Karena Medsos Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia Memburuk?

oleh -230 kali dilihat
Ilustrasi pengaruh medsos/foto-RRI
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Masih sangat basah di ingatan, sekian waktu yang lalu, banyak orang gusar karena jaringan beberapa media sosial menjadi “manja”.

Kegusaran berjamaah itu menjadi bukti bahwa pengguna media sosial di Indonesia tumbuh menggunung.

Sangat banyak orang yang tak bisa lepas dari media sosial, termasuk saya. Tapi, benarkan kehadiran media sosial memiliki efek buruk pada kesehatan mental, khususnya bagi masyarakat Indonesia?

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, media sosial berkontribusi terhadap buruknya perilaku warga Indonesia dari berbagai lini kehidupan termasuk dalam proses demokrasi.

KLIK INI:  Benarkah Instagram Media Paling Buruk Bagi Kesehatan Mental, Bagaimana Mengatasinya?

Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal International Journal of Mental Health and Addiction, penggunaan media sosial mengakibatkan kesehatan mental di Indonesia memburuk.

Makalah berjudul ‘A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia’ ini ditulis Sujarwoto dari Portsmouth-Brawijaya Centre for Global Health, Population and Policy di Universitas Brawijaya Malang, Gindo Tampubolon peneliti dari Global Development Institute di University of Manchester di Inggris, dan Adi Cilik Pierewan dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Para peneliti menyatakan, tingkat ketimpangan yang tinggi di Indonesia yang tersorot di media sosial bisa menyebabkan kecemburuan dan kebencian sosial dalam masyarakat. Orang-orang yang tidak beruntung hanya bisa melihat gambar-gambar di media sosial tentang orang yang lebih bahagia dan dan hidup lebih positif.

Tingkat ketimpangan di Indonesia meningkat dengan cepat sejak tahun 2000-an seiring kondisi perekonomian. Indonesia memiliki kelas konsumen tertentu dengan daya beli yang meningkat, namun sangat kontras dengan kelas lain yang kurang pendidikan atau susah mendapat pekerjaan.

KLIK INI:  Anak yang Dikelilingi Ruang Hijau Lebih Tangguh dari Gangguan Mental?

Transisi Indonesia menuju demokrasi juga terjadi di media sosial namun dengan hasil negatif. Hiruk-pikuk berita tentang kegagalan pemerintah, terjadinya korupsi, banyaknya kejahatan, munculnya konflik dan masalah kemiskinan, justru diperbesar di media sosial setiap hari. Kondisi ini memberikan hanya sedikit jalan keluar bagi warga.

Untuk mendapatkan bukti kesimpulan ini, para peneliti mengkaji Facebook, Twitter, dan chat, serta menganalisis 22.423 individu di hampir 300 kabupaten di Indonesia.

Facebook adalah media sosial sangat popular dengan total 54 juta individu pengguna di Indonesia dan menduduki peringkat keempat terbesar di dunia. Twitter punya 22 juta pengguna di Indonesia dan menduduki posisi kelima terbsar di seluruh dunia. Twitter juga melaporkan, pengguna Indonesia rata-rata menghasilkan 385 ‘Tweet’ per detik.

KLIK INI:  Demi Medis, Thailand Legalkan Ganja, Indonesia Kapan?

Saat penggunaan media sokial makin marak, masalah gangguan mental sudah menjadi beban utama di negeri ini. Berdasarkan data survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi individu dengan gangguan mental diperkirakan mencapai 11,8 juta orang.

Menurut Gindo Tampubolon, “Harap diingat, teknologi juga bisa memiliki dampak buruk. Kami ingin para pejabat kesehatan masyarakat berpikir kreatif tentang bagaimana mendorong masyarakat agar berhenti sejenak dari media sosial. Jika tidak, ada konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan media sosial terhadap kesehatan mental masyarakat.”

Para peneliti lalu menyerukan intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat yang menganjurkan penggunaan media sosial online untuk secara bijaksana mencegah meningkatnya penyakit mental akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.

***

Artikel di atas bersumber dari tulisan Tom Lazuardi yang dimuat di Indonesiainside.id

KLIK INI:  2 Jam Berada di Alam Tingkatkan Kesehatan Mental, Ini Penjelasannya