- Cakkuru (Kencur), Tanaman Obat dan Rempah yang Luput dari Perhatian - 14/11/2025
- Ikan Asap Tritiro, Kuliner Khas Bulukumba yang Tumbuh dari Modal Rantau - 08/11/2025
- Minum Kopi di Awan - 18/10/2025
Klikhijau.com – Jelang siang. Mendung telah merapat di TB (tandabaca), Desa Kindang. Itu membuat saya memutuskan pulang lebih cepat ke rumah. Terjebak hujan di TB seorang diri sungguh sunyi.
Saya menuruni tangga rumah pohon Kaisah Ayatulauni, lalu mengenakan sepatu boots warna hitam. Sepatu yang setia menemani beraktivitas di TB.
Begitu sepatu terpasang dan bersiap melangkah pulang. Langkah saya berbalik arah. Bukan ke arah jalan pulang. Tetapi, bergerak ke bawah pohon cengkeh yang ditumbuhi bunga Impatiens walleriana.
Bukan bunga tanaman itu yang menarik hati untuk mendekat, tetapi ada seekor kupu-kupu berwarna hitam menari riang di kelopaknya.
Serangga penyerbuk itu berpindah dari satu kelopak bunga ke kelopak lainnya. Saya mendekatinya dengan gerakan seminim mungkin. Tak ingin mengusik kesenangannya saat saya memotretnya.
Harapan saya nyaris pupus di hari Kamis, 6 Maret 2023 itu. Sebab kupu-kupu tersebut terbang menjauh, tetapi tak lama, lalu kembali lagi menari di atas kelopak bunga berwarna keunguan itu. Berkali-kali ia terbang jauh, berkali-kali pula ia kembali. Dan berkali-kali pula saya memotretnya, juga mengambil videonya.
Tak muda memotret benda yang terus bergerak. Apalagi hanya menggunakan kamera gawai. Hasil potret saya pun kurang maksimal. Namun, itu tak mengapa, sebuah potret atau foto adalah pengingat, sebuah penanda dan kenangan.
Jika diingat-ingat, itu pertama kalinya saya menjumpai kupu-kupu serupa itu. Karenanya, begitu berhasil memotretnya, saya mengirimkannya ke Taufiq Ismail. Seorang kawan yang bertugas di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.
Taufiq adalah seorang “pengintai” kupu-kupu. Pengetahuannya tentang serangga penyerbuk itu tak meragukan.
“Ini kupu-kupu jenis apa, ukurannya besar?” tanya saya via WhatsApp
“Itu namanya Papilio ascalapus, Jantan,” jawab Taufiq
“Ini pertama kalinya saya lihat di TB,”
“Itu karena ada bunga, makanya dia datang. Baiknya juga tanam jeruk supaya betinanya datang bertelur,” jelas Taufiq.
Kenapa harus jeruk?
Nurwahidah A.B (2013) menjelaskan bahwa kriteria tanaman pakan yang baik dan dapat digunakan sebagai pakan larva diantaranya adalah jumlah daun banyak, tanaman mudah dibudidayakan dan dikembangkan, serta sesuai bagi larva.
Sedangkan pohon jeruk merupakan pohon keras dengan jumlah daun yang cukup banyak. Hal itu cocok untuk larva kupu-kupu Papilio ascalapus.
Saran Taufiq untuk menanam pohon jeruk terus meneror. Ada banyak manfaat jika ada pohon jeruk di TB, bukan hanya untuk menarik kupu-kupu betina Papilio ascalapus datang bertelur, tetapi jika berbuah, juga bisa dinikmati pengunjung nantinya.
Semakin banyak tanaman, khususnya tanaman berbunga tumbuh, tentu akan semakin menarik pula kupu-kupu untuk datang. Kedatangan mereka akan jadi salah satu daya tarik dan indikator lingkungan yang sehat.
Kupu-kupu memiliki peran penting, khususnya dalam dunia pertanian. Sebab menjadi salah satu penyerbuk handal bagi tanaman. Ketiadaan mereka adalah petaka.
Saat ini, kupu-kupu pun tak lepas dari ancaman kepunahan, banyak faktor jadi penyebabnya, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim hanyalah bagian kecil dari penyebab itu.
Karenanya, mendapati kupu-kupu Papilio ascalapus menari indah di atas kelopak bunga Impatiens walleriana di TB membawa sukacita tersendiri.
Kini setiap ke TB, saya selalu mencari kupu-kupu itu, sayangnya hanya sekali itu saja saya temukan. Dan itu membuat saran dari Taufiq untuk menanam jeruk rasanya semakin mendesak.








