Dipeluki Sampah

oleh -106 kali dilihat
Irhyl R Makkatutu

Dipeluki Sampah

 

lagu-lagu terus mengalun di kepalamu sebagai gerimis. meminjam seluruh ingatan yang dirampas polusi udara

pada sepatu bots yang memanjakan kakimu dari duri jabejabe. kau berjalan menuju sungai yang telah menghanyutkan seluruh masa depan dan juga sampah plastik

tersisa kini hanya lagu dan polusi sebagai jembatan antara aku dan kamu dalam satu masa yang tak pernah satu

aku selalu ingin berlari ke pelukmu, sebagaimana petani berlari ke sawahnya mengusir burung pipit, agar panci terisi nasi

pada sungai yang menghanyutkan masa depan itu, kau bisa melepas sepatu botsmu, memeriksa kakimu yang dipeluki sampah. dan terus ingin berjalan ke arah ingatan

pada jalan yang pernah kita lalui sebagai sepasang pabboeng, remuk gigil malam

Sept, 2024

KLIK INI:  Cara Unik Lestarikan Alam dari Ancaman Bahaya Plastik

Hujan yang Bukan Kamu

aku dan kamu adalah hujan yang berubah jadi kopi pahit. gigil datang melerai hangat tubuh.
kau berjalan ke dapur, aku ke teras rumah. menghitung napas sendiri yang dicekik pasal-pasal

aku selalu ingin kembali jadi anak-anak, berebutan payung saat hujan atau membiarkan tubuh kuyup sambil menunggu omelan ibu.

dan kau, kau tak pernah ingin jadi apa pun selain jadi hujan.

“aku bisa tumbuhkan apa saja dengan menjadi hujan,” katamu.

hujan kali ini datang, apakah itu kamu? datang menumbuhkan rindu yang tak pergi-pergi ini
hujan terus menguyupkan, tapi bukan kamu yang datang. pohon-pohon, batu besar, reranting, anak anjing dan air berwarna cokelat menimbun kamarku

Tandabaca, 23 Sept 2024

KLIK INI:  Sawah Hilang di Kepala

Kabut dan Subuh

kita kita bertemu pada kabut pagi. lalu berbagi napas pada dingin subuh yang hujan
kau memetik bunga kuning yang tumbuh di kepalaku. aku menyaksikan matamu jadi danau tawar. tempat ikan-ikan berenang mencari lumut

semalam kau bercerita panjang sekali. aku mengikuti napasmu hingga lelap.
kau menyukai kabut dan subuh yang dingin dan aku menyukai pelukmu

2024

KLIK INI:  Telur Ayam di Indonesia Mulai Dihuni Partikel Sisa Sampah Plastik

Mengering Ingatan

 

malam menghuni matamu. seperti cafe yang buka dua puluh empat jam. tempat menjamu semua rindu dan wajah asing

rindu adalah serangkaian perjalanan yang tak pernah berakhir pada pertemuan. rindu selalu mampu berubah wujud jadi musik tengah malam atau sampah plastik yang tak ingin terurai

kau suka beperpergian dengan sampah di kepalamu, juga bekal seutas doa yang terikat dalam napasmu. aku suka mengucapkan aamiin untuk doa-doamu, di dalamnya ada namaku yang pernah kau keringkan dalam ingatanmu jadi kemarau panjang. meranggaskan pohon cengkeh

2024

KLIK INI:  Tanah Air Mata