Panggangan kemarau menetak separuh napasnya. Matanya tak pernah alpa menggerimis
Topik: Cerpen
Hutan Senja
“Jangan ke sana!” teriakanku menggema, terdengar seperti suatu hardikan. “Kenapa?
Sepasang Mata Hujan
Air berlomba sampai ke laut. Mengajak apa saja yang dilaluinya.
Bunga Badaria di Musim Hujan
Hujan baru saja tumpah. Seorang perempuan berusia setengah abad baru
Para Pembunuh Bumi
Hujan sejak sore masih menyisakan cuaca basah. Apparalang sudah ditutup
Pot Nurani
Pot tersebut telah turun-temurun. Letaknya di sebelah timur pintu utama
Kahayya (kisah dalam kisah)
Berjalanlah ke arah tidurnya matahari! Ikuti jalan yang baru diaspal
Lipa’ Sa’be
Kali ini aku ke kampungmu. Mengetuk pintu rumahmu meski tanpa
Warani
Suara ribut di ruang dapur lain dari biasanya. Serupa ada
Barelle Cippo-Cippo
Hati sepasang suami istri itu selalu saja banjir—tak pernah ingin
Akar Leluhur
Sibuk. Kata itu tertulis di pintu rumahnya. Beberapa hari ini
Segelas Kopi Pertemuan
Senja di hari Jumat, Adriana berkunjung ke kos. Itu kunjungan
Sebatang Pohon Janji
Sudah lama dia susah tidur. Itu terlihat dari kantong matanya
Sebatang Pohon Mata
Ada cerita yang terangkai perlahan. Cerita tentang sebatang pohon yang
- 1
- 2
- 3
- Berikutnya
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.