Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne Diakui UNESCO sebagai Cagar Biosfir Dunia

oleh -259 kali dilihat
Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne Diakui UNESCO sebagai Cagar Biosfir Dunia
Salah satu sudut panorama alam Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Paduan sungai, petak sawah warga, dan tunggak karst yang memagar. - Foto/Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Kawasan Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne resmi ditetapkan sebagai cagar biosfer baru, dalam Sidang ke-35 International Coordinating Council (ICC) Man of Biosphere (MAB) Programme UNESCO, di Paris, Prancis, pada 12 hingga 15 Juni 2023.

Nominasi Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne telah disetujui penetapannya sebagai cagar biosfer baru, dan menjadi bagian dari jaringan cagar biosfer dunia (World Network of Biosphere Reserve/WNBR), ungkap Darhamsyah, Kapus P3E Sulawesi Maluku, Kementerian LHK, yang hadir dalam Sidang UNESCO di Paris.

Darhamsyah, mendampingi Purwanto (Ketua Delegasi RI) dari BRIN yang juga Ketua Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia.

Disampaikan pula, periodic review terhadap tiga cagar biosfer Indonesia, yaitu Cagar Biosfer Cibodas, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, dan Cagar Biosfer Wakatobi juga diterima oleh ICC MAB.

Periodic review terhadap ketiga cagar biosfer tersebut telah disetujui dan sesuai dengan Kerangka Hukum Jaringan Cagar Biosfer Dunia atau ‘meets’ with Statutory Framework of World Network of Biosphere Reserve.

KLIK INI:  8 Isu Utama Permasalahan pada Ekosistem Mangrove di Indonesia
 

Pada sidang tersebut, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Purwanto dan Direktur Kebijakan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran BRIN Muhammad Abdul Kholiq menyampaikan laporan nasional (country report), khususnya implementasi Lima Action Plan (LAP), yang diawali dengan laporan kegiatan pengembangan cagar biosfer Indonesia sebagai wahana pembangunan berkelanjutan tahun 2022-2023.

Dr. Darhamsyah (Kapus P3E Suma) saat hadir di kantor pusat UNESCO di Paris beberapa waktu lalu – Foto: Ist

Indonesia menegaskan kembali komitmennya terhadap program MAB dan siap berkolaborasi dengan semua pihak dalam melestarikan keanekaragaman hayati, mendorong penggunaan sumber daya alam, dan jasa ekosistem secara berkelanjutan,” ungkap Purwanto, Ketua Delegasi RI.

Dalam menghadapi beberapa tantangan, seperti degradasi ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati, lanjut dia, diperlukan beberapa langkah strategis.

Pertama, pengembangan cagar biosfer sebagai sarana pembangunan berkelanjutan, dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan ekologi yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Kedua, penguatan komunikasi, kolaborasi dan jejaring antar pihak, serta kerja sama dalam skala regional.

Ketiga, membangun skema pembiayaan berkelanjutan, melalui penguatan aspek hukum sebagai dasar penganggaran pemerintah, skema insentif konservasi, kerja sama dan lembaga donor. Dan keempat, meningkatkan komunikasi dan informasi.

KLIK INI:  Salju Mengandung Plastik Turun di Kutub Utara

Indonesia terus berkomitmen mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan cagar biosfer, antara lain melalui pengusulan satu cagar biosfer pada 2023, yaitu Raja Ampat. Juga periodic review beberapa cagar biosfer, yaitu Cagar Biosfer Gunung Leuser, Sumatera Utara dan DI Aceh; Cagar Biosfer Pulau Siberut, Sumatera Barat; Cagar Biosfer Lore Lindu, Sulawesi Tengah; dan Cagar Biosfer Tanjung Puting, Kalimantan Tengah,” beber Purwanto

Lebih lanjut dirinya mengatakan, dalam rangka pelaksanaan pembangunan cagar biosfer Indonesia sebagai sarana pembangunan berkelanjutan, pemerintah terus melakukan berbagai upaya, antara lain penguatan kelembagaan pengelola masing-masing cagar biosfer melalui kegiatan koordinasi para pihak, pembinaan kemitraan, dan penguatan jejaring antar cagar biosfer Indonesia melalui forum cagar biosfer Indonesia.

Kami juga menyiapkan kajian berkala untuk beberapa cagar biosfer, yaitu Cagar Biosfer Gunung Leuser (Sumatera Utara dan DI Aceh); Cagar Biosfer Pulau Siberut (Sumatera Barat); Cagar Biosfer Lore Lindu (Sulawesi Tengah); dan Cagar Biosfer Tanjung Putting (Kalimantan Tengah),” terang Purwanto.

Selain itu, kami mempersiapkan pencalonan cagar biosfer baru, Raja Ampat di Provinsi Papua Barat yang akan diusulkan pada September 2023 kepada Sekretariat MAB UNESCO, dan Kawasan Tambraw yang akan dicalonkan pada tahun berikutnya,” tambah Purwanto.

KLIK INI:  Merawat Asa Kampoeng Bambu Toddopulia di Masa Pandemi

Lebih lanjut, sehubungan dengan penetapan kawasan Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne sebagai Cagar Biosfir, Darhamsyah menyatakan perlunya memanfaatkan status ini, untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Kita bisa belajar dari branding produk cagar biosfer, seperti Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum-Kapuas Hulu, Cagar Biosfer Rinjani-Lombok, Cagar Biosfer Cibodas, dan Cagar Biosfer Komodo.

Penyelenggaraan rangkaian kompetisi, festival, pameran, pelatihan dan lokakarya perlu diintensifkan.

Lebih lanjut Darhamsyah menyampaikan, P3E Sulawesi dan Maluku, KLHK, akan berkolaborasi dengan para pihak agar Cagar Biosfer  dan wilayah/landscape sekitarnya (Buffer Zone dan Wider Setting) dapat dijadikan contoh pengelolaan landscape-seascape terpadu.

Jadi dari hulu ke hilir perlu disinkronkan. Untuk itu kerjasama antar pemerintah daerah kabupaten/kota serta propinsi perlu diintensifkan. Peran swasta, perguruan tinggi dan masyarakat diperlukan untuk Cagar Biosfir yang berkelanjutan.

Sidang ke-35 ICC MAB Programme UNESCO, juga dihadiri oleh delegasi Indonesia lainnya, yaitu Ketua Pelaksana Program MAB Indonesia BRIN Maman Turjaman dan pemerintah daerah.

KLIK INI:  Penampakan Sampah di Kanal Kota, Inikah Wajah Kita?