Selamat Datang “Prawara”, Elang Jawa Penghuni Baru Taman Nasional Gunung Halimun Salak

oleh -510 kali dilihat
Selamat Datang Prawara, Elang Jawa Penghuni Baru Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Selamat Datang Prawara, Elang Jawa Penghuni Baru Taman Nasional Gunung Halimun Salak - Foto/dok.KLHK

Klikhijau.com – Namanya “Prawara” yang dalam bahasa Sansekerta bermakna paling terkemuka, ia adalah seekor elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Prawara menjadi satu penghuni baru di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Sukabumi (TNGHS) yang lahir pada awal April 2021.

Menurut Wardi Septiana (pengendali Ekosistem Hutan (PEH) pada TNGHS), kelahiran ini sejak lama dipantau khusus dan intensif oleh tim monitoring Elang Jawa Balai TNGHS sejak Desember 2020. Bahkan, setiap gerak-gerik sang elang garuda ini direkam dan diamati, mulai dari penataan sarang, pengeraman telur, hingga akhirnya menetas.

“Kami menggunakan teknologi dan memasang kamera CCTV di dekat sarangnya. Selain itu, kami juga mengkoneksikan ke jaringan internet segala aktivitas Pasangan Elang Jawa selama proses perkembangbiakannya dapat secara online termonitor di Android,” jelasnya.

Nisaetus bartelsi merupakan satu dari 3 (tiga) spesies kunci di TNGHS dan merupakan satwa endemik Pulau Jawa. IUCN memasukkan Elang Jawa sebagai jenis satwa terancam punah dan Pemerintah Indonesia menetapkan Elang Jawa sebagai jenis satwa dilindungi.

Bila mengamati proses perkembangbiakannya, sang elang Jawa memang termasuk kurang produktif yakni hanya mengalami satu kali masa berkembangbiak dalam dua tahun. Itupun jumlah telurnya hanya 1 (satu) butir, ini yang membuat populasinya sangat rendah.

KLIK INI:  Menakar Masa Depan Hukum Lingkungan di Indonesia

Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung elang Jawa untuk keberlanjutan populasinya. Karenanya, salah satu rencana aksi dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kesuksesan perkembangbiakan (breeding success) elang garuda adalah dengan melindungi pohon sarang Elang Jawa yang aktif.

Peran penting elang jawa dalam ekosistem

Tak banyak yang tahu bahwa Nisaetus bartelsi memiliki peran penting dalam ekosistem dan itulah satu alasan rasional mengapa perlu dijaga. Di dalam ekosistem, sang elang bertindak sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/ berbatasan dengan ecotone.

Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini.

Tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 telah ditemukan 12 (dua belas) sarang aktif Elang Jawa di kawasan taman nasional ini, yaitu; 9 (sembilan) sarang di kawasan Gunung Salak dan 3 (tiga) sarang di kawasan Gunung Halimun.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tim Konservasi Elang Jawa Tanahalisa melakukan perlindungan dan pemantauan sarang Elang Jawa aktif secara rutin setiap tahun, yang dilakukan sejak akhir tahun 2020.

KLIK INI:  Melalui Dialog Interaktif KLHK, Terungkap Pengelolaan Danau di Indonesia Masih Bermasalah

Wardi berkisah, sebagaimana hasil pengamatannya di lapangan, pasangan Elang Jawa yang terpantau sedang berbiak adalah “Prabu dan Ratu” atau disingkat “PRATU”. Aktivitas keduanya telah diamati intensif sejak 2019. Pada awal Februari 2021, pemasangan SSCTV dilakukan untuk mengikuti secara detail perkembangannya.

“Dari hasil data monitoring kamera CCTV, Ratu meletakkan telur pada tanggal 21 Februari 2021. Setelah 47 hari pengeraman, akhirnya telur PRATU menetas pada tanggal 9 April 2021, tepatnya pada hari Jum’at pukul 05.47 WIB. Detik-detik prosesi penetasan telur dibantu oleh Ratu (induknya) sejak pukul 05.30 WIB, dan hal ini termonitor secara online di Android,” terang Wardi.

Wardi mengatakan, ini menjadi suatu capaian instimewa dan spektakuler karena menjadikan pemantauan perilaku berbiak Elang Jawa di alam dengan menggunakan kamera CCTV secara online pertama di Indonesia. Waardi berharap, Prawara kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik hingga akhirnya bisa dewasa sebagai penerus penguasa tahta langit di Rimba Gunung Salak.

Namun, betapa pun jua, dibutuhkan peran serta dan partisipasi masyarakat untuk menjaga sampai PRAWARA dewasa, dan kelestarian keanekaragaman hayati di TNGHS.

Panjang umur sang elang garuda!

KLIK INI:  Pencitraan Bisa Menyesatkan Pengelolaan Lingkungan