Telur Ayam di Indonesia Mulai Dihuni Partikel Sisa Sampah Plastik

oleh -92 kali dilihat
Telur Ayam di Indonesia Mulai Dihuni Partikel Sisa Sampah Plastik
Telur ayam kampung/foto-brilicious.brilio
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Di Tropodo, limbah plastik digunakan untuk bahan bakar pabrik tahu. Sedangkan di Bangun, warga membakar tumpukan sampah plastik untuk mengurangi volume sampah yang menyumbat dan memenuhi jalan di sekitar rumah.

Dampaknya selain melahirkan pemandangan tidak elok. Juga berdampak pada telur ayam kampung peliharaan warga di dua kampung Di Jawa Timur itu.

Ayam-ayam peliharaan warga di sana sehari-harinya mencari makan di antara gundukan limbah plastik. Maka tidak mengherankan jika telur yang dikumpulkan para peneliti dari daerah Bangun dan Tropoda, Jawa Timur. Bisa dibilang telah kehilangan daya “sehatnya”.

Sampah plastik impor telah membanjiri perkampungan di daerah ini sejak Cina menutup pintu bagi limbah plastik dari seluruh dunia pada tahun 2018. Antara tahun 2017 dan 2018, volume impor limbah plastik Indonesia pun meningkat dua kali lipat, menurut data UN Comtrade.

KLIK INI:  Dear Para Pemaku Pohon, Kalian Membunuh Masa Depan!

Yang mengejutkan, telur-telur ayam yang dikumpulkan dari masyarakat di sana mengandung bahan kimia terlarang. Bahan kimia yang sangat berbahaya seperti dioksin, dan PFOS yang sulit diuraikan.

Selain itu, ada juga bifenil poliklorinasi (PCB), dan eter difenil polibrominasi (PBDEs), parafin terklorinasi rantai pendek (SCCP) dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) dalam tingkat yang tinggi.

Semua bahan kimia beracun ini diatur ketat secara global oleh Konvensi Stockholm, sebuah perjanjian yang mengikat secara hukum oleh PBB.

Hal yang mengejutkan ditemukan penelitian ini, telur ayam kampung dari Tropodo mengandung kadar dioksin tertinggi kedua di antara telur-telur di Asia yang pernah diteliti.

Kadar dioksin di dalamnya sebanding dengan kadar dioksin tertinggi di situs Bien Hoa di Vietnam, yang merupakan pangkalan udara Angkatan Darat AS dengan tanah yang sangat terkontaminasi Agen Oranye.

KLIK INI:  Akibat Plastik Sekali Pakai, Manusia Konsumsi 70 ribu Partikel Plastik Per Tahun

Banyak penelitian telah mengaitkan bahan kimia yang ditemukan dalam telur-telur ini dengan dampaknya terhadap kesehatan manusia, seperti penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan endometriosis ada kaitannya dengan paparan dioksin.

Dampak dari impor sampah

Selain itu, bahan kimia tahan api, SCCP dan PBDEs mengganggu fungsi endokrin dan secara negatif mempengaruhi kesehatan reproduksi. PFOS menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.

“Temuan-temuan ini menggambarkan bahaya plastik bagi kesehatan manusia dan harus menggerakkan para pembuat kebijakan untuk melarang pembakaran sampah plastik, mengatasi kontaminasi lingkungan, dan secara ketat mengontrol impor,” ujar Lee Bell, rekan penulis laporan yang juga adalah penasihat IPEN.

“Jelas dari penelitian ini bahwa polusi plastik membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Tidak hanya dari banjir sampah plastik yang terlihat. Tetapi, dari kontaminan kimia yang tak terlihat dalam plastik dan terbentuk ketika membakar plastik.”

KLIK INI:  Hutan dan Ruang Hijau Berperan Penting bagi Kesehatan

Bangun dan Tropodo hanyalah sebagian kecil desa-desa yang terkena dampak limpahan sampah plastik. Karena desa ini terletak di dekat perusahaan kertas. Mereka menerima lebih dari 50 ton plastik dengan kualitas rendah setiap harinya.

Skrap plastik memasuki Indonesia lewat impor bahan daur ulang, termasuk dalam impor sisa kertas. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah skrap plastik di dalam bundel kertas daur ulang yang diimpor ke Indonesia melonjak dari 2-10 persen menjadi 60-70 persen.

Limbah plastik diketahui bisa menimbulkan penyakit serius pada manusia seperti kardioveskular dan masalah reproduksi. Demikian tulis sebuah lembaga penelitian di bidang kesehatan lingkungan global dan kebijakan, International Pollutants Elimination Network (IPEN).

KLIK INI:  Kisah Ganja, Gagal Jadi Tanaman Obat Kementan dan 7 Negara yang Melegalkannya