- Matamu dan Sampah di Kepalaku - 05/10/2025
- Rina dan Tawaran Mengadopsi Palem Sikas - 06/09/2025
- Kisah Pertemuan Menakjubkan dengan Katak Hijau yang Mungil - 28/08/2025
Dipeluki Sampah
lagu-lagu terus mengalun di kepalamu sebagai gerimis. meminjam seluruh ingatan yang dirampas polusi udara
pada sepatu bots yang memanjakan kakimu dari duri jabejabe. kau berjalan menuju sungai yang telah menghanyutkan seluruh masa depan dan juga sampah plastik
tersisa kini hanya lagu dan polusi sebagai jembatan antara aku dan kamu dalam satu masa yang tak pernah satu
aku selalu ingin berlari ke pelukmu, sebagaimana petani berlari ke sawahnya mengusir burung pipit, agar panci terisi nasi
pada sungai yang menghanyutkan masa depan itu, kau bisa melepas sepatu botsmu, memeriksa kakimu yang dipeluki sampah. dan terus ingin berjalan ke arah ingatan
pada jalan yang pernah kita lalui sebagai sepasang pabboeng, remuk gigil malam
Sept, 2024
Hujan yang Bukan Kamu
aku dan kamu adalah hujan yang berubah jadi kopi pahit. gigil datang melerai hangat tubuh.
kau berjalan ke dapur, aku ke teras rumah. menghitung napas sendiri yang dicekik pasal-pasal
aku selalu ingin kembali jadi anak-anak, berebutan payung saat hujan atau membiarkan tubuh kuyup sambil menunggu omelan ibu.
dan kau, kau tak pernah ingin jadi apa pun selain jadi hujan.
“aku bisa tumbuhkan apa saja dengan menjadi hujan,” katamu.
hujan kali ini datang, apakah itu kamu? datang menumbuhkan rindu yang tak pergi-pergi ini
hujan terus menguyupkan, tapi bukan kamu yang datang. pohon-pohon, batu besar, reranting, anak anjing dan air berwarna cokelat menimbun kamarku
Tandabaca, 23 Sept 2024
Kabut dan Subuh
kita kita bertemu pada kabut pagi. lalu berbagi napas pada dingin subuh yang hujan
kau memetik bunga kuning yang tumbuh di kepalaku. aku menyaksikan matamu jadi danau tawar. tempat ikan-ikan berenang mencari lumut
semalam kau bercerita panjang sekali. aku mengikuti napasmu hingga lelap.
kau menyukai kabut dan subuh yang dingin dan aku menyukai pelukmu
2024
Mengering Ingatan
malam menghuni matamu. seperti cafe yang buka dua puluh empat jam. tempat menjamu semua rindu dan wajah asing
rindu adalah serangkaian perjalanan yang tak pernah berakhir pada pertemuan. rindu selalu mampu berubah wujud jadi musik tengah malam atau sampah plastik yang tak ingin terurai
kau suka beperpergian dengan sampah di kepalamu, juga bekal seutas doa yang terikat dalam napasmu. aku suka mengucapkan aamiin untuk doa-doamu, di dalamnya ada namaku yang pernah kau keringkan dalam ingatanmu jadi kemarau panjang. meranggaskan pohon cengkeh
2024