Perubahan Iklim Sebabkan Curah Hujan Semakin Sulit Diprediksi

oleh -36 kali dilihat
Apa Perbedaan El Nino dan La Nina?
Hujan - Foto/Eutah Mizushima on Unsplash

Klikhijau.com – Pola curah hujan beberapa tahun terakhir semakin sulit diprediksi. Tanda yang biasa dijadikan patokan, khususnya oleh para  “tetua” tidak lagi ampuh.

Perubahan pola curah hujan itu, menyebabkan banyak hal yang juga berubah. Terutama bagi dunia pertanian tradisional yang bergantung pada kondisi cuaca.

Banyak pertanyaan bermunculan, kenapa bisa demikian, apakah hanya terjadi pada wilayah tertentu saja.

Jawaban sederhananya, banyak wilayah mengalami perubahan  curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perubahan itu disinyalir kuat disebabkan karena perubahan iklim.

KLIK INI:  Pada Pohon Natal, Jerman Melawan Perubahan Iklim

Hujan terkadang berkunjung tanpa isyarat terlebih dahulu. Pun biasanya sangat deras. Seolah penuh amarah.

Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini hujan deras memang semakin sering terjadi. Itu menyebabkan banyak kekhawatiran, sebab dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Hujan deras juga akan mengganggu infrastruktur yang seharusnya dapat bertahan dalam cuaca yang lebih sejuk. Akhirnya banyak infrastruktur harus rusak sebelum waktunya.

Hujan dan kemarau adalah dua musim yang saling berganti. Saat suatu wilayah didera hujan deras, maka di saat yang sama aka nada daerah yang mengalami kekeringan.

Dilansir dari Earth, daerah kering menghadapi kekeringan yang lebih panjang. hal tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Kehadiran musim kemarau yang berkepanjangan ini memiliki implikasi serius terhadap pertanian, persediaan air, dan kesehatan ekosistem, sehingga membuat kebutuhan akan tindakan iklim komprehensif menjadi lebih mendesak dari sebelumnya.

KLIK INI:  Kekurangan Serangga Penyerbuk, Kopi dan Kakao Bisa Jadi Tinggal Kenangan
Karena ulah manusia

Sebuah studi inovatif yang dipublikasikan dalam jurnal  Science menemukan adanya hubungan kuat antara  perubahan iklim karena akibat manusia dan pola curah hujan yang tidak menentu.

Studi itu menawarkan bukti kuat tentang dampak luas aktivitas manusia terhadap sistem iklim global.

Penelitian tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa tindakan manusia telah memicu perubahan global yang signifikan menuju pola curah hujan yang lebih tidak stabil, mengganggu siklus cuaca tradisional dan meningkatkan frekuensi peristiwa cuaca ekstrem.

Temuan penting tersebut memvalidasi apa yang telah lama diprediksi oleh model iklim, menyoroti kebutuhan mendesak akan strategi mitigasi dan adaptasi yang efektif untuk mengatasi krisis iklim yang terus meningkat.

Penelitian itu merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan  Institut Fisika Atmosfer (IAP) dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok , Universitas Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok (UCAS), dan  Kantor Meteorologi Inggris .

KLIK INI:  Cahaya Buatan, Dapat Mengacaukan Kehidupan Dunia satwa

Para peneliti berfokus pada evolusi variabilitas curah hujan sejak tahun 1900-an, meneliti perubahan dari skala regional ke skala global dan lintas skala waktu yang berbeda.

Variabilitas curah hujan pada dasarnya merujuk pada ketidakteraturan dalam waktu dan  jumlah curah hujan , yang menunjukkan fluktuasi yang menyimpang dari rata-rata historis dan pola yang diharapkan.

Meningkatnya variabilitas menyiratkan distribusi curah hujan yang tidak merata dari waktu ke waktu, yang mengakibatkan periode basah yang intens dan musim kemarau yang kering sehingga menantang pengelolaan air dan praktik pertanian.

Dalam beberapa kasus, ini mungkin berarti hujan selama setahun turun hanya dalam hitungan hari, yang menyebabkan banjir parah dan kerusakan infrastruktur.

Dalam kasus lain, terjadi musim kemarau panjang yang diselingi hujan lebat yang gagal mengisi kembali air tanah secara efektif.

Lebih jauh lagi, pergantian cepat antara kekeringan dan banjir dapat merusak tanaman, mengganggu ekosistem, dan menimbulkan risiko signifikan terhadap komunitas manusia.

Para peneliti melakukan analisis yang cermat terhadap data observasi yang ekstensif. Mereka mengonfirmasi bahwa variabilitas curah hujan telah meningkat sejak tahun 1900-an. Tren ini diamati di lebih dari 75% wilayah daratan yang diteliti – terutama di Eropa, Australia, dan Amerika Utara bagian timur.

KLIK INI:  Hilangnya Keanekaragaman Hayati Jadi Penyebab Wabah Penyakit Menular?
Variabilitas curah hujan meningkat

Sebuah pengungkapan yang mengejutkan adalah bahwa variabilitas curah hujan harian telah meningkat secara global sebesar 1,2% per dekade.

“Peningkatan variabilitas curah hujan terutama merupakan konsekuensi dari emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia, yang menyebabkan atmosfer menjadi lebih lembap dan hangat. Hal ini selalu menyebabkan hujan lebat yang lebih sering, yang diselingi oleh fluktuasi yang lebih besar antara cuaca ekstrem ini,” kata penulis utama studi Dr. Zhang Wenxia.

Dia mencatat bahwa variasi curah hujan selanjutnya dipengaruhi oleh pola sirkulasi atmosfer regional selama skala waktu dekade.

Rekan penulis studi, Dr. Zhou Tianjun, memperingatkan bahwa masa depan yang kita takuti sudah ada di depan mata, seraya menekankan dampak langsung dan nyata dari  perubahan iklim .

“Variabilitas yang meningkat dalam presipitasi memperkuat bukti adanya perubahan harian yang lebih besar, sehingga mempersulit prediksi dan persiapan terhadap dampak lingkungan,” katanya.

Variabilitas curah hujan yang meningkat akibat perubahan iklim ini menghadirkan tantangan signifikan bagi para ahli meteorologi dan pembuat kebijakan, karena model tradisional kesulitan memperhitungkan perubahan cepat dan ekstrem dalam pola cuaca.

Menurut Dr. WU Peili, seorang ilmuwan ahli di Met Office dan salah satu penulis studi tersebut, perubahan cepat dan ekstrem dalam pola iklim menimbulkan risiko signifikan terhadap ekosistem, pembangunan ekonomi, ketahanan iklim infrastruktur, dan serapan karbon. Ia menekankan bahwa langkah-langkah adaptasi segera sangat penting untuk mengatasi tantangan mendesak ini.

KLIK INI:  Politik Kewargaan: Anak Muda dan Perubahan Iklim

Sumber: Earth