulah sederet aktivitas Christa Nooy saat berkunjung ke tandabaca, Desa Kindang, Bulukumba.